Daftar Permainan Tradisional Provinsi Kalimantan Tengah

"Google search: sebutkan 10 permainan tradisional yang berasal dari kalimantan tengah, permainan tradisional suku dayak, sebutkan 5 macam permainan suku dayak, 10 permainan tradisional kalimantan selatan, permainan tradisional dari kalimantan, permainan tradisional gasing dan cara bermainnya"

Daftar Permainan Tradisional Provinsi Kalimantan Tengah

Kalimantan Tengah (disingkat Kalteng) adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Kalimantan. Ibu kotanya adalah Kota Palangka Raya. Di Propinsi ini terdapat banyak permainan khas yang sangat unik, kebanyakan permainan yang ada sangat berhubungan dengan kebiasaan suku Dayak yang dilakukan sehari-hari. Misalnya saja berhubungan dengan perburuan, pengaruh animisme, dinamisme, dan hal halin yang berhubungan dengan kehidupan masyarakan Suku Dayak.

Berikut ini kami sampaikan beberapa permainan tradisional yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah yang dimainkan oleh anak-anak remaja baik yang masih dimainkan hingga sekarang ataupun yang sudah mulai ditinggalkan oleh pemainnya, lengkap dengan arti, sejarah, gambar, dan penjelasannya. 


Daftar isi:

  1. Bagasing/Habayang
  2. Balap Egrang
  3. Balian Sakei Uei
  4. Balogo
  5. Lawang Sakepeng
  6. Manyipet (Menyumpit)
  7. Sebumbun
  8. Sepak Sawut
  9. Tembak Tutus

1. Bagasing/Habayang

Daftar Permainan Tradisional Provinsi Kalimantan Tengah
Gasing Balanga
Bagasing atau dalam bahasa Dayak Ngaju biasa disebut “Habayang” adalah merupakan permainan tradisional yang menjadi bagian dari kearifan lokal di Provinsi Kalteng. Jenis permainan tradisional sejenis ini juga ada di daerah lainnya di Indonesia dengan penyebutannya yang berbeda-beda.

Gasing itu sendiri merupakan media dari permainan tradisional Bagasing, yang bagi warga Dayak, gasing biasa dibuat dengan menggunakan bahan dari batang pohon karet, diolah berbentuk kerucut sebagai tumpuan untuk berputar. Ukuran gasing, baik Gasing Balanga maupun Gasing Pantau biasanya dibuat dengan lingkaran berdiameter 8- 9 Cm dan tinggi sekitar 7-8 Cm.

Secara umum permainan tradisional Bagasing itu sendiri bisa dilakukan oleh anak-anak hingga orangtua, baik perempuan maupun laki-laki. Dengan cara satu lawan satu, berpasangan atau berkelompok. Tergantung kesepakatan permainan. Ketika berjalannya permainan itu sendiri, dimana ketika gasing yang perputaran lama, atau bagi gasing yang saat ber-adu lebih kuat saat permainan, maka biasa disebut raja. Sedangkan bagi gasing yang kalah disebut pembantu. Bagi warga Dayak di Kalteng itu sendiri Bagasing dikenal beberapa jenis gasing, di antaranya:

Gasing Balanga

Gasing Balanga juga merupakan jenis gasing tradisional Suku Dayak khas Kalimantan Tengah yang sering dipermainkan dalam tradisi "Bagasing". Gasing jenis ini  umumnya dibuat dan dimainkan untuk tujuan diadu dengan gasing lain. Tradisi mengadu Gasing Balanga ini dikenal warga masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah dengan sebutan Batikam yakni mengadu ketahanan Gasing Balanga saat satu sama lain saling bersentuhan. Dalam kegiatan Batikam ini tidak jarang salah satu gasing akan pecah atau terbelah akibat benturan yang sangat keras. Gasing yang terjatuh, keluar dari arena permainan, apalagi sampai terpecah maka secara otomatis akan menjadi pihak yang kalah.

