Permainan ini sejenis meriam yang terbuat dari bambu dan biasanya mulai marak dimainkan oleh anak-anak. Saat dimainkan, sekumpulan anak-anak di Desa Bulotalangi, Kecamatan Bulango Timur, Kabupaten Bone Bolango menghabiskan waktu dengan sepotong bambu. Botol lampu minyak tanah menemani mereka silih berganti saling sahut menyahutan suara letupan bambu.
Permainan tradisional Bunggo ini biasanya hanya dilakukan setahun sekali dan dijadikan sebagai sarana menyambut kemeriahan malam Tumbilotohe. Adapun bahan bakarnya yakni minyak tanah yang saat ini susah didapat.
Koba Koba adalah permainan Gorontalo yang menggunakan dua buah gelang karet. Permainan koba-koba dapat dimainkan oleh dua sampai 5 orang. Pertama-tama dua karet diletakkan di atas telapak tangan kemudian dilemparkan ke lantani. Lalu jari kelingking digoreskan di antara kedua karet tersebut. Dengan menggunakan kuku jempol, salah satu karet disentil ke arah karet yang lainnya. Kemudian pertemuan antara kedua karet disentuh dengan kelingking. Lalu kedua karet ditiup, bila karet terpisah maka salah satu karet menjadi milik pemain.
Ada juga yang menggunakan 3 buah karet, sama seperti permainan dua karet pertama-tapa 3 buah karet diletakkan di atas telapak tangan, lalu dilemparkan ke lantai. Lalu jari kelingking digoreskan di antara kedua karet tersebut. Dengan menggunakan kuku jempol, salah satu karet disentil ke arah karet yang lainnya. Kemudian pertemuan antara kedua karet disentuh dengan kelingking. Lalu kedua karet ditiup, bila karet terpisah maka salah satu karet menjadi milik pemain. Hal ini dilakukan terhadap karet ketiga. Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=IOZBeM-aB0A
5. Momotahu
Momotahu adalah salah satu permainan tradisional Gorontalo, Permainan ini menggunakan buah kemiri yang dibidik dengan menggunakan karet gelang. Dulu hampir di setiap rumah masyarakat Gorontalo , ditanami pohon kemiri, buahnya yang keras kemudian dijadikan mainan oleh anak-anak, diletakkan di atas botol, kemudian dibidik dengan menggunakan karet gelang pada jarak tertentu, permainan ini biasanya dimainkan pada waktu senggang, baik di rumah maupun di sekolah. Belakangan setelah ada kelereng, buah kemiri perlahan dilupakan.
6. Palapudu
Mainan anak-anak untuk perang-perangan yang terbuat dari seruas cabang bambu/buluh yang dibuat seperti pompa sepeda, sedangkan pelurunya adalah biji ketumbar atau daun rumput.
Permainan ini mengasah kemampuan kerja sama dan kekompakkan, selain untuk bermain perang-perang alat ini juga bisa juga berfungsi untuk mengusir hewan seperti anjing, nyamuk, dal lain-lain.
Untuk pelurunya sendiri bisa memakai kertas ataupun buah-buahan yang berbentuk kecil bulat dan agak keras seperti buah bonsai. Untuk peluru kertas sendiripun harus kertas yang basah agar kertas bisa dibentuk menjadi bulat sehingga bisa dimasukkan kedalam lubang bambu.
7. Ponti
Ponti adalah nama sebuah permaian di Gorontalo, Di Jawa dan tempat lainnya dikenal dengan nama permainan bola bekel. Bedanya, di Gorontalo menggunakan bola tenis pengganti bole bekel dan Biya sebagai bijinya. Di Jawa Timur permainan ini dimainkan menggunakan bola karet seukuran bola pingpong dan biji bekel yang terbuat dari kuningan atau plastik. Sementara di Jawa Barat, permainan bekel disebut dengan beklen umumnya menggunakan biji kuwuk kerang sebagai biji bekel. Lain halnya di Kepulauan Riau, permainan bekel memiliki sebutan besimbang, dimainkan dengan bola bekel yang terbuat dari kulit kerang yang telah dipoles sehingga permukaannya menjadi licin dan berbentuk seperti bola.
Permainan bekel biasanya dimainkan oleh 2-5 orang pemain dengan cara bermain sebagai berikut:
- Siapkan bola bekel dan 5 buah biji bekel.
