Papua adalah provinsi yang terletak di bagian tengah Pulau Papua atau bagian paling timur wilayah Papua milik Indonesia. Belahan timurnya merupakan negara Papua Nugini. Provinsi Papua sebelumnya bernama Irian Jaya yang mencakup seluruh wilayah Pulau Papua. Sejak tahun 2003 dibagi menjadi dua provinsi, dengan bagian timur tetap memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya memakai nama Papua Barat (Pabar).
Penduduk provinsi Papua terdiri dari bermacam-macam suku bangsa. Kelompok suku asli di Papua termasuk kelompok suku terbanyak di Indonesia, terdapat ratusan suku di Papua. Berikut 25 suku yang lebih diketahui masyarakat Indonesia.
Berikut ini kami sampaikan beberapa macam dan jenis permainan tradisional khas yang ada di Provinsi Papua yang dimainkan oleh anak-anak remaja baik yang masih dimainkan hingga sekarang ataupun yang sudah mulai ditinggalkan oleh pemainnya, lengkap dengan arti, sejarah, gambar, dan penjelasannya.
1. Ampakeari
Ampakeari adalah salah satu permainan tradisional Indonesia yang berasal dari provinsi Papua. Ampakeari sebenarnya adalah nama buah yang biasanya tumbuh di rawa-rawa di Kabupaten Yapen-Waropen, yaitu buah mange-mange (buah yang berasal dari pohon perdu yang berwarna putih). Permainan ini biasanya dimainkan saat akan menidurkan anak. Pemain permainan ini biasanya wanita bisa anak-anak maupun dewasa yang terdiri dari 2-6 orang. Peralatan yang dibutuhkan adalah buah mange-mange, iri atau tiang dari belahan kayu dan oinai atau sempe dari kayu yang berbentuk seperti piring besar. Lokasi bermain permainan ini bisa di dalam rumah ataupun di luar rumah (halaman).
Cara bermainnya adalah setelah alat-alat yang dibutuhkan telah terpenuhi atau telah terkumpul, semua pemain membawa anak yang belum tidur. Jika pemain lebih dari seorang, maka secara serentak mereka memutarkan ampakeari di oinai. Pemain dianggap kalah jika ampakeari mereka jatuh atau tidak berputar serta anak yang tidak bisa tidur atau terlambat juga dikatakan kalah.
Ampakeari biasanya dimainkan sambil menyanyikan lagu yang berlirik sebagai berikut.
Mamompa diana kuife rawinte, andorife rawinte, amkarife rawinte, anitafe rawinte, andafe rawinte. Diamow kuaikobu ariankatung nei rurene bo, imbaro denama denama tamani denafa, Tamani denama denawe inan idena.
(Mengantuk turunlah dari ujung pohon kui, dari ujung pohon jambu, dari ujung pohon kelapa, dari ujung pohon sukun, dari ujung pohon mangga, turunlah kemari kena di mata ini, supaya dia bisa tertidur seperti bapaknya juga seperti ibunya)
Ungkapan dalam lagu yang dinyanyikan dalam permainan ini, memiliki hubungan dengan kepercayaan bahwa dengan kemenangan mendapatkan ampakeari ini akan lebih cepat atau memudahkan seorang anak untuk tertidur. Lagu ini terdapat di daerah Kabupaten Yapen-Waropen Kecamatan Waropen Bawah pada suku Serui di kampung Nau.
2. Inkaropianik
- Pertama-tama ikan harus berada di luar jaring, kemudian ikan tersebut harus masuk kedalam jaring-jaring melalui celah-celah dari kaki-kaki peserta lain yang menjadi jaring.
- Setelah ikan berada didalam jaring, lalu ikan akan berusaha untuk meloloskan diri dari jaring-jaring tersebut yaitu dengan cara ikan (orang yang berperan sebagai ikan) mendorong badannya/dadanya kearah jaring-jaring rangkaian tangan peserta yang lain.
- Ikan bisa keluar dari jaring-jaring jika rangkaian tangan tersebut terlepas akibat dirusak oleh ikan, ikan diperbolehkan keluar melalui jaring-jaring atas/rangkaian tangan.
- Ikan tidak boleh meloloskan diri lewat bawah yaitu menyelam diantara kaki-kaki peserta yang lain.
- Permainan dianggap selesai bila ikan bisa meloloskan diri dari jaring-jaring tersebut dan berhasil diputuskan/dirusak.
3. Kayu Malele
Kayu Malele merupakan permainan yang berasal dari Kabupaten Biak Numfor. Untuk memainkan permainan ini, kita membutuhkan media kayu sebagai tongkat dan anak tongkatnya. Tempat bermain ini diusahakan di tanah lapang yang cukup luas untuk menghindari kerusakan barang atau kecelakaan dari permainan ini. Step-step permainannya:
Bagi lah dua kelompok yang masing-masing kelompoknya berisi 3-5 orang. Kemudian menentukan kelompok yang akan bermain terlebih dahulu.
Letakkan kayu yang memiliki panjang 20 cm di atas permukaan tanah yang telah di lubangi. Perwakilan pemain akan memegang kayu sepanjang 50 cm di salah satu ujung kayu dengan kedua tangannya. Kemudian ayungkan lah kayu tersebut hingga mengenai kayu yang telah di tancapkan diatas tanah. Tugas pemain lain dalam kelompok itu harus menangkap kayu yang telah dilempar sebelum mengenai permukaan tanah. Jika kayu tidak dapat tertangkap, kelompok yang bermain akan melanjutkan ke tahap berikutnya.