Bentuk Gasing Balanga menyerupai sebuah tempayan atau dalam Bahasa Dayak Kalteng dikenal dengan istilah "Balanga". Ukuran Gasing Balanga atau gasing aduan ini biasanya memiliki diameter lingkaran sekitar 9 Cm dan tinggi sekitar 7 Cm.

Gasing Pantau

Gasing Pantau merupakan satu diantara jenis gasing tradisional khas Provinsi Kalimantan Tengah, Dalam budaya masyarakat Dayak Kalteng tradisi memainkan gasing ini dikenal dengan istilah "Bagasing". Gasing Pantau adalah gasing yang dimainkan sedemikian rupa agar dapat berputar dalam waktu yang cukup lama. Ciri khas Gasing Pantau yang membedakannya dengan jenis gasing tradisional khas Kalteng lainnya yakni Gasing Balanga adalah Gasing Pantau mampu mengeluarkan bunyi.

Perpaduan antara lamanya perputaran gasing pada suatu poros dengan dinamika nada yang dikeluarkan oleh Gasing Pantau inilah yang membuat jenis gasing ini cukup menarik dan sering diperlombakan pada berbagai festival seni dan budaya Suku Dayak. Gasing Pantau yang mampu berputar lebih lama dan mengeluarkan bunyi yang nyaring biasanya akan keluar sebagai pemenang.


2. Balap Egrang

Daftar Permainan Tradisional Provinsi Kalimantan Tengah

Egrang merupakan permainan anak tradisional khas kalteng yang terbuat dari bambu dengan diameter sebesar lengan orang dewasa dengan panjang 2 meter kemudian diberi pijakan untuk kaki. Permainan ini mengandalkan keseimbangan agar dapat berdiri diatas alat ini. Permainan ini biasa dimainkan oleh anak hingga orang dewasa.

Balap egrang dilakukan dengan meniti lintasan dengan berjalan diatas dua tiang sebagai kaki yang diberi pijakan. Sekilas mirip permainan egrang di jawa. Permainan ini dilakukan dengan melewati lintasan papan kayu berundak dan berukuran 2 papan, kurang lebih selebar 40 cm. Peserta lomba diharuskan melewati bolak balik lintasan. Jika terjatuh peserta diharuskan mengulang dari garis start. Peserta hanya dapat kesempatan 3 kali untuk mengulang.


3. Balian Sakei Uei

Daftar Permainan Tradisional Provinsi Kalimantan Tengah

Balian sakei uei adalah sejenis panjat pinang dan terbuat dari rotan. Nama ini berasal dari bahasa dayak yang terdiri atas dua suku kata, yaitu sakei : memanjat dan uei : rotan. Permainan ini biasanya diadakan saat ada pesta pernikahan atau pesta adat. Peralatan yang diperlukan dalam permainan ini adalah rotan dengan panjang sekitar 2 – 3 meter dan diberi minyak. Rotan yang digunakan sebesar lengan tangan orang dewasa dan panjangnya sekitar 2 meter. Permainan ini hanya untuk satu orang saja. Di ujung rotan diberi tempat khusus untuk menyimpan minyak, dan juga ada hadiah berupa makanan. Filosofi permainan ini adalah setelah diadakan ini, diharapkan mendapatkan rezeki.


Daftar Permainan Tradisional Provinsi Kalimantan Tengah

Balogo merupakan salah satu permainan tradisional suku dayak dari Kalimantan. Nama permainan balogo diambil dari kata logo, yaitu bermain dengan menggunakan alat logo.

Logo terbuat dari bahan tempurung kelapa dengan ukuran garis tengah sekitar 5-7 cm dan tebal antara 1-2 cm dan kebanyakan dibuat berlapis dua yang direkatkan dengan bahan aspal atau dempul supaya berat dan kuat. Bentuk alat logo ini bermacam-macam, ada yang berbentuk bidawang (bulus), biuku (penyu), segitiga, bentuk layang-layang, daun dan bundar.

