Daftar 35 Permainan Tradisional Provinsi Jawa Barat
Pencarian Google: sebutkan beberapa permainan tradisional daerah jawa barat, permainan tradisional jawa barat Pérépét jéngkol, gambar permainan tradisional di jawa barat, di jawa barat permainan tradisional dinamakan 'kaulinan', di jawa barat permainan tradisional di atas dinamakan, di jawa barat permainan tradisional di samping, kaulinan budak
Berikut ini kami sampaikan beberapa permainan tradisional dari daerah Propinsi Jawa Barat (Jabar):
Daftar Isi:
1. Anjang-Anjangan
Anjang-Anjangan (Anyang-anyangan) adalah permainan anak perempuan dengan masak bohongan. Anyang-anyangan merupakan peniruan terhadap kehidupan orang dewasa dalam berumah tangga. Saat anjang-anyangan, biasanya anak-anak melakukan kegiatan seperti masak-masakan yang menggunakan peralatan dapur dalam bentuk mini yang terbuat dari bambu.
Aseupan kecil, nyiru, hihid, boboko, ayakan, dan kalakat adalah nama-nama benda yang biasa dipakai saat anjang-anjangan. Bentuknya tentu saja tidak sebesar bentuk asli. Ukurannya jauh lebih kecil alias mini.
2. Bandring atau Ketepel/Ketapel
Bandring atau Ketapel adalah alat pelontar batu dari kayu berbentuk huruf 'Y', termasuk permainan dan olahraga yang berasal dari daerah Jawa Barat. Diperlukan ketangkasan untuk memainkannya. Uniknya, permainan ini masih eksis sampai saat ini. Karena sifatnya berbahaya, permainan ini harus mendapat pengawasan orang tua. Adapun bahan dari alat permaianan ini ialah kayu, karet dan kulit.
bandring ini menggunakan bahan-bahan yang berasal dari alam. Bandring menggunakan dahan yang "nyagak" bercabang dua (yang seimbang). Batang kayu yang sering digunakan untuk melontar biasanya cabang pohon jambu biji. Karena teksturnya keras dan keras tapi tidak mudah pecah. Mainan ini adalah termasuk mainan yang populer dan masih bertahan, meskipun penggunaannya berbeda dengan masa lalu, yaitu untuk berburu tetapi masa sekarang hanya digunakan untuk belajar menembak sasaran.
3. Bebeletokan
Bebeletokan adalah Pistol mainan dari bambu yang pelurunya dari daun-daunan atau kertas basah. Bebeletokan atau di Lampung disebut Bedil Betung/Jejok adalah pistol mainan yang terbuat dari dari bambu. Dalam memainkannya diperlukan keakuratan dan kekuatan tembakan. Tembakan pistol mainan ini berasal dari dorongan satu tangan pemainnya. Sementara tangan lainnya digunakan untuk memegang selongsong. Selongsong dan pendorong terbuat dari bambu, sedangkan pelurunya dari daun-daunan atau kertas basah.
Untuk memainkannya pertama-tama selongsong diisi kertas basah lalu didorong oleh bambu pendorong hingga ujung selongsong namun tidak sampai keluar. Selanjutnya selongsong tersebut bila akan digunakan tinggal diisi kertas basah lagi dengan dorongan yang cepat hingga kertas basah yang di depannya terdorong keluar dari selongsong.
Para pemain terbagi dalam dua kelompok. Posisi kelompok saling berhadapan dengan jarak sekitar enam meter. Setelah aba-aba permainan dimulai. Mereka saling serang dengan akurasi tembakan pada badan hingga kaki kelompok lawan. Layaknya seperti di medan pertempuran, para pemain yang telah terkena tembakan dinyatakan gugur. Pemenang adalah kelompok yang berhasil menembak seluruh anggota kelompok lawan.
4. Bebentengan
Bebentengan adalah permainan berkelompok, setiap pemain harus menghindari kejaran lawan, berlari dan saling berkomunikasi untuk menangkap lawan, menyerang dan merebut benteng lawan.
Permainan ini dimainkan oleh dua grup, masing-masing terdiri dari 4 sampai dengan 8 orang. Masing-masing grup memilih suatu tempat sebagai markas, biasanya sebuah tiang, batu atau pilar sebagai ‘benteng’.
Cara Bermain: Tujuan utama permainan ini adalah untuk menyerang dan mengambil alih ‘benteng’ lawan dengan menyentuh tiang atau pilar yang telah dipilih oleh lawan dan meneriakkan kata benteng. Kemenangan juga bisa diraih dengan ‘menawan’ seluruh anggota lawan dengan menyentuh tubuh mereka. Untuk menentukan siapa yang berhak menjadi ‘penawan’ dan yang ‘tertawan’ ditentukan dari waktu terakhir saat si ‘penawan’ atau ‘tertawan’ menyentuh ‘benteng’ mereka masing-masing.
Orang yang paling dekat waktunya ketika menyentuh benteng berhak menjadi ‘penawan’ dan bisa mengejar dan menyentuh anggota lawan untuk menjadikannya tawanan. Tawanan biasanya ditempatkan di sekitar benteng musuh. Tawanan juga bisa dibebaskan bila rekannya dapat menyentuh dirinya.
Dalam permainan ini, biasanya masing-masing anggota mempunyai tugas seperti ‘penyerang’, ‘mata-mata, ‘pengganggu’, dan penjaga ’benteng’. Permainan ini sangat membutuhkan kecepatan berlari dan juga kemampuan strategi yang handal.
5. Bedil Sorolok
Bedil Sorolok adalah pistol mainan yang terbuat dari pelepah daun pisang yang disayat pinggirannya, dengan membengkokkan pangkalnya. Mainan ini berbunyi sorolok sehingga nama permainan ini sorolok. Proses pembuatannya cukup sederhana, yaitu dengan memotong batang daun pisang sekitar satu meter, kemudian pelepah pisang ini disayat bagian atasnya. Untuk memainkannya yaitu dengan cara memposisikan hasil sayatan berdiri lalu dihentakan dengan cara memukulnya bersamaan dengan punggung telapak tangan sehingga sayatan tersebut kembali kesemula dan berbunyi bersamaan.
