Sulawesi Tenggara (disingkat Sultra) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak bagian tenggara pulau Sulawesi dengan ibu kota Kendari.
Berikut ini kami sampaikan beberapa jenis permainan tradisional khas yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara yang dimainkan oleh anak-anak remaja baik yang masih dimainkan hingga sekarang ataupun yang sudah mulai ditinggalkan oleh pemainnya, lengkap dengan arti, sejarah, gambar, dan penjelasannya.
Daftar isi:
Daftar Permainan Tradisional Provinsi Sulawesi Tenggara
KABUPATEN KENDARI
1. Celle
Celle merupakan jenis permainan tradisional yang berasal dari salah satu daerah di Sulawesi Tenggara. Dinamakan juga dengan Selle oleh penduduk di Kecamatan Lasolo dan Sampara. Ada kemungkinan ini berasal dari bahasa Bugis atau bahasa daerah Kendari yang telah mendapat pengaruh dialek Bugis, karena wilayah ini terdiri atas sebagian orang-orang Bugis. Dalam bahasa Kendari (bahasa Tolaki) hanya ada istilah seleko yang merupakan nama salah satu tempat penyimpanan padi terdiri atas selembar jelajah bambu yang dilingkarkan sehingga berbentuk drum. Dimungkinkan dari sini kemudian dihubungkan dengan suatu permainan yang mana para pemainnya berusaha untuk mempertahankan sekeliling lingkaran permainan agar tidak dimasuki lawan untuk diserang. Sejak pendudukan Jepang di Sulawesi Tenggara, permainan ini mulai berkembang di daerah Kabupaten Kendari. Akan tetapi, berdasarkan tradisi masyarakat Suku Tolaki di Kabupaten Kendari, permainan ini merupakan hasil kreasi mereka sendiri. Siapa pencipta permainan ini masih menjadi misteri sampai saat ini. Namun, diperkirakan permainan ini telah berusia lebih dari setengah abad.Permainan ini biasa dimainkan oleh anak-anak sekolah pada sore atau malam hari.
Jumlah, usia, dan jenis kelamin pemain terdiri dari dua kelompok yang saling berkompetisi, tiap kelompok memiliki namanya masing-masing sesuai selera mereka. Satu kelompok terdiri atas 4 s.d. 7 orang dengan ketentuan jumlah anggota dari masing-masing kelompok sama. Usia rata-rata 9 sampai 15 tahun. Dapat dimainkan oleh laki-laki saja, perempuan saja, ataupun dicampur keduanya. Peralatan permainan hanya memerlukan sebuah lapangan rata yang tidak berumput dan berlumpur. Di atas tanah lapang tersebut dibuat sebuah lingkaran dengan jari-jari +/- 3 meter
Cara bermain:
- Pemain dibagi menjadi dua kelompok
- ketua kelompok mengundi untuk menjadi penjaga dan penyerang
- kelompok penjaga menjaga lingkaran
- kelompok penyerang berusaha untuk masuk ke area lingkaran
- bila seorang penyerang tertangkap (berhasil disentuh) penjaga, maka yang bersangkutan dianggap gugur, tetapi bila salah satu anggota penyerang berhasil menginjak wilayah pertahanan lawan ia harus berteriak "celle" dan mengangkat kedua tangan sebagai tanda kemenangan (pada saat itu juga pengejaran bagi penyerang yang belum gugur dihentikan dan dinyatakan satu kemenangan bagi kelompok penyerang
- Tahap pergantian peran antara kedua kelompok - peralihan peran terjadi bila keseluruhan anggota penyerang gugur sebelum ada yang berhasil memasuki wilayah pertahanan lawan. Bila terjadi hal tersebut, maka kelompok penjaga segera menyebar untuk mencari tempat persembunyian di sekitar wilayah pertahanan lawan sedangkan kelompok yang tadinya bertindak sebagai penyerang harus segera memasuki lingkaran pertahanan dan mengamati tiap gerak-gerik lawan yang sudah siap mengintai dan memasuki wilayah pertahanan.
2. Mesamba-Samba Ulu
Mesambe-sambe atau Mesamba-samba ulu Permainan mesamba-samba ulu adalah salah satu permainan yang diperankan oleh si buta dan si lumpuh. Si lumpuh dijunjung oleh oleh si buta oleh sebab itu permainan ini tidak dinamakan permainan buta atau permainan lumpuh-lumpuhan, tetapi dengan menggunakan istilah samba ulu (junjung-menjunjung).
Permainan tersebut bukanlah suatu permainan baru, tetapi sudah dikenal sejak dahulu. Permainan ini sudah berkembang hampir di seluruh desa dalam Kabupaten Kendari. Di dalam perkembangannya permainan ini tidak hanya dimainkan oleh penduduk asli di daerah ini saja, tetapi anak-anak dari kalangan Bugis dan Bajo pun telah sering memainkannya. Di dalam bahasa Kendari, istilah ini diartikan sebagai suatu pekerjaan saling dukung-mendukung atau berrmain dukung-dukungan.
Pemain: dilakukan secara berpasangan, sehingga jumlah pemain minimal 4 orang. Dimainkan oleh anak rata-rata usia 6 -13 tahun, pada umumnya dimainkan oleh anak laki-laki namun tidak menutup kemungkinan juga dimainkan oleh anak perempuan. Permainan ini tidak bisa dimainkan antara anak yang tidak sejenis.
Peralatan: disamping diperlukan lapangan permainan yaitu kali, diperlukan pula selembar kain untuk menutup mata.
Jalannya Permainan:
- Dimulai dengan memilih pasangan dan perannya masing-masing.
- Selanjutnya si buta memikul si lumpuh, lalu kedua pasang pemain saling berhadapan. Mereka berada pada posisi yang saling berdekatan agar pemain yang satu dapat menjangkau lawannya.
- Pertarungan dimulai dengan mengadakan aba-aba. Pada hitungan ketiga, yang berperan sebagai si lumpuh mulai mengadu kekuatan mereka. Masing-masing pihak mulai menjatuhkan lawannya, sedang kedua pemain yang berperan sebagai sibuta berusaha untuk mempertahankan kawannya agar tidak terjatuh dari pundaknya, dengan memegang erat-erat kedua pegelangan kaki kawannya yang lagi beradu dengan lawannya.
- Pemain yang kalah akan tercebur di air dan yang tetap bertahan dinyatakan menang.
- Jika keduanya terjatuh ke air, yang dinyatakan pemenang adalah yang terakhir kalinya tercebur ke air.
3. Tingko
Tingko merupakan sebuah permainan yang masih dimainkan oleh masyarakat pantai daerah Kabupaten Kendari, tingko berarti tendang. Disebutkan demikian oleh karena para pemainnya berperan sebagai penyerang yang senantiasa berusaha menendang tempurung kelapa, belek, atau benda lain yang dipergunakan sebagai alat permainan, sebelum sipenjaga menyebut nama penyerangnya.
Alat yang dipe!gunakan dalam permainan hanyalah sebuah blek kosong atau ternpurung kelapa. Dapat juga menggunakan sehuah bola sebagai pengganti tempurung kelapa. Selain itu diperlukan juga lapangan permaiman yang terdapat Pohon-pohon kayu dan taman-taman bunga di sekitar lapangan. Lapangan dan pepohonna tersebut nantinya bisa dipakai para penyerang untuk bersembunyi sambil mengintai lawannya yang sedang menjaga blek.
Tahap permainan:
- Menentukan siapa yang akan menjadi penyerang dan penjaga, caranya adalah dengan menghitung barisan pemain. pemain yang terkena hitungan 10 maka ia akan menjadi penjaga blek/tempurung.
- Kemudian para pemain lainnya berlarian mencari tempat persembunyian di sekitar lapangan.
- Penjaga mencari penyerang yang bersembunyi, hal ini harus dilakukan hati-hati karena iapun bertugan menjaga tempurung agar jangan sampai ditendang atau dibuang oleh penyerang sebelum ditemukan.
- Apabila penjaga mengetahui persembunyian penyerang, ia cukup menyebutkan nama penyerang tersebut, bila tebakannya tepat maka penyerang tersebut dianggap gugur dan harus keluar dari persembunyiannya sambil mengunggu babak selanjutnya.
- Penyerang yang tidak ditemukan penjaga, maka harus secepatnya menendang atau membuang belek yang ditinggalkan penjaga.
- Bila seluruh penyerang telah ditemukan oleh penjaga maka permainan diulang dari awal dengan ketentuan bahwa sang penjaga yang baru adalah pemain yang ditemukan pertamakali oleh penjaga.
- Namun bila penjaga tidak menemukan salah satu penyerang, maka ia harus menjaga kembali belek. Dengan kegagalan tersebut maka sang penjaga dinyatakan kalah dan berhutamg satu.
- Dalam perhitungan terakhir diadakanlah perhitungan nilai kemenangan atau kekalahan masing-masing pemain. Jadi meskipun mereka bermain secara berkelompok, namun dalam perhitungan terakhir akan keluarlah beberapa pemenang menurut hasil nilai yang mereka peroleh.
4. Todo-Todo Minya
Todo-todo minya adalah permainan yang dilakukan seorang pemainnya menghitung kawan-kawannya dengan cara menusuk dengan telunjuk belakang telapak tangan mereka yang dirapatkan di atas tikar atau lantai. lstilah Todo-todo minya berasal dari bahasa Bugis yang telah mendapatkan pengaruh dialek bahasa Tolaki (bahasa daerah Kendari).
Untuk memainkannya diperlukan sebuah ruangan kosong. Luasnya tergantung besar kecilnya jumlah pemainnya. Di samping itu diperlukan pula sebiji batu atau benda-benda lain yang mudah disembunyikan dalam genggaman salah seorang pemainnya.
Jalannya permainan:
- Para pemain berkumpul kemudian berjejer membentuk lingkaran sambil duduk beriring di atas tikar atau lantai. Mereka saling berhadapan antara sesama pemain. Satu di antara mereka bertindak sebagai pemimpin dan menghitung kawan-kawannya.
- Seluruh pemain meletakkan kedua telapak tangan di depan mereka masing-masing. Telapak tangan dirapatkan ke lantai dan dekat kepada pimpinan sehingga mudah dijangkau olehnya.
- Pimpinan mulai menghitung tangan para pemainnya dengan cara menusukkan telunjuknya ke punggung jari tangan masing-masing pemain, sambil menyanyikan lagu Todo-todo minya (tusuk-tusuk minyak), sehagai berikut : Todo-todo minya, minya huralle, buralle sangka, sangka mbete, mhete mhatu, sigala-ga!ana, YO!!O-yege ka!a mbatu, parie cimhako, ka ........ la. Tiap-tiap perkataan dalam syairnya, merupakan satu hitungan.
- Perhitungan dilakukan terus menerus sampai lagu itu berakhir. Pemain yang tangannya terakhir ditusuk oleh pimpinan permainan itulah yang akan berperan dalam permainan selanjutnya.
- Pemain yang terkena perhitungan terakhir itu segera menundukkan kepala kearah lantai, sampai tidak dapat melihat atau melirik kawan sepermainannya. Sementara itu seorang pemain menggenggam batu yang dijadikan sebagai alat permainan agar tidak terlihat oleh pemain yang tunduk itu.
- Pemain-pemain yang lain memutar-mutarkan kedua telunjuk tangan mereka seolah-olah mereka sedang menggulung benang di kedua telunjuk mereka sambil menyanyikan sebuah lagu yang syairnya sebagai berikut: "Iga malai, iga malai, iga malai kadindi" artinya siapa yang ambil. Lagu ini dinyanyikan sebanyak 5 kali atau lebih.
- Pada saat syair diatas dinyanyikan, pemain yang tunduk tadi segera bangun kembali dan menebak siapa gerangan yang menggenggam batu itu. Seandainya tebakan itu tepat maka pemain yang bersangkutan dinyatakan menang dengan memperoleh nilai 1 (satu). Akan tetapi apabila tebakannya itu meleset, maka pemain itupun dinyatakan kalah dan dihitung I (satu) nilai kurang.
- Nilai-nilai kemenangan atau kekalahan seseorang dikumpulkan hingga permainan itu berakhir. Dan pada akhirnya dapatlah ditentukan siapa pemenangnya dengan memperhitungkan jumlah nilai kemenangan seseorang pemain.
- Berakhirnya permainan ini ditentukan oleh kesepakatan segenap pemainnya. Oleh sebab itu meskipun tahap permainan itu sudah berakhir, namun permainan tersebut masih dapat dilanjutkan/diulang, apabila mereka menghendakinya.
- Kemenangan atau kekalahan dalam permainan ini tidak mengandung resiko keuangan, melainkan hanya merupakan pemuasan jasmani dan rohani semata. Tujuan permainan ini dicapai pada saat permainan tersebut berlangsung, karena sifat dasar permainan ini mengandung unsur rekreatif, edukatif dan kompetitif.
5. Tadi-Tadi
Di sebuah desa tua daiam wilayah kecamatan Wawotobi yaitu Desa Benua (dahulunya Benua Lembo) Kahupaten kenndari, diperoleh informasi adanya permainan tradisional yang pernah tumbuh di sekitar 500 yang lalu . Permainan tersebut mereka namakan tadi-Tadi. lstilah ini mewrupakan pengulangan dari perkataan tadi, yaitu suatuistilah dalam bahasa Kendari (bahasa Tolaki), yang herarti taji atau suatu alat tajam dari bambu yang diruncingkan. Bentuknya seperti mata pisau.
Peserta permainan ini hanyalah terdiri dari 2 (dua) orang dalam setiap kelompok permainan, sebab permainan dilakukan satu lawan satu. Boleh saja kelompoknya ditambah tetapi anggota pemainnya harus tetap 2 orang.
Alat permainannya terdiri dari sebiji terung, seutas tali dan sebilah taji dari bambu yang diruncing. Lapangan permainan biasanya dipergunakan serambi rumah yang ukurannya tidak terlampau luas.
Tahap permainan:
Persiapan:
- Masing-masing remain mengambil terung dan melubangi bagian kepala terung dengan lidi. Kemudian lubang tersebut dimasuki ujung tali sampai tembus sehingga terung berada di tengah-tengah tali. Taji dipasang/ditancapkan pada perut terung sehingga kelihatannya seperti tabung pada sebuah cerek.
- Pemain yang menyerang tidak boleh mengiriskan taji terungnya pada tali terung lawannya.
- Seorang remain dapat dinyatakan kalah apabila terung aduannya telah terlepas dan terjiatuh dari talinya.
Permainan dimulai
- Setelah mereka mengadakan undian untuk menentukan siapa yang akan memulai penyerangan, maka keduanya segera memperbaiki posisi duduknya. Mereka duduk berhadapan dalam jarak lebih kurang 0,5 meter.
- Terung aduan diangkat setinggi dada. Kedua ujung tali ditarik kencang, sedang ujung taji dihadapkan kedepan. Letak terung tidak boleh merapat di dada, sebah sewaktu-waktu dapat membahayakan apabila taji terung lawan meleset dari sasarannya.
- Setelah penyerang memberikan aba-aba siap, iapun segera memulai penyerangannya. Tali sedikit dikendurkan, kemudian diayunkan ke depan sehingga terungnya dapat beradu dengan terung lawannya. Diusahakan agar setiap ia memukulkan terungnya itu, tajinya dapat menusuk atau menyayat terung lawannya. Bahkan kalau dapat sekali pukul terung lawan sudah dapat dijatuhkan.
- penyerangan seperti itu dilakukan secara berganti-ganti. Pergantian ini dilakukan secara otomatis. Maksudnya ialah apabila si A telah menyerang, maka si B pun segera menyerang pula.
- Demikianiah seterusnya sampai ada salah satu diantara mereka yang terjatuh terungnya. Pada akhirnya, apahila mereka telah sepakat untuk berhenti, maka merekapun menghitung
- kemenangan mereka masing.-masing. Baik kemenangan maupun kekalahan dalam permainan ini tidak mempunyai konsekwensi apa-apa.
KABUPATEN BUTON
1. Kapo-Ponda
Kapoponda atau Kapo-ponda dalam bahasa Wolio (Buton) diartikan sebagai suatu permainan bunga rumput teki yang dimainkan oleh dua sampai tiga orang anak dalam tiap kelompok. Peralatan yang dibutuhkan dalam permainan ini hanyalah setangkai rumput atau bunga teki. Untuk tempat, biasanya dilakukan di halaman rumah atau di dalam rumah. Sebelum permainan dimulai, anak-anak yang akan bermain sudah harus mempersiapkan sejumlah rumput/tangkai bunga Teki untuk kemudian dibentuk seperti pada gambar. Rumput/bunga yang akan dipergunakan harus sama jenisnya, bila bunga itu telah terputus dari tangkainya, maka pemain/pemiliknya dinyatakan kalah.
Keterangan gambar: a. Tangkai bunga Teki, b. Belahan pada tangkai, c. Arah putaran, d. Cara memegangnya. |
Tahap-Tahap Permainan.
- Masing-masing pemain duduk berhadap-hadapan sambil memegang ujung tangkai bunga mereka.
- Kemudian masing-masing pemain menarik ujung tangkai bunganya sampai tegang. selanjutnya mereka memutar tangkai bunga mereka itu kearah kanan seperti sedang memintal tali.
- Apabila salah satu tangkai hunga telah terputus, merekapun segera memeriksanya. Pemilik bunga yang terputus itu dinyatakan kalah, sedang lawannya memperoleh I (satu) nilai kemenangan.
- Apahila terjadi kedua tangkai hunga itu terputus, maka permainan itu dinyatakan batal dan kemudian diulang lagi.
- Permainan ini dapat diulang beberapa kali, bila mereka menghendakinya dan setiap kemenangan mereka cukup diingatkan dalam hati untuk kemudian diperhitungkan pada akhir permainan.
2. Lengko-Lengko
Lengko-lengko adalah permainan menggoyang-goyangkan sejumlah siput kecil di sebuah tempurung kelapa. Dalam bahasa Buton Lengko-Lengko berarti goyang-goyang. Permainan ini biasanya dimainkan secara berkelompok. Tiap-tiap kelompok beranggotakan 2 (dua orang). Peralatan yang diperlukan ialah tempurung kelapa yang dihelah dua dan sejumlah siput laut yang kecil-kecil.
Aturan permainan.
- Siput laut yang akan dimainkan harus yang utuh, tidak boleh yang sudah pecah;
- Bila seseorang pemain telah kehabisan siput, maka iapun dinyatakan kalah;
- Di waktu pemain mengambil siput-siput yang tertumpuk di atas tanah (sesudah dilengko), pemain tidak boleh menggoyangkan siput-siput yang lain.
- Apabila ada siput yang tersentuh oleh tangan pemain, maka pemain itupun dinyatakan gugur.
Tahap-tahap Permainan.
- Kedua orang pemain mengambil tempat dan duduk berjongkok dalam posisi berhadap-hadapan sambil meletakkan sejumlah siput pasangan mereka. Pasangan ini harus selalu sama banyaknya.
- Pemain yang telah disepakati untuk memulai permainan ini, segera mengumpulkan siput-siput pasangan itu kemudian memasukkannya kedalam tempurung lalu menggoyang-goyangkannya (lengko-lengko).
- Setelah tempurung itu digoyang-goyang, pemain itu pun segera membalikkan/menelungkupkan tempurung keatas tanah lalu membuka dan mengangkat cepat-cepat agar siput-siput itu dapat bertebaran dipermukaan tanah.
- Selanjutnya pemain itu mulai memungut satu persatu siput itu dengan hati-hati agar tidak satupun yang tersentuh atau tergoyang oleh tangannya.
- Siput-siput yang dipungutnya itu dipisahkan dari kumpulannya dan itulah sebagai hasil sementara yang ia peroleh pada tahap itu.
- Setelah pemain yang pertama tadi dapat meneruskan lagi permainan itu karena tangannya menyentuh atau menggoyangkan siput-siput yang belum dipungutnya, maka iapun segera digantikan oleh Iawannya dalam permainan itu.
- Demikianlah mereka itu silih berganti melakukan permainan itu sampai siput-siput pasangan itu telah habis terpungut oleh pemainnya.
- Jika di saat menggoyang-goyangkan siput dalam tempurung ada yang terjatuh dari mulut tempurung itu, maka siput yang terjatuh ketanah disimpan untuk sementara dilain tempat dan setelah siput-siput lainnya habis terbagi, siput yang terjatuh itupun segera disimpan di punggung tempurung kemudian dibuang keatas, lalu ditadah dengan mulut tempurung. Kalau siput itu tepat masuk ke tempurung yang ditadahkan itu, maka siput itu pun menjadi milik pemain tersebut, akan tetapi bila masih terjatuh ke atas tanah, maka lawannya segera menggantikannya untuk melakukan usaha yang sama.
- Untuk menentukan kalah atau menang, masing-masing pemain menghitung jumlah siput yang diperolehnya. Siapa yang memperoleh lebih banyak dari lawannya, ialah sebagai pemenang dalam permainan Lengko-lengko itu.
- Permainan ini biasa berlangsung lama apabila siput-siput pasangan mereka itu sangat banyak atau tidak cepat terbagi kepada pemain.
3. Pebaji
Pebaji merupakan sebuah istilah dari bahasa Wolio (bahasa daerah Buton). Permainan ini dilakukan secara berkompetisi antara 2 (dua) kelompok pemain. Masing-masing kelompok beranggotakan 5 - 6 orang, sehingga jumlah keseluruhannya 1O - 12 orang. Permainan ini kebanyakan dilakukan oleh anak perempuan.
Alat yang digunakan dalam permainan ini yaitu sebuah tempurung kelapa yang dibelah dua. Selain itu diperlukan juga lapangan yang bersih, rata, dan tidak terhalang dengan pohon-pohon atau rumpun bunga. Biasanya Halaman rumah cocok untuk dipakai bermain.
Aturan permainan:
- Bila di saat melemparkan tempurungnya ke arah tempurung lawannya tepat mengenai sasarannya, maka pemain yang bersangkutan harus maju ke depan sambil mengucapkan kala "i" dengan tidak tertawa.
- Katau pemain tersebut telah maju ke depan dengan mengucapkan kata "i" tapi kemudian tertawa, maka pemain itu dapat ditangkap dan dianggap gugur.
- Bila pemain-pemain pada kelompok penyerang sedang maju kedepan dan salah seorang di antara mereka ada yang tertawa, maka pemain ini segera ditangkap dan gugurlah keseluruhan anggota kelompok itu.
Tahap-tahap Permainan
- Tahap pertama: kedua kelompok yang akan berlawan itu diundi dengan cara melempar tempurung lawan yang terpasang di depan pemainnya, untuk menentukan kelompok yang akan mula-mula mengadakan penyerangan.
- Tahap kedua: para pemain pada kelompok yang kalah undian, memasang tempurung mereka di atas tanah dengan posisi terbuka (menengadah). Para pemain kelompok pemenang undian berdiri menghadapi pasangan mereka dalam jarak lebih kurang 5 m, kemudian melempar tempurung lawan dengan tempurung mereka masing.-masing. Lemparan pertama ini harus serentak. Apabila salah seorang di antara mereka telah mengenai tempurung lawannya dapat maju ke depan mengambil tempurungnya dengan mengucapkan kata "i". Sementara kawan-kawannya harus diam dan tidak tertawa. sementara itu kawan-kawan yang lainpun melempar tempurung lawan mereka serta maju mengambilnya dengan hati-hati (tidak tertawa). Sebab bila tertawa maka merekapun akan ditangkap lawan dan dinyatakan gugur.
- Tahap ketiga ; apabila kelompok penyerang itu berhasil dengan selamat, tempurung mereka itu lalu disusun dengan tempurung lawan, kemudian para penyerang itu maju ke depan secara serentak sambil melagukan "i bajingko oto, bajingko mina mina, iii". Setelah mereka sampai secara serentak mengetuk tempurung lawan yang disusun tadi sebagai pertanda bahwa permainan itu dapat dilanjutkan oleh para penyerang tadi dan telah memperoleh I (satu) kemenangan tadi dan telah memperoleh 1 (satu) kemenangan atas lawan mereka itu. Semuanya itu mereka lakukan dengan tertib dan tidak tenawa. Akan tetapi apabila disaat mereka itu maju untuk mengambil tempurungnya masing-masing ada yang tertawa, maka yang tertawa itu segera ditangkap oleh lawannya dan penyerang itu pun dinyatakan gugur. Maka terjadilah peralihan peranan, dimana kelomrok yang diserang tadi beralih menjadi penyerang. Demikianlah seterusnya mereka lakukan hal yang sama, sampai mereka bersepakat untuk berhenti. Akhirnya mereka menghitung kemenangan kelompoknya masing-masing menurut hasil permainan mereka. Kemenangan atau kekalahan pemain dalam permainan ini tidak mendapatkan hadiah.
4. Pakaleko
Pekaleko adalah permainan tempurung dari Kabupaten Buton. Jumlah seluruh pemainnya 10 orang yang dibagi menjadi dua kelompok. Sedangkan peralatannya adalah tempurung kelapa yang sudah dibelah dua. Disamping itu dibutuhkan juga lapangan yang sudah dihersihkan terlebih dahulu dan dibuat jarak antara lawannya. Aturan permainn: Sasaran serangan harus tepat mengenai tempurung lawan dan bila pemain melempar tempurung lawan secara serentak dan tidak mengenai satupun di antaranya.
Tahap-tahap Permainan
- Tahap pertama, 5 (lima) orang anggota dari salah satu kelompok memasang tempurung di depan mereka masing-masing sementara 5 (lima) orang lainnva sebagai kelompok penyerang berdiri di atas garis batas dan bersiap untuk memulai permainan. Penentuan kelompok penyerang pertama tidak dilakukan secara undian, melainkan hanya atas persepakatan dari kedua kelompok yang akan bermain.
- Tahap kedua, para anggota kelompok penyerang memasang tempurung di punggung kaki mereka secara menengadah atau dijepit dengan ibu jari kaki mereka. Selanjutnya mereka secara serentak melemparkan tempurung mereka ke arah tempurung lawan yang terpasang di depan para pemiliknya. Tempurung dilemparkan dengan kaki. Apabila salah seorang diantara mereka ada yang mengenai tempurung lawannya, maka pemain yang bersangkutan dapat maju ke depan mengambil tempurungnya dan kembali ke tempat semula. Kalau tempurung lawan berhasil dikenai semuanya, tempurung-tempurung lawan segera dikumpulkan dan disusun dengan cara: sebuah tempurung menelungkup dan satu lagi menengadah ke atas. para anggota kelompok penyerang kembali ke tempatnya semuala dan bersiap untuk melanjutkan penyerangnya ke arah tempurung lawan yang sudah disusun.
- Tahap ketiga, ialah tahap penentuan kalah atau menang. Apabila kelompok penyerang berhasil mengenai tempurung lawan yang telalat disusun itu maka kelompok itu dinyatakan sebagai pemenang. Akan tetapi bila kelompok itu tidak berhasi maka pergantian peranan dalam permainan ini segera diadakan. Kelompok yang tadinya melakukan penyerangan segera menggantikan tugas lawannya. yaittu memasang tempurung mereka ditempat yang telah ditentukan, untuk kemudian dilempar oleh kawannya. Pada akhirnya setelah mereka sepakat untuk berhenti, diadakanlah perhitungan nilai yang mereka peroleh. Pernain yang banyak menyelesaikan permainan dengan baik. itulahh sehagai pemenang akhir dalam permainan Pekaleko itu. Kemenangan atau kekalahan dalam permainan tersebut tidak mendapatkan hadiah kecuali gelar sebagai pemenang saat itu.
5. Pokibo
Pokibo adalah permainan dari Buton yang berarti telungkup-telungkupan yang dilakukan oleh 4 - 6 orang anak laki-laki atau perempuan yang berusia antara 7-14 tahun. Permainan ini dimainkan menggunakan kulit kerang di halaman rumah, atau di bawah pohon rindang.
Aturan-aturan permainan.
- Kerang yang digunakan harus berukuran sama jenis dan besarnya;
- Bila semua kulit kerang tertelungkup di saat jatuh di atas tanah, maka permainan harus diulangi begitu pula sehaliknya;
- Pemain yang kulit kerangnya tertelungkup dianggap mati;
- Pemain yang kulit kerangnya menengadah dapat membuang kulit kerang mereka ke atas.
- Secara serentak tangan mereka diayun ke atas sampai kulit-kulil kerang itu melayang melewati kepala dan turun bergulir di atas tanah.
- Masing-masing pemain saling memperhatikan kulit-kulit kerang mereka. Siapa yang kulit kerangnya tertelungkup maka iapun dinyatakan mati dan tidak boleh melanjutkan permainannya sampai selesai keseluruhannya.
Tahap-tahap Permainan.
- Seluruh pemain berdiri berhadap-hadapan dengan jarak sekitar 1 meter. Masing-masing pemain meletakkan kulit kerang mereka di atas kepalan tangannya masing-masing, kemudian tangan mereka didempetkan satu sama yang lain.
- Mereka bersiap-siap untuk secara serentak melanjutkan permainannya, sedang pemain yang kulit kerangnya terbuka menengadah ke atas) segera melanjutkan permainannya ketahap selanjutnya, sampai dapat diketahui siapa sebagai pemenangnya.
- Kemenangan atau kekalahan dalam permainan ini tidak membawa konsekwensi apa-apa, kecuali kegembiraan bagi pemenangnya.
KABUPATEN MUNA
1. Pobandera
Pobandera berasal dari bahasa Muna yang terdiri dari kata bandera yang telah mendapat awalan po. Dalam bahasa Muna, bandera berarti bendera, sedang awalan po diartikan sebagai pekerjaan yang beralasan atau berkompetisi. Dalam istilah sehari-hari, pobandera diartikan sebagai suatu pembicaraan rahasia. Mungkin saja latar belakang terciptanya permainan ini adalah sebagai suatu usaha rahasia untuk mempertahankan kemegahan sang merah putih.
Peralatan yang dibutuhkan dalam permainan ini adalah:
- Lapangan permainan
- Tempat menulis berupa kertas, papan, tanah, atau dinding.
- Alat penulis seperti pensil, kapur, arang, atau lidi.
Cara bermaian:
- dua orang pemain berhadap-hadapan, kemudian melakukan suit beberapa kali menggunakan jari tangan, yang menang maka dia akan menuliskan garis.
- kemudian dilakukan suit kedua dengan cara kertas, gunting batu. Pemenang dari sut ini, tidak lagi menambah garis-garis
- yanp ada, tetapi tinggal menghapus garis-garis tambahan dari
- lukisan (lukisan bendera merah putih).
2. Polamba Giri
Polamba Giri adalah permainan yang berasal dari daerah Muna, istilah ini diambil dari nama sejenis rumput yang berduri, hidupnya menjalar di atas tanah atau pada pohon yang dilaluinya. Perkataan Lambagiri yang mendapatkan awalan Po, menjadi Polambagiri menyatakan suatu pekerjaan yang berbalasan, yakni sating berlaku seperti rumput lambagiri yang menjalar dan merangkul setiap rumput atau pohon yang dilaluinya.
Polambagiri dimainkan oleh 2 kelompok (kelompok A x kelompok B). Masing-masing kelompok beranggotakan 5 - 7 orang. Usia pemainnya rata-rata 7 - 13 tahun. Umumnya mereka itu terdiri dari anak-anak Sekolah Dasar atau anak-anak yang belum memasuki usia remaja.
Dibutuhkan lapangan permainan yang berukuran lebih kurang: 20 x 25 meter, dan beberapa tiang/ tongkat yang akan dipancangkan di sepanjang lapangan itu sebagai tempat-tempat peristirahatan sementara bagi pemain yang sedang menyerang . Boleh juga mempergunakan rumput-rumputan yang ada di tempat itu, setelah disepakati bersama kedua belah pihak.
Aturan Permainan
- Seorang penyerang harus melalui perjalanan dari garis start ke batas lapangan bagian belakang. Di batas belakang penyerang tersebut harus memegang salah satu tiang yang terpancang di sana, kemudian kembali ke garis start.
- Penyerang bebas menempuh arah yang ia kehendaki dan dapat berlindung dengan cara berpegang di salah satu tiang yang ia lalui manakala ia merasa terancam oleh penjaga.
- Penyerang yang berlari keluar lapangan, dinyatakan gugur. Demikian pula bagi seorang penyerang yang tersentuh penjaga sebelum sempat berpegang atau di saat penyerang itu melepaskan pegangannya dari tiang perlindungan.
- Penyerang yang tidak sampai kegaris belakang kemudian kembali ke garis start, dianggap tidak mendapat poin.
- Penjaga tidak boleh memukul atau menendang lawan, melainkan cukup hanya dengan menyentuh bagian tubuh lawannya.
3. Pemafu
Di Daerah Kabupaten Muna terdapat sejenis permainan anak yang disebut Pomafu. Nama permainan ini berasal dari istilah daerah (bahasa Muna) yang terdiri dari perkataan Po dan Mafu. Mafu, adalah nama sejenis ubi yang dapat dimakan isi atau buahnya. Batangnya suka melilit pada pohon atau tiang yang sengaja dipancangkan oleh orang yang menanamnya, laksana duri yang menjaga ketat pohon yang dililitnya. Awalan Po pada kata Pomafu, menyatakan pekerjaan berbalasan atau berkompetisi dalam hal menjaga ketat tiang yang dipancangkan di tengah garis lingkaran pertahanan.
Permainan ini dimainkan oleh dua kelompok yang masing-masing terdiri dari 3-5 orang. Permainan dimulai dengan pengundian untuk menentukan kelompok mana yang menjadi penyerang dan penjaga/bertahan.
Tahap permainan:
- Tahap pertama, Kelompok peemenang undian (penyerang) meyebar di sekeliling tim penjaga, berlindung di antara pepohonan atau rerumputan. Tim penyerang menunggu kesempatan untuk mencabut tiang mafu yang ditinggalkan penjaganya. Sementara itu, tim penjaga berusaha menjaga tapal batas agar tidak diambil penyerang dengan menyapukan kaki ke pihak penyerang.
- Tahap kedua, Seluruh penyerang mulai meyerbu ke pihak penjaga dengan taktik masing-masing untuk merebut tiang, mereka juga berusaha menghindari sapuan kaki sang penjaga. Bila salah seorang penyerang terkena sapuan kaki penjaga maka seluruh tim penyerang dianggap gugur. Bila terjadi demikian maka dilakukan pergantian/pertukaran posisi penyerang dan penjaga Apabila tim penyerang berhasil meraih tiang Mafu, menjabut dan mengangkatnya ke atas maka tim penyerang mendapat nilai 1 Mafu. Selanjutnya tim pemenang kembali ke tempat semula dengan peranan yang sama untuk menambah nilai.
- Tahap ketiga, apabila kedua belah pihak bersepakat untuk mengakhiri permainan, maka dilakukan perhitungan, kelompok yang banyak nilainya maka dia menjadi pemenangnya.
4. Posangkaolele
Posangkaolele atau Posangkaulele merupakan permainan tradisional di daerah Kabupaten Muna. Terdiri dari dua suku kata yaitu sangkau dan lele, yang mendapat awalan po (awalan dalam hahasa Muna). Sangkau herarti menggaruk. Lele berarti meniti atau menyebrang. Sedang awalan Po di dalam bahasa Muna diartikan sebagai suatu pekerjaan yang berbalasan (berkompetitif). Pengeertian selengkapnya istilah Posangkaulele ialah nama suatu permainan anak-anak yang dilakukan dengan saling menepuk lawan dengan tangan, sambil melarikan diri lewat suatu batas daerah tertentu.
Permainan ini dilakukan oleh dua kelompok yang yiap kelompok bisa 4-8 orang. Diperlukan sebuah lapangan
dan sebatang kayu kecil sebagai pembatas wilayah dua kelompok pemain. Kayu inipun dapat diganti dengan sebuah garis Iurus di tengah lapangan.
Tahap permainan:
- Tahap pertama, penentuan kelompok mana yang menjadi penyerang dan penjaga melalui undian sut perwakilan kelompok.
- Tahap kedua, masing-masing pemain berada di tempat masing-masing. Kelompok penyerang mulai maju, sementara itu kelompok penjaga bersiap menyambut kedatangan penyerang sambil berteriak 'Alakanau sangkaulele' yang artinya cobalah garuk badanku wahai penggaruk. Kelompok penyerang mulai mendekat ke penjaga untuk menggaruk punggung para penjaga. Bila berhasil menggaruk, maka maka ia langsung berlari cepat ke daerah pertahannya.
- Tahap ketiga, pergantian peranan dilakukan bila seluruh anggota penyerang gugur semua, namun bila tim penjaga gugur semua maka permainan dilakukan lagi dengan peranan pemain tetap tidak berubah. Pemenang adalah yang mendapat nilai terbanyak.
5. Posede-Sede Bhadu
Posede-sede Badhu adalah istilah dalam bahasa Muna yang terdiri dari awalan po, kata berulang sede-sede, dan kata dasar bhadhu. Sede berarti meloncat-loncat dengan satu kaki, bhadu berarti baju, sadengkan awalan po berarti melakukan suatu pekerjaan yang berbalasan.
Dalam suatu permainan, istilah posede-sede bhadhu diartikan sebagai suatu permainan meloncat-loncat satu kaki diatas lapangan yang berbentuk baju. Permainan dilakukan secara berkompetisi antara pemain yang satu dengan pemain yang lain.
jumlah pemainnya antara 2-3 orang yang kebanyakan dimainkan oleh perempuan. DI daerah lain permainan ini disebut engklek, sonlah.
Alat yang digunakan adalah Gapo yaitu berupa batu tipis atau sepotong kayu/papan yang agak berat 4x4cm. Dan sebuah lapangan yang agak rata dan bersih.
Aturan permainan:
- Batu (gapo) yang dilemparkan kedalam lapangan permainan tidak boleh jatuh tepat pada garis petak atau menyentuhnya sekalipun;
- Pemain tidak boleh berpijak pada petak yang sementara ditempati gapo lawan atau petak yang sudah direbut dan dijadikan tempat istirahat lawan.
- Pemain harus berjingkat satu kaki dari petak yang satu kepetak yang lain.
Tahap-tahap permainan.
Tahap pertama, pemain dari kelompok yang kalah undian meletakkan gapo mereka di petak ke-1, demikian pula pemenang yang belum mendapatkan giliran untuk melakukan permainan, harus menyimpan gapo (batunya) pada petak ke-I.
Tahap ke-dua, pemain yang akan melakukan permainan melemparkan gaponya ke petak 2, kemudian dengan bertopang pada satu kaki, pemain itu melompat ke petak no. 3 melewati petak no. 1 dan 2, dalam posisi berjingkat satu kaki, kemudian meloncat dan berpijak dua kaki pada petak no.4 dan 5, yaitu kaki kanan di petak no.5 dan kaki kiri di petak no. 4. Selanjutnya meloncat kepetak no.6 dengan satu kaki, pada retak-petak no. 7-8 dengan dua kaki, akhirnya ketapak no.9, kemudian kembali melalui jalannya dengan cara yang sama, kemudian mengambil gaponya dipetak no. 3 dan melompati petak 2 dan 3 kembali ke garis start.
Tahap ketiga;
- Pemain tadi melemparkan lagi gaponya kepetak no.3, kemudian meloncat kepetak no. 2, selanjutnya kepetak no.4-5 dengan melewati petak no.3 tempat gapo tadi.
- Dari petak no.4-5 pemain ini melanjutkan kepetak no.6 dengan pijakan satu kaki, terus kepetak no.7-8 dengan berpijak dua kaki. Akhirnya kepetak no.9 dan kembali lagi mengulangi jalannya semula.
- Demikianlah secara berurut pemain tersebut melempar-lemparkan gapo ketiap petak dari petak no.2 sampai kepetak no.8 dan meloncati petak-petak itu seperti caranya tadi. Akhirnya tibalah kepetak no.9.
Setelah pemain tersebut melemparkan gaponya kepetak no.9, iapun segera meloncat dan berpijak satu kaki pada petak no.2-3, selanjutnya kepetak 4-5, 6 dan berpijak dua kaki dipetak no.7-8. Setelah itu pemain tersebut membalik badannya menghadap petak petak yang sudah dilaluinya, sambil berjongkok dan meraih gapo (batunya) yang ada dipetak no.9 secara membelakang. Bila ia dapat meraih gaponya dengan baik tanpa menyentuh garis-garis pada petak no.9 itu, maka ia pun segera berdiri dan kembali kegaris start dengan cara seperti semula, yaitu berjingkat dan berpijak satu kaki pada petak no.6, kemudian berpijak dua kaki dipetak no.4-5, dan seterusnya berjingkat dan berpijak satu kaki dipetak no. 3. 2 selanjutnya meloncat ke garis start melampaui petak no. 1. Kalau cara ini sudah dilakukan dengan baik dan selamal tanpa pelanggaran apa-apa, maka remain inipun mencoretkan kemenangannya pada petak no. 1. Akan telapi bila selama ia melakukan permainan itu terdapat pelanggaran pada tahap pertama atau ke-dua dan selanjutnya, maka sejak itu pula ia dinyatakan gugur dan digantikan oleh remain lainnya. Akhirnya setelah mereka sepakat untuk berbenli, maka merekapun menghitung kemenangan mereka masing-masing. Kemenangan dalam permainan ini tidak mendapatkan hadiah apa-apa.
KABUPATEN KOLAKA
1. Memai Tali
Memai Tali adalah salah satu permainan lompat tali yang istilahnya mendapat pengaruh bahasa daerah Tolaki/Mekongga. Peralatan permainan ini hanyalah seutas tali sebesar pinsil yang panjangnya lebih kurang 4 (empat) meter. Lapangan permainan tidak perlu luas tapi harus rata dan bersih agar putaran tali tidak tersangkut pada sesuatu pohon atau rumput-rumput di sekitarnya .
Aturan permainan
- Pada tahap tertentu, pemain yang sedang melakukan peranannya tidak boleh merapatkan kedua kakinya di atas tanah.
- Apabila putaran tali tersangkut di kalki pemain tersebut. maka ia dinyatakan gugur.
Tahap permainan
- Tahap pertama, para pemain mengadakan undian untuk menentukan pemain mana yang akan rnemulai permainan. Undian dilakubm dilakukan dengan cara bersut. Di sini kelihatan pemain (A) mengacungkan kedua jari tangannya yang berarti gunting, sedang pemain (B) mengacungkan kepalan tinjunya yang berani batu. Menurut ketentuan Sut, kepala tinju lebih kuat dari pada dua jari tangan, karena batu tidak dapat digunting.
- Tahap kedua, pemain yang kalah sut memegang ujung tali sambil memutar-mutarkannya, sementara pemain yang satu bersiap-siap untuk memulai permainannya.
- Tahap ketiga, pemain tersebut meloncat masuk di atas putaran tali laksana gelombang sedang bergelut di tepi pantai. Pada tahap ini pemain yang sedang beraksi hanya berjingkat dengan salah satu kakinya, sedangkan kaki yang lainnya tidak boleh menyentuh tanah.
- Tahap keempat, putaran tali semakin lama semakin cepat, diikuti dengan semakin cepatnya gerakan loncatan pemain nya. Pada tahap akhir ini, kedua kaki dirapatkan dan harus bersamaan turunnya kedua kaki itu di atas tanah. Demikian pula pada saat melayang di atas tali, kedua kaki harus selalu merapat.
Pemeran permainan ini dapat dilakukan oleh dua orang secara bersamaan, bila pemainnya terdiri dari dua kelompok (kelompok ganda). Di dalam melakukan permainan itu, loncatan mereka harus selalu seirama agar kaki mereka tidak menyangkut tali. Apabila kaki salah seorang di antara mereka menyangkut tali, maka merekapun dianggap gugur dan terjadilah peralihan peranan kepada pemain
Untuk menentukan pemain / kelompok mana yang berhasil mendapatkan poin kemenangan biasanya diberi batasan hitungan 50 atau 100 kali putaran tali. Siapa yang berhasil mencapai hitungan yang sudah ditetapkan maka ia telah memperoleh 1 (satu) angka kemenangan. Sebaliknya siapa diantara mereka yang tidak berhasil maka pada bbaak selanjutnya ia harus mengulangi kembali perhitungan yang ditargetkan.
2. Metinggi-tinggi
Metinggi-tinggi adalah permainan yang mirip kucing-kucingan namun dilakukan di dalam air (sungai).
kata metinggi-tinggi berasal dari bahasa Tolaki yang artinya mengetuk-ngetuk batu, memang dalam permainan ini "mengetuk-ngetuk batu" adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengetahui letak kawannya yang ada di dalam air.
Permainan ini bisa dilakukan oleh 2 orang atau lebih, alat yang dibutuhkan adalah dua buah bau yang harus dimiliki oleh semua pemainnya. Untuk tempat bermainnya diperlukan sungai, pantai, atau kolam yang dalam. Aturan mainnya ialah, saat permainan sudah dimulai maka seluruh pemain harus selalu berada di dalam air hingga permainan usai.
Tahap permaian dimulai dengan mengundi untuk memilih satu orang untuk dijadikan pencari, pengundian dilakukan dengan mengitung pemain hingga sepuluh, pemain yang mendapat angkja10 maka ia menjadi pencari.
Tahapan selanjutnya ialah, semua pemain menyelam ke dalam air (kecuali pencari), sang pencari memperhatikan arah teman-temannya yang menyelam agar mudah diketahui letaknya. Kemudian para penyelam mulai mengetuk-ngetukan batu yang dipegangnya, kemudian sang pencari mulai menelusuri letak suara batu tersebut untuk menyentuh penyelam. Bila pencari dapat menyentuh pemain maka pemain tersebut dianggap gugur, kemudian ia mencari pemain lain untuk ditemukan. Bila semua pemain telah gugur maka dilakukan permain selanjutnya.
Bila pencari tidak bisa menemukan seluruh pemain maka ia dianggap kalah. tidak ada konsekuensi dalam permainan ini, hanya hiburan saja.
3. Metai-Tai
Metai-tai adalah permaian menyembunyikan bungkusan kecil atau barang-barang lain (oleh pemimpin permainan) di dekat pantat pemain lain tanpa diketahui yang berasngkutan. Permainan ini istilahnya berasal dari bahasa daerah Kendari, tidak ada batasan jumlah pemain dalam permainan ini. Yang dibutuhkan dalam permainan ini sebidang lapangan atau ruangan dan sebuah bungkusan kecil sebesar tinju atau sebuah batu atau sabut kelapa.
Tugas pemimpin Permaian
- Mengelilingi lingkaran pemain di bagian belakang
- Meletakkan bungkusan kecil (tai-tai) di belakang salah satu pemain tanpa diketahui pemain tersebut.
- Seorang pemain yang merasa pasti bahwa ia menjadi sasaran tai-tai maka ia harus berdiri dan berpindah tempat ke posisi bekas anggota yang memimpin permainan.
Aturan untuk pemain lainnya, selalu melihat ke depan, tidak boleh menongok atau melihat ke belakang.
Tahapan permainan
- Seluruh anggota dduk melingkar
- Melakukan undian untuk mencari pemimpin
- Pemimpin meletakkan tai-tai di belakang salah satu pemain
- Pemain yang mengetahui tai-tai ada dibelakangnya langsung mengambil tai-tai dan berkeliling ke anggota lain yang duduk dan meletakkan tai-tai ke belakang anggota lain.
- Bila seorang pemain tidak tahu bahwa dirinya menjadi sasaran tai-tai, maka pemain yang meletakkan tai-tai tersebut akan menepuk bahu pemain bersangkutan sambil berteriak tai-tai, saat itulah pertanda kekalahan pemain tersebut.
- Dengan demikian maka pemimpin permainan memperoleh satu kemenangan.
- Permainan berakhir menurut kesepakatan, yang paling banyak nilai kemenangan adalah yang menang.
4. Metinggo-Ulu
Metinggo Ulu adalah permaian yang berasal dari desa kecil di Kabupaten Kolaka yang mempergunakan tinggo (alas kaki) dari tempurung kelapa yang dibelah dua. Alat yang diperlukan untuk membuat tinggo adalah tempurung kelapa yang dibagi dua, lalu dilubangi bagian atasnya. lubang tersebut nantinya akan dimasukkan tali dan diikat kuat.
Aturan permainan:
- pemain yang lebih dulu sampai di garis finis dinyatakan sebagi pemenang
- Pemain yang terjatuh sebelum garis finis dianggap gugur.
- Pemain yang dengan sengaja menjatuhkan pemain lain dianggap gugur.
Tahapan permainan
- Para pemain berdiri di atas garis start dengan posisi tingo yang terpasang d kaki dan tali yang dikekang.
- Setelah wasit memberikan aba-aba maka semua pemain bergerak ke arah Finish.
- Pemain yang mengalami kerusakan alat seperti putus tali diperbolehkan memperbaiki dan melanjutkan permainan.
- Pemain yang lebih dulu sampai di garis finis adalah pemenangnya.
5. Posoy
Posoy adalah istilah dalam bahasa Muna yang mengandung pengertian suatu permainan / perlombaan membentuk anyaman yang sulit untuk dibuka lawan. Peralatan yang diperlukan dalam permainan ini hanyalah seutas tali yang panjangnya lebih kurang 100 - 120 cm. Alat ini disehut juga soi, sekalipun arti kata soi sehenarnya adalah anyaman / sulit.
Tahap permainan
- Sehelum permainan dimulai, pemain mempersiapkan seutas tali yang mudah dianyam. Kedua ujung tali ini dipertemukan dalam satu simpul, sehingga berbentuk kalung yang melingkar.
- Pihak yang melakukan satu anyaman, tidak holeh mempersulit gerak tangan lawan yang akan mengambil alih tugas menganyam dalam permainan itu menurut bentuk anyaman yang ia kehendaki;
- Bila ternyata pemain yang bherikulnya merusak bentuk anyaman lawannya itu, maka ia pun dinyatakan kalah;
- Permainan dihentikan setelah mencapai jumlah kemenangan yang ditargetkan.