Dalam permainannya, balogo harus dibantu dengan sebuah alat yang disebut panapak atau kadang-kadang beberapa daerah ada yang menyebutnya dengan campa ,yakni stik atau alat pemukul yang panjangnya sekitar 40 cm dengan lebar 2 cm. Fungsi panapak atau campa ini adalah untuk mendorong logo agar bisa meluncur dan merobohkan logo pihak lawan yang dipasang saat bermain.

Permainan ini dilakukan oleh anak-anak sampai dengan remaja dan umumnya hanya dimainkan kaum pria. Namun seiring perkembangan zaman, permainan balogo juga telah dilakukan oleh perempuan bahkan beberapa daerah di Kalimantan Selatan ada yang khusus mempertandingkannya di acara pemerintahan.


5. Lawang Sakepeng

Daftar Permainan Tradisional Provinsi Kalimantan Tengah

Lawang Sekepeng adalah atraksi silat dari suku Dayak Ngaju dari provinsi Kalimantan Tengah. Lawang artinya pintu atau gapura dan sakepeng berarti satu keping. Lawang sakepeng sering diperagakan pada upacara adat baik untuk menyambut tamu maupun acara perkawinan. Gapura Lawang sakepeng biasanya dibuat dari kayu dengan lebar kurang lebih 1,5 meter dengan tinggi 2,3 m, bagian atasnya di ukir dengan tanaman rambat dan hiasan burung enggang, bagian sisi sampingnya dihiasi dengan janur atau daun kelapa muda serta telawang (perisai suku Dayak).

Pencak silat menjadi dasar dari kebanyakan atrkasi Lawang sakepeng. hal ini konon di pengaruhi oleh budaya dari luar yang dibawa oleh para pedagang yang masuk ke kawasan Kalimantan. Pengaruh gerakan tersebut antara lain adalah gerakan mirip bela diri dari dataran Cina, maupun silat dari Sumatera dan Jawa.

Pakaian adat dalam atraksi Lawang sakepeng biasanya menggunakan pakaian adat Dayak Ngaju, yaitu berupa rompi dari kulit kayu yang disebut sangkarut. Celananya adalah cawat yang bagian depannya ditutup lembaran kain nyamu berbentuk persegi panjang yang disebut ewah. Saat ini rompi sudah dibuat dari kain berwarna coklat muda seperti warna asli kayu. Bagian kepala menggunakan ikat kepala (salutup hatue) untuk kaum lelaki dan (salutup bawi) untuk perempuan, dan menggunakan giwang (suwang), kalung, gelang, rajah (tatoo) pada bagian-bagian tubuh tertentu.  Bahan-bahan aksesoris biasanya dari biji-bijian, kulit kerang, gigi dan taring binatang yang dirangkai menjadi kalung, gelang terbuat dari tulang binatang buruan, giwang dari kayu keras. Corak hiasan pada baju biasanya gambar pohon, daun, akar pohon dan harimau, warna hitam dari jelaga dan warna putih dari tanah putih, warna kuning dari kunyit dan warna merah dari buah rotan.

Aturan permainan
  • Diiringi oleh alat musik pengiring yaitu berupa 2 (dua) buah gendang manca, 1 (satu) buah garantung atau biasa disebut gong suku Dayak. 
  • Dilakukan oleh dua orang berbeda sisi, dipisahkan oleh gapura, pasangan pesilat itu mewakili pihak laki-laki dan perempuan. Mereka saling beradu bukan untuk berkelahi, melainkan untuk mencapai tujuan bersama.
  • Para pesilat berusaha memutus rintangan yang di pasang di Lawang sakepeng yang berbentuk gapura dan diberi 3 utas rintangan benang, pada benang penghalang dibuat berbaris 3 dari atas ke bawah dan dipasang bunga agar kelihatan indah dan menarik. 
  • Dilakukan oleh dua lelaki dewasa yang memiliki kepandaian bermain silat, namun sekarang ada yang menggunakan empat orang lelaki dewasa yang saling berhadapan dengan formasi 1 lawan 1 atau 2 lawan 2 dari kedua belah pihak laki-laki dan perempuan. 
  • Agar pihak laki-laki dapat masuk dan menikahi calon istri maka harus mampu melewati Lawang (gapura) yang diberikan tali pemisah, tali ini yang harus diputuskan oleh para penari sakepeng. Dengan kemahiran bermain silat itu, para pemain harus paham cara dan trik kapan waktunya untuk menyerang serta memukul lawan tanpa mengakibatkan cedera dan mampu pula menangkis serangan lawan. 
  • Pemain Lawang sakepeng harus memutuskan tali pemisah tadi adalah pemain dari pihak mempelai laki-laki. Filosofi benang pertama adalah menggambarkan putusnya halangan marabahaya yang terdapat dalam hidup dan kehidupan berkeluarga, tali kedua menggambarkan putusnya hubungan yang tidak baik antara keduanya untuk melakukan aktivitas berumah tangga, sedangkan tali ketiga adalah memutuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan maut.