6. Beklen/bekel
Beklen atau bekel merupakan salah satu permainan tradisional yang berasal dari propinsi Jawa Barat. Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak-anak perempuan yang berumur 6-12 tahun. Jumlah pemain dalam permainan beklen ini minimal 2 orang atau lebih. Alat yang digunakan dalam permainan ini diantaranya bola bekel dan 10 buah kuwuk. Bola bekel biasanya berdiameter 2-4cm dan berwarna warni. Sedangkan kuwuk berbentuk seperti keong laut yang berukuran kecil. Media yang digunakan hanya lantai yang rata.
Cara bermain :
- Pertama-tama dilakukan pengundian untuk mencari siapa yang duluan bermain. Lalu semua kuwuk digenggam lalu tangan tersebut dihadapkan ke atas sambil menggengam bola dengan tangan yang sama. Bola bekel dilempar ke atas hingga melambung lalu menyebarkan kuwuk di lantai saat bola masih melambung di udara, setelah bola terpantul sekali ke lantai dan kuwuk sudah menyebar, bola bekel harus ditangkap dengan menggunakan 1 tangan.
- Mengambil kuwuk secara satu persatu, kemudian dua-dua, lalu tiga-tiga, hingga kesepuluhnya diambil sekaligus secara bertahap dengan melempar bola bekel sampai melambung seperti saat memulai permainan.
- Bergantian dengan pemain yang lain jika kalah, atau biasa disebut lasut dalam bahasa sunda.
Ada beberapa hal yang bisa membuat permainan beklen disebut lasut, seperti:
- Ketika kita menggunakan kedua tangan
- Ketika kita menggeser kuwuk lain yang tidak diambil
- Ketika posisi kuwuk menghadap ke atas semua, disebut juga kar
- Ketika posisi kuwuk menghadap ke bawah semua, disebut juga kub
Sumber : Website Budaya Indonesia
7. Boy-boyan
Boy boyan merupakan permainan yang berasal dari daerah Jawa Barat khususnya sunda. Permainan ini biasanya dimainkan oleh dua grup, satu grup nya bisa berisi satu orang atau lebih. Alat yang digunakan dalam permainan ini adalah beberapa pecahan genting atau keramik dan bola tenis/kasti, membuat sendiri dari buntalan kertas yang dilapisi plastik yang diikat dengan karet gelang, empuk dan tidak keras sehingga tidak melukai.
Cara memainkannya adalah dengan menyusun keramik atau genting tersebut keatas sampai membentuk susunan yang rapih dan kokoh. Kemudian salah seorang dari salah satu tim melemparkan bola tersebut dari jarak dua hingga 3 meter ke arah genting tersebut. Jika bola berhasil mengenai genting dan berhasil merobohkan genting tersebut maka tim tersebut harus berlari jangan sampai terkenal bola yang akan dilemparkan oleh lawan. tim yang berhasil berubuhkan genting tersebut harus berlari sambil menyusun genting sampai sempurna sesekalli. Jika tim yang merubuhkan genting berhasil menyusun genting sampai sempurna dengan tersisa pemain yang belum dikenai bola minimal satu orang maka tim tersebut menang. Tapi apabila semua anggota sudah mati terkena lemparan bola dari lawan sebelum genting berhasil disusun dengan sempurna maka tim lawan lah yang menang.
8. Cing Ciripit
Cingciripit merupakan lagu permainan sunda yang ditujukan untuk berhitung sebelum anak-anak melakukan permainan kucing-kucingan atau permainan sentuh berlarian. Cingciripit mirip kucing kucingan, untuk mencari kucing dengan cara menumpuk tangan pemain dan mencubitnya. Cing Ciripit
Permainan ini dilakukan oleh tiga atau empat anak. Seorang anak membuka telapak tangannya, sedangkan anak yang lain meletakkan jari telunjuknya di atas telapak tangan anak yang pertama. Selanjutnya anak membuka telapak tangannya menyanyikan lagu :
Cingciripit
Tulang bajing kacepit
Kacapit ku bulu pare
Bulu pare seuseukeutna
Jol pa dalang
Mawa wayang jek jek nong
Pada kalimat Mawa wayang jek jek nong anak tersebut menggenggamkan telapak tangannya. Tangan temannya yang tertangkap dialah yang jaga selanjutnya.
9. Congklak
Congklak / congkak / daku / dakon adalah permainan anak-anak perempuan dengan memindahkan biji-bijian dalam tempat dari kayu. Dimainkan dengan alat seperti perahu kecil yang memilliki 16 lekukan bundar sebagai tempat 98 biji ataupun kewuk/kuwuk (kulit kerang).
Badan congklak terbuat dari kayu yang diberi 16 lekukan bundar. Lekukan kecil terdiri dari 14 buah yang dijadikan 2 deretan, masing-masing disebut anak. Kemudian 2 buah lekukan besar disebut indung (induk) yang terletak di bagian tengah badan kayu disebelah kiri dari masing-masing deretan.
Masing-masing lekukan diisi 7 biji kewuk (kecuali 2 lekukan indung dikosongkan). Permainan dilakukan oleh dua orang berhadapan. Masing-masing mempunyai 7 buah lekukan anak dengan 1 lekukan indung yang terletak di sebelah kirinya.
Saat permainan dimulai, kedua pemain bersama-sama mengambil kewuk dari salah satu lekukan anak yang dimilikinya lalu dibagikan ke setiap lekukan dan indung (kecuali indung lawan) secara merata. Jika kewuk terakhir jatuh pada lekukan yang kosong, maka si pemain harus berhenti sebab dianggap mati. Jika mati ditempat lekukan miliknya dan kebetulan lekukan dihadapannya (milik musuhnya) berisi kewuk-kewuk, maka kewuk milik musuhnya itu menjadi haknya dan disimpan di indungnya. Kejadian itu disebut nembak.