- Pemain melakukan pengundian untuk menentukan urutan bermain.
- Permainan dilakukan dengan mengumpulkan biji bekel setelah bola bekel dilambungkan ke udara, kemudian dilanjutkan dengan mengambil kembali bola setelah satu kali pantulan bola.
- Pada babak pertama, pengumpulan biji bekel dilakukan secara bertingkat. Pada babak pertama, pemain mengambil 1 buah biji bekel pada pantulan bola pertama, mengambil 2 biji bekel pada pantulan bola kedua, dan seterusnya.
- Permainan akan berganti ke pemain berikutnya apabila tidak berhasil mengumpulkan biji bekel pada pantulan bola bekel atau muncul pelanggaran yaitu menyentuh biji bekel lain saat mencoba mengumpulkan biji bekel.
- Pada babak kedua, biji bekel diatur dengan posisi menunjukkan sisi yang sama.
- Pada babak ketiga, biji bekel diatur sama dengan posisi menunjukkan sisi berbeda dari babak kedua
- Pemenang permainan ini adalah pemain pertama yang berhasil menyelesaikan setiap babak dalam permainan.
8. Tanggedi
Tanggedi adalah permainan tradisional yang mengggunakan bambu sebagai alat utamanya. Bambu tersebut berukuran panjang kira-kira 2 meter. kemudian kira-kira 40-50cm dari ujung bambu diberi pijakan untuk kaki. Di daerah lain memiliki nama yang berbeda-beda, seperti di Jawa tengah egrang, jawa barat jajangkungan.
9. Tengge-Tengge
Permainan tengge-tengge (dalam bahasa Gorontalo) merupakan permainan tradisonal lompat-lompatan pada bidang-bidang datar yang digambar di atas tanah, dengan membuat gambar kotak-kotak kemudian melompat dengan satu kaki dari kotak satu ke kotak berikutnya. Permainan tengge-tengge biasa dimainkan oleh 2 sampai 5 anak perempuan dan dilakukan di halaman. Namun, sebelum kita memulai permainan ini kita harus membuat kotak-kotak di pelataran semen, aspal atau tanah, menggambar 5 segi empat berhimpit vertical kemudian di sebelah kanan dan kiri diberi lagi sebuah segi empat.
Cara bermainnya sederhana saja, cukup melompat menggunakan satu kaki di setiap petak-petak yang telah digambarkan sebelumnya di tanah. Untuk dapat bermain, setiap anak harus mempunyai kereweng atau gacuk yang biasanya berupa pecahan genting, keramik lantai, ataupun batu yang datar. Kereweng atau gacuk dilempar pada salah satu petak yang digambar di tanah, petak yang ada gacuknya tidak boleh diinjak atau ditempati oleh setiap pemain, jadi para pemain harus melompat ke petak berikutnya dengan satu kaki mengelilingi petak-petak yang ada. Saat melemparkannya tidak boleh melebihi kotak yang disediakan, jika melebihi, maka dinyatakan gugur, dan diganti dengan pemain selanjutnya. Pemain yang menyelesaikan satu putaran terlebih dahulu melemparkan gacuk dengan cara membelakangi tengge-tenggenya, jika pas pada petak yang dikehendaki, maka petak itu akan menjadi “sawahnya”, artinya di petak tersebut pemain yang bersangkutan dapat menginjak dengan dua kaki, sementara pemain lain tidak boleh menginjak petak itu selama permainan. Peserta yang memiliki sawah paling banyak adalah pemenangnya. Permainan ini sangat seru karena biasanya paling sering kesalahan yang dilakukan adalah saat kita melempar gacuk tapi tidak pas di kotaknya atau meleset dari tempatnya.
10. Tepa Tonggo
Tepa tonggo merupakan salah satu jenis permainan rakyat (tradisional) yang terdiri dari dua kata yaitu tepa dan tonggo. Tepa artinya sepak atau tending, dan tonggo artinya jongkok. Jadi tepa tonggo adalah permainan menendang dan berjongkok. Tepa Tonggo sebagai salah satu olahraga tradisional masyarakat, hal ini sesuai dengan penggalian pengamatan pemenuhan persyaratan sebagai salah satu olahraga tradisional yang perlu dimasyarakatkan. Permainan ini sekilas mirip sepakbola, yang membedakannya ialah, pada Tepa Tongo para pemainan memainkan bolanya dalam keadaan jonggok.