6. Manyipet (Menyumpit)

Daftar Permainan Tradisional Provinsi Kalimantan Tengah

Manyipet dalam bahasa Dayak Ngaju jika diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia berarti menyumpit. Sumpitan adalah alat berburu dan alat perang yang dipunyai oleh orang dayak dari masa ke masa. Permainan menyumpit merupakan suatu kepandaian membidikkan anak sumpitan (damek) ke suatu sasaran dengan menggunakan sebuah sumpitan. Permaianan menyumpit sebagai suatu permainan guna melatih keterampilan biasanya dilakukan pada waktu siang hari.

Sumpitan merupakan senjata yang mempunyai kemampuan serang jarak jauh tanpa mengeluarkan bunyi. Selain itu senjata ini mempunyai racun yang disebut ipu pada ujung anak sumpitan (damek) yang mampu membunuh dalam waktu beberapa menit saja.

Permainan menyumpit ini biasanya dapat dilakukan sendirian dan dapat dilakukan bersama-sama dalam bentuk pertandingan. Dan jika dimainkan dengan pertandingan maka jumlah peserta tergantung kepada jumlah peminatnya. Pemain biasanya laki-laki berusia antara 9-15 tahun.  Peralatan pokok permaianan ini adalah sebuah sumpitan serta beberapa buah anak sumpitan. Sementar untuk lapangan tergantung tempat yang disediakan.

Cara permaianan - Setiap pemain haruslah mempunyai sebuah sumpitan. Sumpitan ini biasanya terbuat dari kayu besia (tabalien/ulin) yang merupakan sebuah silinder yang berlubang ditengahnya sehingga menjadi sebuah pipa dengan panjang kira-kira 2 meter. Pada ujung sumpitan terdapat mata tombak. Manfaat mata tombak ini sebgai alat berburu binatang. Anak sumpitan hanya dibuat dari bambu yang diraut halus dan salah satunya diruncingkan. Pada ujung lainya dipasang kertas yang membentuk kerucut.

Setelah masing-masing memegang pemain lalu bersama-sama mencari sasaran yang dianggap baik. Dalam hal ini sasaran yang sengaja disiapkan seperti pada perlombaan memanah tidak ada. Jarak antara penyumpit dan sasaran juga tidak terdapat ketentuan pasti/baku.

Untuk sasaran biasnya menurut kesepakatan pemain, misalnya burung, maka mereka pergi ketempat yang banyak burung berkumpul, lalu disitu membagi giliran, seorang penyumpit lalu giliran penyumpit berikutnya. Pada anak-anak dengan sumpitan dengan bulu tamiang, sasaran mereka adalah binatang melata amphibia yang dis


7. Sebumbun

Sebumbun adalah permainan anak tradisional khas kalteng yakni dengan menyembunyikan sesuatu, biasanya kayu, ranting atau batu didasar sungai. Permainan ini dilakukan sewaktu anak-anak mandi. Suku dayak biasanya mereka hidup dipinggir sungai, dan melakukan aktivitasnya disungai juga termasuk mandi. Anak-ank sewaktu mandi inilah merek melakukan permainan ini. Yakni untuk mengisi kekosongan waktu dan agar supaya waktu mandi mereka lebih rame.