Permainan selesai jika semua kewuk yang semula terdapat dilekukan anak, pindah kelekukan indung masing-masing. Yang mendapat kewuk lebih banyak menjadi pemenang. Jika permainan akan diteruskan, maka kewuk itu dibagi-bagikan lagi pada lekukan-lekukan anaknya masing-masing. Yang jumlah kewuknya kurang, harus menutup lekukan yang tidak kebagian kewuk yang dianggap pecak (buta). Yang menang mendapat giliran pertama untuk membagikan kewuk. Lekukan yang pecak harus dilewati (tidak diisi). Permainan selesai jika salah seorang tidak sanggup lagi meneruskan permainan karena kewuknya kurang dari 7 (untung mengisi satu lekukan anak). (sumber : Kemdikbud)
10. Empet-empet
Empet-empet (Sumber : Ini Sukabumi) |
Empet-empet adalah mainan yang terbuat dari sisa batang padi setelah dituai atau turiang, yaitu padi yang tumbuhnya agak lambat (leuir). Bila ditiup akan menghasilkan suara “pet-pet”. di Sumatra Selatan permainan ini disebut Empew-empewan.
Empet-empet / Empet-empetan / sesempretan adalah peluit tradisional yang berasal dari Jawa Barat. Untuk membuatnya dibutuhkan batang padi kira-kira 5 Cm, yang disobek namun tidak putus. Cara memainkannya adalah dengan meniup batang padi tersebut sampai menghasilkan bunyi khas yang mirip terompet. Konon meniup Empet-empetan berguna untuk mengusir hama padi yakni burung yang hinggap di pohon padi yang sudah menguning.
11. Encrak
Encrak adalah permainan menangkap batu kerikil yang berasal dari jawa barat. Dahulu permainan ini biasa dimainkan di kampung-kampung saat sore hari pada saat banyak anak-anak berkumpul. Permainan Tradisional Encrak ini dilakukan oleh dua hingga empat orang anak laki-laki maupun wanita dengan menggunakan kerikil atau biji-bijian.
Cara bermain : Mula-mula diambil salah satu kerikil atau biji sebagai kokojo/gacok. Permainan tradisional encrak dilakukan dengan cara membalikkan telapak tangan yang mewadahi kerikil, sehingga tertumpah. Dan diupayakan tertahan oleh punggung tangan kemudian kokojo tersebut dilempar keatas dan ditangkap kembali. Pada saat kokojo ada diudara, kerikil yang berserakan diambil satu persatu atau lebih. Pergantian pemain dilakukan apabila kerikil tersebut tidak dapat di tangkap.
12. Endog-Endogan
Engog-endogan adalah tradisional yang dilakukan dengan menumpukkepalan tangan oleh beberapa orang anak.. Permainan sunda ini dimainkan sambil menyanyikan laku khas endog endogan. Cara memainkannya yaitu dengan cara menumpuk kepalan tangan (kiri dan kanan) semua pemainnya, kemudian para pemainnya menggoyang-goyangkan kepalan seperti telur yang sedang oleng sambil menyanyikan syair lagu sebagai berikut:
Endog–endogan si endog peupeus hiji pre
Ketika sampai di syair “pre” tangan yang tadinya dikepal ditembrakan (dibuka/diratakan dengan posisi telapak menghadap ke bawah) muali dari yang paling bawah hingga kepalan yang teratas. Syair lagu tersebut dinyanyikan berulang-ulang hingga semua tangan tidak ada yang mengepal, kemudian anak-anak melanjutkan bernyanyi lagi dengan syair :
Goleang-goleang mata sapi Bolotot.
Di beberapa daerah di Jawa Barat, permainan ini akan dilanjut dengan permainan paciwit-ciwit lutung. Paciwit-ciwit lutung merupakan Lagu Permainan Sunda yang dinyanyikan oleh perempuan atau laki-laki tiga orang atau empat orang dengan cara saling mencubit punggung tangan, menyusun ke atas sambil menyanyi paciwit-ciwit lutung menurut irama lagu. Syair lagunya: Paciwit-ciwit lutung Si lutung pindah ka luhur/tungtung.
13. Engklek
Engklek adalah permainan melompati petak-petak dimainkan dengan cara melompat dengan satu kaki pada kotak-kotak yang telah dibuat. Untuk kotak yang letaknya bersebelahan seperti sayap, pemain diperbolehkan meletakkan kakinya pada kedua kotak secara bersamaan. Masing-masing pemain memiliki gaco, yaitu batu atau pecahan genting yang digunakan sebagai alat lempar.
Permainan Sunda Manda Engklek dapat dimainkan di tanah lapang atau di halaman rumah. Cara memainkannya dengan menggambar pola kotak-kotak atau persegi panjang yang berukuran sekitar 30-60 cm2. Untuk menggambarnya anak dapat menggunakan kapur tulis, arang, atau pecahan genteng. Bunda juga dapat memberikan contoh kepada anak dalam menggambarkannya.
Anak-anak yang ingin memainkan permainan Sunda Manda Engklek dapat memulainya dengan hompimpa atau suit untuk menentukan giliran. Peserta yang menang dapat memulai permainan terlebih dahulu dengan cara melemparkan gaconya ke petak.
Petak yang ada gacoknya tidak boleh diinjak / ditempati oleh setiap pemain, jadi para pemain harus melompat ke petak berikutnya dengan satu kaki mengelilingi petak-petak yang ada.
Pemain yang telah menyelesaikan satu putaran terlebih dahulu, berhak memilih sebuah petak untuk dijadikan "sawah" mereka, yang artinya di petak tersebut pemain yang bersangkutan dapat menginjak petak itu dengan kedua kaki, sementara pemain lain tidak boleh menginjak petak itu selama permainan. Peserta yang memiliki kotak paling banyak adalah yang akan memenangkan permainan ini.
14. Galah Asin
Galah Asin adalah permainan berlari dalam garis tanpa tersentuh oleh pemain lawan. Galah asin adalah permainan tradisional yang menggunakan lapangan berbentuk segi empat berpetak-petak. Setiap garis dijaga oleh pihak penjaga, pihak yang masuk harus melewati garis dan jika kena sentuh oleh penjaga maka harus diganti.
Di Indonesia permainan ini umumnya dinamakan Gopak Sodor, di Kepulauan Natuna permainan ini dikenal dengan nama Galah, sementara di Riau dikenal namanya Galah Panjang, di Makasar ada Asing, dan di daerah Batak Toba disebut permainan Margala.