Letakkan kayu 20 cm secara melintang di atas lubang atau didalam lubang. Gunakan kayu sepanjang 50 cm tadi untuk mengangkat dan melemparkan kayu sejauh-jauhnya.Kelompok yang bermain ditugaskan untuk menjaga kayu yang telah di lemparkan. Jika tidak berhasil menangkap kayu tersebut maka, pelempar kayu wajib menghitung jarak antara posisi awal kayu hingga posisi dimana kayu tersebut itu jatuh. Cara menghitungnya, kayu yang berukuran 50 cm sebagai alat bantu menghitung. Seperti menghitung menggunakan jengkal tangan, hanya saja ini meggunakan kayu 50 cm tersebut. Setiap langkah memiliki nilai 5 atau 10 poin tergantung kesepakatan. Step-step akan diulang secara terus menerus hingga poin telah mencapai 1000 atau 5000 sesuai kesepakatan kelompok. Pemenang adalah kelompok yang mencapai poin tersebut lebih dahulu.
4. Kweritop/Kekenaya
Permaianan ini dimainkan oleh laki-laki maupun perempuan dari anak-anak sampai dewasa, namun lebih dominan dimainkan oleh anak remaja. Di waktu dulu permainan kekenaya/kweritop pada orang wambon dimainkan saat acara kedukaan/kematian. Permainan ini dimainkan juga saat waktu senggang di rumah dan dimana saja seperti saat istirahat di kebun atau saat dipinggir kali. Tidak terikat oleh waktu kapan saja bisa dimainkan diwaktu senggang. Alat atau bahan yang digunkan yaitu; Tali dari serat kulit pohon genemo (pohon genemo : Terot), kulit kayu genemo = terot kote, hasil pintalan =kekenaya).
Teknis permainan
Permainan kekenaya/kweritop dimainkan dua orang atau lebih dan juga secara kelompok dengan lawan bermainnya. Setelah mempersiapkan tali sebagai alat utama, permainan kekenaya/kweritop bila dimainkan oleh dua orang mereka akan saling berhadap hadapan. Setelah persiapan dimulailah permainan di mana kedua pemain saling menantang membentuk anyaman tali pada jari-jari tangan mereka dengan menebak model apa yang dimainkan oleh salah satu dari mereka dengan saling bergantian. Atau berdasarkan kesepakatan mereka membentuk satu model dan dengan hitungan waktu siapa yang paling cepat menyelesaikan bentuk mode tersebut. Permainan ini kadang saat bermain menggunakan alunan suara berupa siulan atau nyanyian sesuai dengan mode bentuk yang dimainkan oleh salah seorang yang kadang juga mengejek lawan mainnya.
Konsekwensi Menang dan kalah
Untuk menentukan pemenang yaitu dengan
- Kecepatan dalam membentuk mode sesuai kesepakatan
- Menebak mode
- Membentuk mode sesuai dengan apa yang dibentuk oleh lawan mainnnya.
Sifat dari permainan ini lebih pada kompetisi dengan mementingkan unsur daya imajinasi berupa ketrampilan dan kecerdasan untuk mencapai kemenangan. Dan juga rekreasi sebagai pengisi waktu yang terluang atau permainan yang menggembirakan.
5. Patah Kaleng
Patah kaleng atau boinas adalah permainan yang mirip dengan futsal. Bedanya, peraturan permainan ini tidak mengenal pencetakan Goal karena tidak menggunakannya gawang. Dengan begitu istilah Out dari lapangan dan gawang tidak berlaku dalam permainan ini.
6. Puradan
7. Tok Asya
Tok asya adalah permainan tradisional yang dilakukan dengan cara menggelindingkan tali rotan berbentuk lingkaran dengan sebatang tombak. Nsya Asya atau Tok Asya merupakan permainan tradisional yang sangat terkenal oleh anak-anak Papua yang bersifat rekreasi. Permainan ini hanya boleh dilakukan oleh anak-anak kaum pria saja. Permainan ini tidak boleh dimainkan oleh anak-anak kaum perempuan karena berbahaya.
Menurut bahasa daerah masyarakat papua, Nsya mempunyai arti menggelindingkan lingkaran rotan dan Asya mempunyai arti tali rotan dan lingkarannya. Sedangkan Tok Asya mempunyai arti melempar lingkaran dengan tombak. Jadi Nsya Asya/Tok Asya mempunyai arti menggulingkan/melarikan rotan (roda) dari arah lawan yang satu ke yang lainnya sambil melempar tombak.
Peserta yang melakukan permainan ini berjumlah minimal 2 (dua) orang dan maksimal jumlah peserta yang melakukan permainan ini berjumlah 20 (dua puluh) orang, jika permainan ini dimainkan oleh banyak orang maka permainan ini menjadi sangat ramai dan menjadi sebuah hiburan yang sangat menarik.
Jalannya permainan ini biasanya dilakukan di padang rumput atau tanah yang sangat luas. Masyarakat Papua dalam memainkan permainan Nsya Asya/Tok Asya biasanya dilakukan pada waktu tertentu, yaitu biasanya dilakukan pada saat hari perayaan tertentu dan melakukan permainan tersebut harus di pagi hari.
Permainan ini bisa melatih ketangkasan, kecermatan dan juga bisa melatih otot-otot tangan dalam melempar tombak. Cara untuk memenangkan permainan ini yaitu dengan cara apabila tombak yang dilempar mengenai sasaran/ lingkaran tersebut.