Permainan ini diawali dengan hompilah, yang menang bertugas menyembunyikan benda milik mereka dan yang kalah bertugas mencari benda tersebut. Benda yang disembunyikan adalah benda yang keras dan kelihatan, misalnya ranting pohon, batu yang unik, dan lain-lain. Tidak ada batasan waktu dalam mencari benda didalam air. Biasanya permaianan ini dilakukan sewaktu mandi.


8. Sepak Sawut

Daftar Permainan Tradisional Provinsi Kalimantan Tengah

Sepak Sawut adalah permainan sepak bola yang menggunakan bola api. Dahulu, sepak sawut merupakan rangkaian ritual adat, dimainkan saat membuka ladang berpindah/saat menunggu jenazah (untuk umat Kaharingan). Sekarang olahraga rakyat itu secara rutin dimainkan pada setiap perayaan ulang tahun kabupaten atau provinsi di Kalteng. Permainan ini hampir langka hanya pada waktu-waktu tertentu saja kita dapat menyasikannya, misal pada perayaan ulang tahun Propinsi Kalteng, ulang tahun kabupaten, festival-festival budaya.

Cara Permainan - Alat yang digunakan dalam permainan ini adalah sebuah bola yang terbuat dari bongkahan sabuk kelapa tua yang telah kering dengan terlebih dahulu airnya dibuang lalu bongkahan tersebut direndam menggunakan minyak tanah. Tujuannya supaya minyak meresap kedalam serat-serat bola kelapa tersebut. Supaya lebih seru lagi permainan ini dimainkan pada malam hari. Aturan permainannya tidak berbeda jauh dengan main sepak bola pada umumnya yang terdiri dari dua gawang, gawang kita dan gawang musuh. Satu tim terdiri dari lima orang pemain. Lapangan yang digunakan tidak berbeda jauh dengan luas lapangan bola basket. Pertandingan dipimpin oleh seorang wasit. Siapa yang banyak memasukkan bola ke gawang lawan maka tim tersebut yang dinyatakan sebagai pemenang dalam lomba. Satu tim hanya diperkuat lima orang dengan ukuran arena seluas lapangan bola basket.


9. Tembak Tutus

Daftar Permainan Tradisional Provinsi Kalimantan Tengah

Tembak tutus adalah nama sebuah permainan masyarakat kalteng, kawasan sungai kahayan dan kapuas. Tembakan tutus berasal dari bahasa dayak ngaju yang terdiri atas dua kata, yaitu tembak dan tutus. Tembak artinya bedil dan tutus berarti tusuk atau tekan. Jadi tembak tutus adalah nama permainan yang terbuat dari bambu yang dapat mengeluarkan bunyi letupan.

Alat yang digunakan hanya berupa tembak tutus dan pelurunya. Tembak tutus terbuat dari bambu kecil, kira-kira sebesar ibu jari. Bambu tersebut dipotong kurang lebih 30 cm dan hanya dipakai ruasnya saja untuk membentuk loop atau laras. Kemudian untuk padanannya dibuat yang disebut tutus. Tutus ini adalah alat untuk menekan peluru didalam laras tadi. Bambu penekan dibuat dari bambu yang dibelah dan diraut halus. Setelah itu dibuat pegangannya (ulu).

Alat yang lain lagi adalah  pelurunya. Peluru biasanya buah kayu yang ukurannya kecil. Ada dua macam jenis buah yang biasa untuk peluru, yaitu buah uei nyamei dan buah sampaheneng. Buah-buahan ini biasanya berukuran hampir sama sehingga gampang masuk kedalam lubang bambu. Laras ini digunakan untuk perang-perangan, Sekarang pelurunya dibuat dari kertas, buah mesisin atau apa saja yang kecil dan keras.

Perang-perangan dengan tembak tutus biasanya memerlukan suatu kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 5 atau 6 orang. Pesertanya berusia antara 10 – 15 tahun. Mereka membuat sendiri alat permainan ini. Permainan ini terbatas pada laki-laki saja.


Sumber: