Sulawesi Utara (disingkat Sulut) adalah salah satu provinsi yang terletak di ujung utara Pulau Sulawesi, Indonesia, dengan ibu kota terletak di kota Manado. Sulawesi Utara merupakan kawasan yang sangat kaya dengan seni budaya Indonesia lainnya. Sulawesi Utara mempunyai aneka seni budaya yang khas seperti tari-tarian, dan budaya lainnya.
Berikut ini kami sampaikan beberapa permainan tradisional khas yang ada di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) yang dimainkan oleh anak-anak remaja baik yang masih dimainkan hingga sekarang ataupun yang sudah mulai ditinggalkan oleh pemainnya, lengkap dengan arti, sejarah, gambar, dan penjelasannya.
- Baka-baka sambunyi
- Ceklen
- Cenge-cenge
- Dodorobe/Tembak-tembakan
- Lompat tali
- Slepdur
- Tali koko
- Tuan Dosep
- Tumbu-tumbu belanga
1. Baka-baka sambunyi
Baka-baka sambunyi merupakan permainan anak-anakn Sulut berupa permainan mencari musuh atau lawan. Di daerah lain seperti di Jawa dan Sumatera lebih dikenal dengan nama petak umpet. Sebelum bermain anak-anak berundi dengan telapak tangan atau hompimpah (gambreng) sebanyak anak yang ikut bermain. Setelah tinggal dua anak, barulah dua anak tersebut melakukan suten dan yang kalah harus jaga blengko sambil menutup mata, sampai hitungan yang disepakati bersama. Anak yang ditutup matanya harus mencari teman-teman yang menjadi musuh atau lawan.
2. Ceklen
Permainan ceklen atau bekel biasa dimainkan oleh anak-anak perempuan di hampir semua wilayah Indonesia. Permainan ini biasanya dimainkan oleh dua sampai lima orang anak dengan menggunakan biji bia atau kerang laut sebanyak empat, enam atau delapan biji bia sesuai dengan kesepakatan bersama.
Ceklen biasanya dimainkan oleh anak-anak perempuan. Permainan ini dikenal hampir di seluruh wilayah Indonesia, dengan nama yang berbeda-beda. Anak-anak yang terdiri dari 2 hingga 5 orang anak, akan menggunakan biji bia, atau rumah kerang berukuran kecil.
Ada sebanyak 4, 6 hingga 8 biji bia yang digunakan, sesuai kesepakatan anak-anak yang terlibat dalam permainan. Anak-anak akan duduk di lantai sambil bersila memainkan bola dan bia. Sebelum bermain, anak-anak harus melakukan “hum-pim-pah” atau suten untuk mencari siapa yang akan memulai permainan, berturut-turut sebanyak jumlah yang ikut bermain.
3. Cenge-cenge
Cenge-cenge adalah permainan loncat cengan satu kaki untuk melewati petak-petak yang ada di tanah. Di daerah lain, permainan ini dikenal dengan nama Engklek. Namun, di Maluku Utara, lebih dikenal dengan sebutan cenge-cenge. Permainan ini kebanyakan dimainkan anak-anak perempuan namun ada juga anak laki-laki yang ikut bermain. Jenis permainan cenge-cenge ini sebenarnya sangat banyak, yakni tergantung gambar dan tingkat kesulitan.
Namun yang paling sering dimainkan ada dua jenis, yaitu cenge-cenge rok dan cenge-cenge disko. Cenge-cenge rok garis atau bentuk gambarnya menyerupai orang dengan menggunakan rok. Sedangkan cenge-cenge disko bentuk gambarnya berbentuk bintang namun setiap sudutnya berbentuk kotak.
Cara memainkan hampir sama, yakni melemparkan gaco (lempengan batu) pada setiap kotak. Kemudian pemain yang menang suteng (suit) akan melompati setiap garis dengan lompatan yang lincah. Jika gaco yang dilempar berada digaris maka pemain harus berganti posisi sebagai penjaga atau menunggu giliran main berikutnya.
5. Lompat tali
Seperti namanya, Lompat tali merupakan permainan melewati seutas tali dengan cara melompat. Biasanya dimainkan oleh anak perempuan, tapi anak laki-laki sering ikut serta bermain. Mereka menggunakan tali yang terbuat dari karet maupun akar pohon. Permainan ini dimulai dengan mencari pemenang dengan cara hompimpah atau gambreng untuk menentukan siapa yang akan pegang tali. Dua orang yang kalah diharuskan untuk memegang ujung tali, dan pemenangnya melompatinya sampai tidak menyentuh tali itu. Jika dalam lompatan terkena atau menyentuh tali, maka akan diganti oleh pemegang tali hingga bergantian terus menerus.
