Sulawesi Tengah (disingkat Sulteng) adalah sebuah provinsi di bagian tengah Pulau Sulawesi, Indonesia. Ibu kota provinsi ini adalah Kota Palu. Luas wilayahnya 61.841,29 km², dan jumlah penduduk sebanyak 2.985.734 jiwa (2020). Sulawesi Tengah memiliki wilayah terluas di antara semua provinsi di Pulau Sulawesi, dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Pulau Sulawesi setelah provinsi Sulawesi Selatan.
1. Gasi
Arti kata gasi dalam bahasa Kaili ialah cepat. Mungkin karena alat gasi ini apabila diputar dengan tali sangat cepat dan kadang-kadang kelihatan seperti diam dengan bunyi yang indah, sehingga dinamakan gasi. Di daerah lain, permainan ini disebut Gasing, Bagasing / Habayang (Kalimantan Tengah), atau Pangal / Panggal (Jawa Barat).
Gasing (atau juga disebut Gangsing) adalah mainan yang bisa berputar pada poros dan berkesetimbangan pada suatu titik. Sebagian besar gasing dibuat dari kayu, walaupun sering dibuat dari plastik, atau bahan-bahan lain. Kayu diukir dan dibentuk hingga menjadi bagian badan gasing. Tali gasing umumnya dibuat dari nilon, sedangkan tali gasing tradisional dibuat dari kulit pohon. Panjang tali gasing berbeda-beda bergantung pada panjang lengan orang yang memainkan.
Gerakan gasing berdasarkan efek giroskopik. Gasing biasanya berputar terhuyung-huyung untuk beberapa saat hingga interaksi bagian kaki (paksi) dengan permukaan tanah membuatnya tegak. Setelah gasing berputar tegak untuk sementara waktu, momentum sudut dan efek giroskopik berkurang sedikit demi sedikit hingga akhirnya bagian badan terjatuh secara kasar ke permukaan tanah.
2. Nobangan
Permainan yang disebut sebagai nobangan ini tidak membutuhkan tempat (lapangan) yang khusus. Ia dapat dimainkan di mana saja, asalkan di atas tanah. Jadi, dapat di tepi pantai, di tanah lapang atau di pekarangan rumah. Di dalam arena permainan tersebut akan dibuat sebuah lingkaran yang berdiameter sekitar 10 cm. sedangkan, jarak antara garis batas lemparan pemain dengan lingkaran sekitar 6--10 meter.
3. Nogarata
Nogarata / nogalasa garata, galasa atau Mogalasa adalah salah satu permainan tradisional masyarakat suku Kaili Sulawesi Tengah yang dimainkan dengan cara memindahkan batu pada lubang dan mengisinya pada semua lubang yang ada. Kayu yang diberi lubang, setiap lubang diisi dengan batu atau biji jagung. Siapa pada akhirnya mendapatkan lebih banyak batu dialah yang keluar sebagai pemenang
Belum ada data sejarah yang menyebutkan kapan atau bagaimana asal muasal permainan ini ada. Hanya menurut kepercayaan masyarakat bahwa hal itu sudah ada sejak dahulu kala. Permainan ini untuk menghibur keluarga yang berduka dan juga sebagai pengisi waktu luang.
4. Nojapi-japi
Nojapi-japi adalah bahasa suki Kaili Sulawesi Tengah yang merupakan gabungan dari dua kata, yaitu “no” dan “japi”. “No” adalah kata awalan yang menunjukkan kata kerja dan “japi”, yang berarti sapi. Dengan demikian, nojapi-japi dapat diartikan sebagai bermain sapi-sapian. Alat permainan ini terdiri dari bahan-bahan: pelepah kelapa yang masih mentah, tali dan tempurung kelapa.
Aturan permainan Nojapi tergolong sederhana, yaitu apabila dua sapi-sapian diadu dan salah satu ada yang putus tali dan atau tanduknya, maka pemiliknya dinyatakan kalah. Sedangkan, yang tidak terputus dinyatakan menang.
5. Tilako
Tilako adalah sebuah permainan berjalan menggunakan alat yang terbuat dari bambu dan pelepah sagu atau tempurung kelapa. Tilako juga menjadi nama alat yang digunakan untuk permainan ini. Kata Tilako merupakan gabungan dari dua kata, yaitu “ti” dan “lako”. “Ti” adalah kata awalan yang menunjukkan kata kerja dan “lako” secara harafiah berarti “langkah/jalan”. Dalam permainan ini “tilako” adalah alat yang dipakai untuk melangkah atau berjalan. Permainan ini dalam dialek Rai disebut kalempa yang juga merupakan gabungan dari dua kata, yaitu “ka” dan “lempa”. “Ka” adalah kata awalan yang menunjukkan kata kerja dan “lempa” berarti “langkah”.
Peralatan yang digunakan adalah dua batang bambu bata (volo vatu) dengan panjang masing-masing antara 1,5-3 meter. Kemudian disiapkan 2 buah bambu lain dengan ukuran masing-masing sekitar 20-30 cm untuk dijadikan pijakan kaki. Selanjutnya, salah satu ruas bambu yang berukuran panjang dilubangi untuk memasukkan bambu yang berukuran pendek. Setelah bambu untuk pijakan kaki terpasang, maka bambu tersebut siap untuk digunakan.
Aturan Permainan - Aturan permainan tilako dapat dibagi menjadi dua, yaitu perlombaan lari dan pertandingan untuk saling menjatuhkan dengan cara saling memukulkan kaki-kaki bambu. Perlombaan adu kecepatan biasanya dilakukan oleh anak-anak yang berusia antara 7-11 tahun dengan jumlah 2--5 orang. Sedangkan, permainan untuk saling menjatuhkan lawan biasanya dilakukan oleh anak-anak yang berusia antara 11-13 tahun dengan menggunakan sistem kompetisi.