15. Galah bandung
Pada dasarnya galah bandung hampir sama dengan loncat tinggi dan lompat jauh, tetapi tidak menggunakan peralatan khusus, cukup dengan keterampilan anggota badan. Permainan dilakukan di tempat terbuka dan agak luas. Pemain terdiri dari empat orang, umunya anak perempuan berumur antara 5 sampai 11 tahun. Keempat anak itu dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 2 orang anak. Untuk memulai permainan dilakukan sut sebagai penentuan pemenang. Kelompok yang kalah menjadi penjaga dan yang menang menjadi pemain. Selanjutnya kelompok penjaga duduk berhadapan, kedua kaki dilonjorkan dan telapaknya bertemu satu dengan yang lain serta dirapatkan. Setelah posisi jaga terbentuk kelompok pemain mulai melakukan permainan. Untuk memenangkan permainan masing-masing kelompok harus dapat melalui babak-babak atau tahapan-tahapan.
Awal permainan, setiap pemain dalam kelompok diharuskan melewati susunan kaki lawan dengan cara melompat secara bolak-balik. Pada awal dua permainan lawan disusun saling menompang membentuk rintangan. Setelah melewati susunan kaki, seterusnya para pemain harus melewati kaki yang dibentuk segi empat, prisma, pyramid, dan lainnya. Pemenang ditentukan bila seluruh pemain dapat menyelesaikan seluruh rangkaian rintangan.
16. Galah Burulu
Galah burulu atau ucing pegat adalah permainan jenis "kucing-kucingan", dalam permainan ini salah seorang yang menjadi kucing bertugas menjaga garis agar tidak ada yang lewat garis tersebut. Anak yang lain berebut melewati garis jaga tersebut. Apabila tertangkap, atau tangan 'kucing mengenai tubuhnya maka akan gantian menjadi 'kucing'. Jumlah pemain dalam galah burulu bisa mencapai 20 orang, tergantung jumlah anak yang ingin ikut bermain.
Jenis permainan galah burulu tidak jauh berbeda dengan galah asin baik media permainan maupun aturan bermain. Hal yang membedakan adalah awal permainan yang sebelumnya diawali salah seorang yang setelah diundi atau hom pimpah salah seorang dinyatakan sebagai penjaga awal garis.
Setelah ada yang bertugas sebagai penjaga pertama, para pemain secara bersama-sama berusaha masuk dan melewati garis yang dijaga. Biasanya penjaga akan menangkap temannya yang lengah. Tetapi kebanyakan dari mereka yang sudah terbiasa memainkan permainan ini akan menangkap temannya yang gesit terlebih dahulu agar saat membantu menjaga garis.
Setelah mampu menangkap rekannya yang lain, pesaing membagi tugas dan menjalankan strategi agar dengan mereka tertangkap. Biasanya mereka akan saling berbagi batas horisontal dan garis batas vertikal, Bagi temannya yang mendapatkan tugas untuk horisontal, maka mereka akan berusaha untuk menghalangi dan berusaha untuk melewati garis batas yang sudah ditentukan batas bebas. Bagi temannya yang mendapatkan tugas untuk vertikal (umumnya hanya satu orang), maka orang ini mempunyai akses keseluruhan garis batas vertikal yang terletak di tengah lapang Permainan akan disudahi bilamana seluruh permainan Seterusnya kembali diundi siapa yang akan menjadi pertama dan demikian seterusnya. (sumber: Website Dinas Pariwisata Jabar)
17. Gatrik
Gatrik adalah permaiann yang memakai alat dari dua potongan kayu atau bambu berukuran sekitar 30 cm dan yang satunya berukuran lebih kecil untuk dipukul ke arah lawan. Gatrik atau di daerah lain sisebut tak kadal, patil lele, atau benthi merupakan salah satu permainan tradisional yang dimainkan oleh anak-anak secara kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 2 orang sampai 4 orang dengan menggunakan alat dari dua potongan bambu yang berbeda ukuran.
Dua kelompok terdiri dari kelompok pemukul dan kelompok penangkap. untuk menentukan pemenangnya dilihat dari skor yang di dapat oleh salah satu regu baik penangkap maupun pemukul. Permainan dimulai dengan kelompok pemukul memukul batang bambu yang kecil dan terlempar, kemudian penangkap harus mampu/berhasil menangkap batang bambu yang di pukul oleh sipemukul.
Jika bambu yang terlempar tidak bisa ditangkap maka sang pemukul mendapat nilai. Jika si penangkap berhasil menangkap bambu kecil itu maka, mereka harus bertukar tempat. Permainan ini terdiri dari tiga babak permainan, yaitu : Untuk menentukan tim yang lebih dulu bermain sebagai pemukul, kita bisa melakukan suit, atau melemparkan kayu Gatrik pendek ke landasan di atas batu. Siapa yang melemparnya lalu masuk atau paling dekat dengan batu landasan, akan menjadi tim pemukul.
Babak Pertama - menyilangkan Gatrik pendek di atas batu dan didorong ke arah depan agak ke atas menggunakan Gatrik panjang. Tim penangkap akan menjaga lemparan Gatrik pendek, jika berhasil tertangkap maka giliran akan berganti. Jika tidak bisa menangkap, masih ada satu kesempatan lagi dengan melemparkan Gatrik pendek ke Gatrik panjang. Bila kena, tim penangkap akan berganti menjadi tim pemukul. Bila tidak mengenai Gatrik panjang, maka kita masuk babak kedua.
Babak Kedua - Gatrik panjang dipegang dengan posisi mendatar, kemudian gatrik penbdek diletakkan di ujungnya. Lalu Gatrik panjang diayunkan ke atas agar gatrik pendek terlempar ke udara (atas), saat itulah gatrik panjang secepatnya dipukulkan ke gatrik pendek yang masih dalam posisi melayang di udara ke arah tim penjaga. Bila tertangkap, tim penjaga mempunyai peluang untuk bermain Gatrik. Bila tidak, tim penjaga melemparkan Gatrik pendek mendekati batu landasan, agar tim pemukul tidak mempunyai jarak per Gatrik pendek untuk mendapatkan nilai.