6. Slepdur
Slepdur adalah salah satu syair pada permainan ini. Beberapa orang akan mengular layaknya seekor naga dengan kepala dan ekor. Di daerah lain dikenal juga dengan nama ular naga, biasanya dimainkan oleh anak perempuan dan anak laki-laki secara bersama-sama. Zaman dulu, slepdur dimainkan di malam hari saat bulan purnama. Jumlah pemain dari slepdur harus banyak agar lebih seru. Permainan ini biasanya dimainkan di lapangan luas. Anak-anak berbaris bergandeng tangan dan ditaruh di bahu teman, dibuat layaknya ekor ular naga yang panjang. Biasanya anak yang tinggi yang menjadi kepala naga. Selain ekor ular, ada dua anak yang akan menjadi gerbang dan mereka akan memilih salah satu anak untuk dijadikan tumbal atau pengganti gerbang. Di saat ular sedang berjalan, anak-anak akan menyanyikan lagu slepdur untuk menentukan ketukan berhentinya ular naga.
4. Dodorobe/Tembak-tembakan
Dodorobe adalah mainan anak dari daerah Minahasa kemudian Maluku Utara yang terbuat dari bambu kecil tebal berdiameter luar kurang lebih 1/2 inch dan diameter dalam bervariasi antara 3/8, 1/4 inchi.
Dodorobe terdiri dari dua bagian, bagian pertama alalah berbentuk pipa sepanjang sekitar 25cm sampai denga 45cm dan bagian kedua adalah gagang yang digunakan untuk mendorong peluruh yang biasanya terbuat dari dedaunan atau buah kecil atau juga kertas koran yang diccampur dengan air. Mainan ini ketika digunakan akan mengeluarkan suara disertai dengan keluarnya bullet/peluruh mainan dengan jangkauan +/- 25m. Anak di Minahasa dan Maluku Utara menggunakan untuk permainan perang-perangan.
Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak laki-laki, lebih ke seni fisik dalam bermain perang-perangan. Senjata atau alat tembak yang dipakai adalah bambu cina atau dalam bahasa lokal Manado disebut bulu tui. Adapun untuk peluru dipakai kertas atau buah jambu air yang masih kecil. Cara bermain dodorobe adalah anak-anak dibagi menjadi dua kelompok. Masing-masing kelompok punya benteng dan saling tembak meniru adegan perang. Kelompok yang paling banyak kena tembakan dan bentengnya berhasil dianggap kalah.
7. Tali koko
Tali koko merupakan permainan berlari dalam garis tanpa tersentuh oleh pemain lawan (menghadang lawan agar tidak bisa lolos ke garis akhir). Tali koko dikenal juga dengan nama permainan gobak sodor, sodoran atau galah asin. Cara bermainnya, satu tim menjadi tim penjaga garis batas dan satu tim lagi sebagai tim penembus benteng. Permainan ini terdiri dari empat sampai enam orang anak. Setiap anggota dari tim pemain akan berusaha menembus garis belakang penjaga arena. Tim penjaga garis akan mencegah agar tim pemain tidak bisa melewatinya. Tim penembus benteng harus melewati penjaga garis jangan sampai badannya tersentuh tangan tim lawan. Bila badan penembus tersentuh tim penjaga garis batas, maka permainan berganti. Tim penjaga garis menjadi tim penembus benteng. Begitu seterusnya sampai ada tim yang bisa melewati garis batas tanpa tersentuh tangan penjaga garis dan merebut benteng. Tim itulah yang menjadi pemenang.
8. Tuan Dosep
Ini termasuk permainan anak-anak yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Permainan ini terdiri dari satu orang anak yang menjadi si miskin dan meminta anak kepada kelompok anak yang banyak jumlahnya. Si miskin akan memilih anak dari si kaya, sambil berjalan maju dan menyebut nama anak yang akan dimintanya. Begitu seterusnya sampai kelompok anak yang banyak jumlahnya habis.
9. Tumbu-tumbu belanga
Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak-anak perempuan secara berkempok terdiri dari lima hingga enam orang. Mereka akan bermain di teras rumah sambil duduk bersila dan melingkar. Cara bermain tumbu-tumbu belanga adalah jari setiap anak dikepalkan dan disilangkan di tengah lingkaran. Kepalan tangan diurutkan bertingkat dari bawah ke atas. Setelah semua kepalan tangan sudah menyatu di tengah lingkaran, maka anak-anak akan mulai bernyanyi lagu Tumbu-tumbu Blanga, berturut-turut dari kepalan yang paling bawah akan membuka telapak tangan mereka sampai kepalan yang paling atas.