Terdapat juga gawang yang dibuat dengan bambu kuning yang ditanjapkan ke tanah. Di bagian bawah tiang gawang diberi potongan buah kelapa kering (batolo kelapa / unggulo) dan mayana. Sementara itu di bagian atas dan bawah diberi daun polohungo (pohon ekor ayam). Dalam pengukuran lapangan dibuat tali yang terbuat dari ijuk pohon enau yang dibuat langsung oleh para pemainnya.
Yang unik dalam pengukuran lapantan digunakan satuan langkah yakni: Panjang lapangan 20 langkah (27m), dan lebar la[angan 13 langkah (18m). Sementara itu, bola yang digunakan terbuat dari daun pisang kering (luli) dengan dimeter kira-kira 17 Cm. Sedangkan ukuran gawangnya: lebar 3,2 m dan tinggi 1,6 m.
Aturan permainan:
- Ketika menendang bola, tangan memegang lutut kaki.
- Saat berlari mengejar bola, satu tangan harus bertumpu di tanah dan tangan satu lagi memegang lutut.
- Kepala dapat digunakan untuk menahan dan mendribel bola.
- Bola dapat digigit sementara untuk dimainkan lagi.
- Bola dapat didribel dengan syarat tidak boleh lebih dari 3 langkah, selanjutnya harus dioper atau dilepas.
Jumlah pemain Tepa Tonga adalah 5 orang per tim, dengan durasi permainan 6 menit dengan istirahat perbabak 1 menit. Selama permainan berlangsung diiringi musik tradisional yang terdiri dari alat musik rebana, polopalo, dan gendang. (
Sumber)
11. Tok Kak Mabolo (egrang)
Engrang atau dalam bahasa suku Bajo adalah tok kak mabolo merupakan permainan yang biasanya dimainkan ketika matahari sudah turun atau menjelang sore hari hingga adzan Magrib. Tok kak mabolo itu diambil dari dua kata. Tok kak artinya tiang, sedangkan mabolo artinya bambu.
Untuk membuat tok kak mabolo, warga suku Bajo mengandalkan kayu bulu. Perlu diketahui, kayu bulu mirip dengan bambu. Sebelum dibuat, kayu bulu terlebih dahulu diasah hingga halus. Fungsinya saat dimainkan, tidak terjadi luka di kaki bila berbenturan dengan kayu bulu.
Bagian pijakan diberikan kayu setebal dua sentimeter, fungsinya bisa menahan beban tubuh seseorang yang menaiki tok kak mabolo. Selain itu, jarak bagian pondasi dengan kayu yang dipakai untuk pijakan tidak terlalu jauh. Biasanya untuk anak-anak hanya sejengkal jarak dari tanah ke kayu yang dipakai untuk pijakan kaki. Sementara untuk orang dewasa, dibuat agak lebih jauh.
12. Tumbu-Tumbu Balanga
Permainan menggunakan semacam syair/mantera, semula bertujuan untuk membujuk bayi yang menangis, dilakukan dengan menepuk-nepuk meja atau kursi dengan kepalan tangan, pukulan yang kian keras, terbukti mampu mencuri perhatian bayi yang menangis hingga terdiam. Permainan ini dimainkan berkelompok dengan saling menyusun tangan, saat mantera berakhir tangan paling bawah dibuka.
Syair yang dinyanyikan:
“Tumbu-tumbu balanga, balanga li masoyi/ Soyi-soyi leke, leke kambu-kambu /Bu’ade tibawa/Tutuiyo Hulawa"
“tumbu tumbu blanga, blanga minya drom. Drom cakalele buka satu dibawah.”
Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak-anak perempuan. Mereka mengajak hingga 5 sampai 6 orang, lalu duduk di teras rumah atau di mana saja yang nyaman bagi mereka bermain.
Kelompok anak dalam permainan ini akan membentuk lingkaran sambil duduk bersila. Kedua tangan diluruskan kedepan, telapak tangan dikepalkan dan saling disilangkan satu sama lain.
Kepalan tangan akan diurutkan secara bertingkat dari bawah hingga ke atas. Setelah semua tangan menyatu dalam lingkaran, anak-anak akan mulai menyanyikan lagu tumbu-tumbu blanga.
Setiap lagu berakhir kepalan tangan yang paling bawah akan dibuka, lalu nyanyian akan diulangi. Begitu seterusnya hingga kepalan tangan paling atas.