Babak kediga - adalah apa yang disebut patil lele, letakkan gatrik pendek di atas bata/ batu sewperti pada babak pertama. Kemudian dengan menggunakan gatrik panjang mencongkel gatrik pendek ke arah dengan atas atas dengan kekuatan kecil, saat gatrik pendek berada di udara (yang jaraknya tidak jauh dari kayu pemukul yang panjang) maka dengan secepatnya dipukul dengan gatrik panjang ke arah penangkap.
Tim penangkap tetap bertugas menangkap Gatrik pendek. Bila tidak tertangkap, tim pemukul akan meneruskan permainan dengan memukul ujung Gatrik yang pendek Gatrik pendek di atas tanah (seperti memukul bola golf tapi sambil kaki mengangkang). Dalam memukul Gatrik pendek, dilakukan secara estafet (jika pemain ke-1 gagal memukul, diganti pemain ke-2, dst.). Jarak yang diukur dengan Gatrik pendek itu menentukan kemenangan tim. Tim yang menang biasanya akan dihadiahi oleh tim yang kalah dengan diakod (digendong) dengan jarak sesuai jauhnya Gatrik pendek yang dipukul.
18. Hahayaman
Hahayaman adalah permainan Musang mengejar ayam. Hahayaman merupakan salah satu permainan tradisional tanah Pasundan yang dimainkan oleh anak-anak, salah seorang di antara mereka menjadi hayam (ayam), dan satu orang lainnya menjadi careuh (musang).
Hayam (ayam) berdiri dan menghindar dari kejaran careuh (musang) di tengah-tengah lingkaran yang dijaga oleh anak-anak yang lain yang bertugas untuk menghalangi careuh (musang) yang bertugas mengejar hayam (ayam).
Cara bermainnya adalah dengan membuat lingkaran besar. Selanjutnya ada seorang anak yang berperan sebagai ayam dan seorang lagi berperan sebagai musang. Tugas musang adalah mengejar ayam sampai kena. Musang tidak boleh menangkap ayam apabila ayam masuk ke dalam lingkaran. Apabila ayam sudah tertangkap maka akan ditunjuk lagi anak lain yang berperan sebagai ayam dan musang.
19. Hong hongan
Hong hongan merupakan salah satu permainan anak-anak Sunda yang saat ini hampir punah. Permainan ini hampir sama dengan permainan ucing sumput (petak umpet). Bedanya, dalam permainan hong-hongan menggunakan tiang sebagai tempat berdiam diri "sang penunggu" sebagai penjaga tiang. Biasanya permainan ini dilaukan oleh lebih dari empat orang.
Cara bermaian - Misalnya si "A" bertugas sebagai "sang penunggu", berdiam di dekat tiang untuk mernjaga agar tiang tersebut disentuh oleh ateman-temannya yang nyumput (bersembunyi). Kemudian sang penunggu mencari teman-temannya yang bersembunyi, bila ada temannya yang terlihat atau ditemukan maka sang penunggu akan mendekati tiang dengan menyentuhnya dan berterian "Hong...(menyebutkan nama teman yang ditemukan)".
Apabila yang bersembunyi lebih dulu mencapai tiang dan menyebutkan "cambal" maka orang yang sudah di-hong-kan akan berlari untuk bersembunyi kembali.
Namun apabila semua orang yang bersembunyi dapat di-hong-kan oleh sang penunggu tiang maka selanjutnya orang yang pertama ditemukan akan gantian menunggu tiang. Begitu seterusnya hingga anak-anak merasa sudah kecapaian atau bosan.
20. Jajangkungan atau Egrang
Jajangkungan atau Egrang adalah permaianan anak-anak yang menggunakan galah atau tongkat yang digunakan seseorang agar bisa berdiri dalam jarak tertentu di atas tanah.
Cara memainkan : Kedua kaki menginjak titian yang terdapat pada masing masing bambu, kemudian langsung dibgunakan untuk berjalan.
Enggrang dibuat dari dua batang kayu atau bambu yang panjangnya masing-masing sekitar dua meter. Kemudian sekitar 50cm dari alas bambu/kayu tersebut dilubangi lalu dimasukkan bambu dengan ukuran 20-30cm atau dipakukan kayu yang berfungsi sebagai pijakan kaki. Permainan ini membutuhkan konsentrasi yang tinggi. Untuk itu diperlukan kehati-hatian agar tidak terjatuh.
21. Kelom Batok
Kelom batok adalah sepasang alat permainan yang terbuat dari tempurung kelapa yang dimainkan dengan cara dipijak seperti layaknya sendal jepit namun yang dijepit adalah tali. Permainan kelom batok (tempurung kelapa) tidak jauh bedanya dengan permainan atau mainan egrang atau jajangkungan. Cara memainkannya adalah mengatur keseimbangan serta ketahanan tubuh. Kelom atau pijakan dibuat dari tempurung kelapa yang dibelah dua. Umumnya tempurung kelapa yang digunakan adalah tempurung dengan diameter besar dan sudah tua.
Tempurung kelapa yang sudah mengering dibagi dua dan bagian tengahnya diberi lubang untuk dipasang tali yang terbuat dari serat pohon pisang atau tali ijuk muda. Pemilihan serat pohon pisang ataupun serat ijuk muda, selain lentur dan kuat, juga memudahkan pemainnya untuk memainkan kelom batok.
Cara memainkannya, kaki dipijakkan ke kedua batok sabil menjepit tali di antara jempol kaki dan telunjuk kaki. Tumpuan berada pada bagian kaki (pijakan) juga pada tangan (tali pegangan). Karena tali selain berfungsi sebagai pegangan juga sebagai kendali mengatur naik turunnya kaki.
Seperti halnya permainan egrang atau jajangkungan, kelom batok dimainkan sebagai adu ketahanan, fisik juga strategi, Hal yang paling menarik dari permainan kelom batok bukan hanya kepiawaian saat mengatuk keseimbangan tubuh maupun kekuatan fisik, tetapi juga dari unsur suara yang dihasilkan tempurung kelapa saat dimainkan. Semakin nyaring suaranya dan membuat harmoni nada, itulah pemain yang terbaik.
22. Kobak atau Logak
Kobak atau Logak adalah cara bermain kelereng dengan menggunakan lobang di tanah. Kobak atau logak yaitu lubang kecil yang dangkal di tanah. Perlengkapan alat yang digunakan dalam permainan ini beberapa Kelereng dan lobang kecil yang dangkal sebagai sasaran untuk mencapai kemenangan. Dilakukan oleh anak-anak atau remaja laki-laki antara 2 sampai 5 orang dan bermain perorangan. Tempat bermain di ruang terbuka yang cukup luas.
Permainan ini suka memakai taruhan uang atau karet gelang. Permainan ini di samping sebagai hiburan juga melatih kecermatan dan ketangkasan melempar. Permainan ini terdapat Kabupaten Bandung, Garut, Cianjur, Bogor dan sekitarnya.
Permainan ini mulai punah setelah banyak yang menggunakannya sebagai ajang bermain jud1 yakni dengan taruhan uang, koin yang dipakai diganti dengan uang.
23. Mamanukan
Mamanukan terdapat hampir di setiap daerah di Tatar Sunda. Mamanukan berasal dari kata manuk atau burung. Alat permainan ini merupakan tiruan dari bentuk burung. Pada umumnya terbuat dari gerabah yang dicetak. Ujung ekornya berlubang. Sisi kiri dan kanannya pun berlubang masing-masing satu buah. Bila ditiup, ekornya akan mengeluarkan bunyi. Sedangkan pengatur nada dengan cara membuka dan menutup kedua lubang pada badan dengan jari. Permainan ini biasanya dimainkan secara beramai-ramai, oleh anak laki-laki berusia antara 5 - 10 tahun di halaman rumah atau di bawah pepohonan.
Dahulu permainan anak ini dijajakan oleh para pedagang mainan anak-anak dan para pengrajinnya terdapat di Plered Kabupaten Purwakarta yang terkenal dengan kerajinan gerabahnya.
24. Ngadu muncang
Ngadu muncang adalah sebuah permainan adu kekuatan muncang (kemiri). Untuk memainkannya, pertama-tama seorang anak biasanya menyiapkan muncang andalannya yang telah direndam selama seperempat/setengah jam di dalam air cuka. Perendaman di dalam air cuka tersebut berguna untuk menambah kekuatan kulit muncang. Setelah muncang andalan siap untuk ditandingkan dengan muncang teman sepermainan, salah seorang wasit muncang memberi aba-aba supaya kedua muncang tersebut siap untuk ditandingkan.
Kedua muncang tersebut biasanya diletakan secara vertikal-bertumpuk di atas sebilah bambu yang telah dipotong mendatar. Kedua bambu mendatar tersebut diletakan di sisi bawah dan atas kedua tumpukan muncang tersebut yang di sisi paling bawahnya diberi alas sandal jepit. Setelah semua perlengkapan selesai dipersiapkan, maka seorang wasit muncang memberi aba-aba dari satu sampai tiga. Pada hitungan ketiga tersebut, wasit kemudian memukul tumpukan muncang dengan kayu yang agak besar. Di akhir permainan, anak-anak bisa melihat muncang mana yang masih bertahan dan muncang mana yang telah remuk. Di sini, anak-anak bisa mengetahui pihak mana yang lebih unggul.
25. Oray-orayan
Oray-orayan merupakan permainan yang menggunakan dialog dan nyanyian di antara pemain. Permainan ini dilakukan oleh 5 sampai sepuluh anak dan dibutuhkan area yang luas untuk melakukannya. Biasanya sebelum bermain suka saling memegang pundak teman yang lain yang ada di depannya. Bagian depan diartikan sebagai kepala dan bagian tengah serta belakang diartikan sebagai bagian tubuh dan ekor. Mereka membentuk barisan satu kolom dengan saling menumpu kedua tangan pada pundak teman di depannya. Sambil berjalan, mereka menyanyikan kawih yang biasa dinyanyikan, dengan syair sebagai berikut:
Oray orayan
Luar leor mapay sawah
Tong ka sawah
Parena keur sedeng beukah
Oray-orayan
Laur leor mapay leuwi
Tang ka leuwi
Di leuwi loba nu mandi
Oray-orayan
Oray naon, oray bungka, bungka naon, bungka laut
Laut naon, laut dipa, dipa naon, dipandeuriii…
Begitu syair berakhir, sang kepala berusaha menangkap bagian ekor, sementara sang ekor sendiri sudah mengatur strategi sehingga akan tampak seperti seekor ular yang meliuk-liuk karena antara kepala dengan ekor seakan saling mengejar. Yang harus menyesuaikan barisan adalah bagian tubuh ular karena tidak boleh putus. Hal ini membuat bagian tubuh seakan meliuk-liuk untuk mengikuti gerakan kepala dan ekor.
Tidak ada istilah pertandingan dan keuletan dalam permainan ini karena yang ada hanyalah sedikit ketangkasan yang didominasi oleh keceriaan yang kerap mewarnai setiap permainan ini baik berupa jeritan riang maupun tawa dari para pemain.
26. Pacublak-cublak
Pacublak-cublak adalah permainan menerka benda yang digenggam. Pacublak-cublak uang merupakan lagu permainan sunda yang dinyanyikan bersama-sama. Caranya anak-anak berkumpul dan salah seorang anak yang membungkuk yang akan menebak barang atau benda yang dipegang anak yang lainnya. Anak-anak yang lain menyimpan tangannya sambil dikepalkan, salah seorang anak memegang benda yang akan ditebak. Ketika bernyanyi, anak yang membungkuk bangun dan menebak benda tadi, jika tebakannya benar ada di salah seorang anak misalnya nama anak yang memegang benda itu Dani, maka Dani lah yang mendapat giliran harus membungkuk untuk menebak benda itu lagi. Lagu permainannya di bawah ini:
Pacublak-cublak uang
Uangnya manggul lonténg
Butata butiti
Si Tata wara-wiri
Tangsi nona tangsi babah
Si sidin mau kawin
Gamelan jegar-jegur
Amil panghuluna
Ta e em ta e em ta e em ta e em ta e em.
Lagu lainnya:
Pacublak-cublak uang
Manggoléntng-manggolanting
Butata butiti
Gembrang-gembrung
Gembrang-gembrung
Bo e-em, bo e-em.
27. Panggal/Pangal/gasing
Panggal/Pangal/gasing merupakan salah satu permainan tradisional Jawa Barat, Pangal adalah mainan yang bisa berputar pada poros dan berkesetimbangan pada suatu titik, umumnya terbuat dari kayu yang dibubut. Kayu diukir dan dibentuk hingga menjadi bagian badan gasing. Tali gasing umumnya dibuat dari nilon, sedangkan tali gasing tradisional dibuat dari kulit pohon. Panjang tali gasing berbeda-beda bergantung pada panjang lengan orang yang memainkan.
28. Pérépét jéngkol
Pérépét jéngkol merupakan Lagu Permainan Sunda yang dinyanyikan oleh laki-laki atau perempuan tiga orang, memegang tangan saling memebelakangi temannya masing-masing, kaki kanannya diangkat ke betis dianyamkan (tumpang tindih) hingga kuat. masing-masing tangan dilepaskan kemudian meloncat-loncat memutar ke arah kiri sambil tepuk tangan menuruti irama lagu Pérépét jéngkol.
Pada saat melakukan permainan ini keseimbangan anak terlihat pada kemampuan anak bertahan mengangkat sebelah kakinya. Permainan ini dibuat beberapa regu, regu yang dapat bertahan lama dan tidak terjatuh adalah pemenangnya.
Permainan “pérépét jéngkol” hanya ada di Jawa Barat, sepertinya belum ditemukan permainan yang mirip. Di daerah lain tidak ditemukan permainan saling bertolak belakang antar pemain membentuk lingkaran sambil saling menyelipkan salah satu kaki tumpang tindih.
Syair Pérépét jéngkol
Pérépét jéngkol
Jajahéan
Kadempét kohkol
Jéjérétéan.
29. Sesengekan
Sesengekan adalah mainan terbuat dari batang ruas padi yang dibuat menjadi peluit. Permainan tradisional Sunda ini dilakukan dengan menjepit ujung batang padi menggunakan dua telapak tangan. Batang padi yang digunakan biasanya memiliki panjang sekitar 10 cm. Batang padi digesek hingga ruasnya pecah kemudian ditiup. Pemain akan mendengar suara 'ngek' dari batang padi tersebut.
Mainan ini biasa dimainkan pada saat panen tiba, karena bahan yang dipakai adalah bahan ruas padi yang banyak keberadaannya kalau panen sudah tiba, yaitu ketika butir padi sudah dipanen. Batang padi ini dipotong, panjangnya kurang lebih 10 cm, dengan memotong bagian pangkal ruasnya. Kemudian dibawah batas ruas nya dijepit oleh dua telapak tangan dan digesekan bersamaan sampai batang ruas padinya pecah, kemudian tekan kedua ujungnya berlawanan, setelah itu tiup dan akan berbunyi "ngek". Sumber suara berasal dari tiupan yang masuk melalui bilah-bilah ruas padi yang pecah, keluar melalui batang tersebut tertahan dan menghasilkan suara.
Sesengekan merupakan hiburan seorang anak ketika orang tuanya sedang melaksanakan panen.
30. Ucang-Ucang Angge
Ucang-ucang anggé merupakan Lagu Permainan Sunda yang dinyanyikan oleh seorang anak sambil ucang-ucangan mengayunkan kedua kakinya duduk di kursi atau golodog, kakinya diayun-ayunkan ke depan ke belakang beberapa kali. Biasanya sambil bermain dengan adik atau saudara. Kadang-kadang dilakukan orang tua saat mengasuh anaknya agar tenang.
Lagunya di bawah ini:
Ucang-ucang anggé
Mulung muncang ka papanggé
Diudag ku anjing gedé
Anjing gedé nu Ki Lebé
Ari gog, gog cungungung.
31. Ucing Beling
Ucing beling adalah permainan meyembunyikan pecahan beling yang dikubur di dalam tanah. Permainan ini dapat dilakukan minimal dua orang dengan rentang waktu usia antara 5-10 tahun, berikut ini cara bermainnya:
- Masing-masing anak menyiapkan pecahan beling (kaca) berukuran kecil (biasanya beling yang berwarna putih susu).
- Kemudian masing-masing anak membuat garis berupa lingkaran di tanah dengan diameter sekitar 20-30 Cm.
- Kemudian masing-masing anak menggali tanah yang ada di dalam lingkaran menggunakan batang kayu kecil untuk menyembunyikan pecahan belingnya.
- Setelah semua selesai menyem,bunyikan beling di tanah, maka masing-masing anak akan mencari beling temannya yang lain untuk mengetahui di mana letak pecahan beling tersebut dikubur.
- Dalam permainan ini dibutuhkan kecerdikan menyamarkan bekas galian tanah untuk mengubur beling dengan menyamarkannya, kadang bida di sembunyikan di bawah rumput, di bawah pecahan genting, dan lain sebagainya.
32. Ucing Bendrong atau Bancakan
Ucing Bendrong atau Bancakan adalah permainan anak-anak yang mirip dengan ucing sumput/petak umpet, hanya saja permainan ini menggunakan tumpukan pecahan genting atau batu sebanyak jumlah pemain yang disusun bertumpuk, dan keduanya ditempatkan dalam dua buah lingkaran berdampingan.
Sebelum permainan dimulai, peserta melakukan pengundian dengan cara hompimpa, cang kacang panjang, atau yang keliatan kukunya ucing, dan diakhiri dengan suit bila tersisa dua orang untuk menentukan siapa yang akan menjadi ucing (petugas penjaga).
Permainan dimulai dengan sang ucing menyusun pecahan genting di atas tanah, lalu satu persatu pemain melempar tumpukan genting menggunakan batu dengan jarak yang disepakai, sang ucingpun ikut melempar di urutan terakhir. Bila salah satu pemain dapat meruntuhkan pecahan genting maka sang ucing harus merapikannya, sementara anak-anak lainnya berlarian untuk bersembunyi. Namun bila tidak ada yang dapat meruntuhkan tumpukan pecahan genting dan tiba giliran ucing melempar dan dapat meruntuhkan tumpukan genting maka yang pertama melempar akan menjadi ucing (penjaga).
Sesaat setelah tumpukan genting roboh berantakan, pemain lain harus bersembunyi dengan cepat sebelum ucing selesai merapikan tumpukan pecahan genting karena kalau kalah cepat maka ucing akan menemukannya. Setelah susunan genteng berdiri secara sempurna, ucing mulai menjaga susunan genteng agar tidak dirobohkan sembari mencari para pemain.
Apabila pemain terlihat atau ditemukan, ucing harus menyebutkan nama pemain kemudian menginjak batu (yang dipakai untuk melempar sebelumnya) sembari berteriak BANCAKAN! sebagai tanda bahwa persembunyian pemain telah terbongkar dan pemain diharuskan keluar dari tempat persembunyiannya. Pencarian terus dilakukan ucing sampai semua pemain ditemukan.
Selanjutnya permainan dimulai dari awal, namun tidak perlu undian karena calon ucing sudah ada yaitu anak yang pertamakali ditemukan oleh sang ucing.
Ada satu peraturan, saat ucing berusaha mencari pemain dengan menjauh dari tumpukan genting, maka pemain lain yang sedang bersembunyi boleh berlari mendekati tumpukan genting untuk merobohkan tumpukan genting menggunakan kaki. Maka sang ucing harus merapikan kembali tumpukan genting tersebut, bila sebelumnya sudah ada anak yang ditemukan oleh ucing maka anak tersebut boleh nyumput (bersembunyi) kembali saat ucing merapikan tumpukan pecahan gentingya.
33. Ucing Kuriling
Ucing Kuriling adalah permainan kucing-kucingan menggunakan lingkaran sebagai media permainan.
Permainan ini dapat dilakukan oleh anak-anak dan tidak terbatas banyaknya. Permainan Ucing Kuriling dilakukan di tempat yang agak luas dengan membuat garis lingkaran yang garis tengahnya kira-kira 4 sampai 5 m.
Yang menjadi kucing berada di atas garis lingkaran sedangkan yang menjadi tikusnya/mangsanya di dalam lingkaran. Apabila mangsanya kena tepukan kucing maka ia akan berbalik menjadi kucing. Permainan ini juga dapat dimainkan dengan sistem jibeh / beunang hiji beunang kabeh (kena satu kena semua), maksudnya apabila mangsa kena tepukan kucing maka jumlah kucing bertambah. Begitu seterusnya sampai mangsa kena tepukan dan menjadi kucing semuanya.
34. Ucing Sumput
Ucing sumput atau petak umpet adalah permainan kucing-kucingan khas dari Jawa barat, ucing dalam bahasa indonesia artinya kucing sedangkan sumput artinya bersembunyi. Permainan dimulai dengan mengundi siapa yang jadi ucing (penjaga) dengan cara hompimpa, cang kacang panjang, atau yang keliatan kukunya ucing, dan diakhiri dengan suit bila tersisa dua orang untuk menentukan siapa yang akan menjadi ucing (petugas penjaga).
Kemudian ucing diharuskan menghadap tembok atau batang pohon membelakangi kawan-kawannya dan menghitung 1-10 (ji wa lu pat ma nep jub pan lan luh) berulang-ulang sambil bertanya kepada kawan lainnya 'geus can' (udah belum). saat ucing menghitung itulah anak-anak lainnya berlarian bersembunti.
Setelah semua bersembunnyi, sang ucing harus mencari pemain yang bersembunyi dan bila ada yang terlihat maka ucing berlari ke tempat dia mengitung dan berteriak memanggil nama pemain yang ditemukannya (misalnya: Cecep Ucing atau Cecep Hong). Begitu seterusnya hingga semua pemain ditemukan lalu permainan dimulai dari awal dan anak pertama yang ditemukan akan menjadi ucing.
Bila saat ucing mencari peserta (saat itu sudah ada beberapa peserta yang telah ditemukan) yang sedang bersembunyi, lalu ada peserta yang sedang bersembunyi berlari mendahului ucing dan memegang tembok atau batang pohon tempat menghitung maka peserta yang sebelumnya sudah ditemukan dapat bersembunyi kembali. Saat itulah permainan kembali ke awal, sang ucing kembali berhitung...
35. Ucing-Ucingan / Emeng-Emengan / Ucing Udag
Ucing -Ucingan / Emeng-Emengan / Ucing Udag adalah permainan yang dapat dimainkan oleh dua orang atau lebih. Ucing artinya Kucing sedangkan udag berarti kejar, jadi ucing udag dapat diartikan permainan mengejar dan orang yang mengejar disebut ucing. Ucing udag juga memiliki beberapa jenis, di antaranya, ucing udag biasa, ucing jibeh, ucing kub-bangun dan ucing kub-segar.
- Ucing udag biasa - adalah permainan kejar-kejaran dengan satu pengejar (ucing). Si ucing harus menyentuh pemain yang lain agar dia berhenti menjadu ucing dan orang yang tersentuhlah yang menjadi ucing selanjutnya.
- Ucing jibeh - Jibeh di sini adalah sebuah akronim dari "beunang hiji, beunang kabeh". Ucing jibeh memiliki keunikan tersendiri, yaitu, si ucing bisa ada banyak. Pada awal permainan si ucing hanya ada satu. Jika dia berhasil menyentuh pemain lain, dia akan menjadi ucing bersama orang yang disentuhnya. Begitu terus hingga semua pemain menjadi ucing. Jika semua pemain sudah menjadi ucing, permainan akan memulai dari awal lagi dan yang akan menjadi ucing adalah orang pertama yang disentuh oleh ucing di awal tadi.
- Ucing kub-bangun - hampir sama dengan ucing udag biasa, bedanya, ucing kub-segar memperbolehkan si pemain, selain ucing, bisa berhenti dan membuat ucing tak bisa menjadikannya ucing meskipun disentuhnya, itu dinamakan kub. Pemain yang sedang kub tidak bisa bergerak hingga dia dibangunkan oleh pemain lain sambil menyebut "bangun.
- Ucing kub-segar - ampir sama dengan dengan ucing kub-bangun. Tetapi di ucing kub-segar, orang yang kub bisa bangun sendiri dengan menyebutkan kata "segar". (sumber: https://budaya-indonesia.org/Ucing-Udag)