Maluku Utara (disingkat Malut) merupakan provinsi bagian Timur Indonesia yang resmi terbentuk pada 4 Oktober 1999 yang sebelumnya menjadi kabupaten dari provinsi Maluku bersama dengan Halmahera Tengah.
Berikut ini kami sampaikan beberapa macam dan jenis permainan tradisional khas yang ada di Provinsi Maluku Utara yang dimainkan oleh anak-anak remaja baik yang masih dimainkan hingga sekarang ataupun yang sudah mulai ditinggalkan oleh pemainnya, lengkap dengan arti, sejarah, gambar, dan penjelasannya.
1. Bambu gila
Bambu Gila adalah sebuah kesenian atraksi tradisional masyarakat Kepulauan Maluku. Kesenian yang dikenal juga dengan nama Buluh Gila, Baramasuen / Bara Suwen ini terdapat di Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara. Di Provinsi Maluku Utara, permainan yang tergolong gaib ini terdapat di beberapa daerah di Kota Ternate dan sekitarnya.
Awal sejarah permainan ini berasal dari hutan bambu terletak di kaki Gunung Berapi Gamalama, Ternate, Maluku Utara. Sejumlah pemuda semula mencari bambu di kawasan ini untuk mengadakan permainan bambu gila. Sengatan matahari dan tajamnya sisi batu yang menghitam, bukan penghalang langkah mereka. Tetap bersemangat mencari sebatang bambu, yang bisa memberi hiburan bagi rakyat sekampung. Sesampai di rumpun bambu, mereka tak lupa meminta izin dari sang pemilik, agar merelakan sebatang bambunya.
Bambu gila adalah permainan yang di mainkan oleh minimal 5 orang dan maksimal sepanjang bambu yang di gunakan, selain itu juga terdapat seorang yang menjadi pawang dalam permainan ini yakni pawang. Pawang inilah yang nantinya mengerahkan dan mengendalikan serta membuat permainan ini menjadi seru karena memiliki kekuatan jampi-jampi untuk membuat sebuah bambu menjadi gila maka seluruh peserta dalam permainan ini harus melawan atau menenangkan bambu ini.
Cara bermain: Untuk melaksanakan permainan ini peserta di haruskan memegang bambu yang sudah di sediakan dengan kedua tangannya yang kemudian di letakkan di depan dada (seperti memeluk bambu dengan kedua tangan). Kemudian pawang akan mulai membacakan jampi-jampinya untuk membuat bambu menjadi gila. Saat bambu mulai menggila, peserta harus segera bersiap melawan arah gerak bambu ini dan harus mendengar intruksi dari dari pawang misalnya pawang mengatakan kekiri maka harus di arahkan ke kanan bambunya dan sebaliknya.
Permainan ini dimainkan oleh orang dewasa yang sehat, karena kuatnya kekuatan mistik dari permainan Bambu gila, maka diperlukan kehati hatian bagi anda yang ingin mencobanya.
2. Cenge-cenge
Cenge-cenge adalah permainan melangkah di petak-petak pada lantai atau tanah menggunakan satu kaki,di daerah lain, permainan ini dikenal dengan nama Engklek. Permainan ini kebanyakan dimainkan anak-anak perempuan namun ada juga anak laki-laki yang ikut bermain. Jenis permainan cenge-cenge ini sebenarnya sangat banyak, yakni tergantung gambar dan tingkat kesulitan.
Namun yang paling sering dimainkan ada dua jenis, yaitu cenge-cenge rok dan cenge-cenge disko. Cenge-cenge rok garis atau bentuk gambarnya menyerupai orang dengan menggunakan rok. Sedangkan cenge-cenge disko bentuk gambarnya berbentuk bintang namun setiap sudutnya berbentuk kotak.
Cara memainkan hampir sama, yakni melemparkan gaco (lempengan batu) pada setiap kotak. Kemudian pemain yang menang suteng (suit) akan melompati setiap garis dengan lompatan yang lincah. Jika gaco yang dilempar berada digaris maka pemain harus berganti posisi sebagai penjaga atau menunggu giliran main berikutnya.
3. Dadale
Permainan dadale atau dodorobe merupakan permainan bakutembak berkelompok menggunakan senjata yang terbuat dari cabang bambu dengan peluru dari buah kelapa tua atau buah jambu, tergantung musim atau yang paling banyak dijumpai. Dodale adalah salah satu permainan anak-anak Galela Halmahera utara, Rakyat Maluku Utara umumnya dan Pulau Morotai pada khususnya.
Dadale berarti tembak-menembak, biasanya di mainkan oleh anak-anak dan remaja. Alat yang di gunakan terbuat dari ruas bambu yang memiliki diameter lubang kmaksimal 1 cm. Pangkal ruasnya yang berbuku di pakai sebagai gagang bilah pendorong peluru.
Cara bermain permainan ini di pulau Morotai berbeda dengan daerah-daerah lain di Maluku Utara, di Morotai cara mainnya yaitu saling menyerang antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain sedangkan di daerah lain misalnya Ternate memakai garis pembatas antara dua kelompok yang bermain. Pemain terdiri atas dua kelompok, masing-masing lima orang. Keduanya berhadapan dengan jarak 2 m dan jarak ke belakang dari kelompok tersebut 3 m sebagai garis penalti (garis mati). Apabila salah satu anggota kelompok ketika di serang lawan mundur melewati garis mati, maka ia di nyatakan gugur (tidak lagi turut bermain), tinggal anggota yang tersisa yang melanjutkan permainan sampai di nyatakan juri selesai. Kelompok penyerang tidak di perkenankan memasuki garis mati. Kalau demikian, ia di beri peringatan, dengan cara di berikan kartu kuning. Kelompok di nyatakan menang apabila ia tidak mundur sampai ke garis mati atau sisa kawannya masih lebih banyak ketika juri mengisyaratkan waktu bermain telah habis. (sumber: PAMONG BUDAYA KAB. PULAU MOROTAI)
4. Gole-gole
Gole-gole berarti kelincahan tendangan silat tempurung dengan belakang kaki. Golegole ini permainan tradisional yang di mainkan oleh remaja muda-mudi. Biasanya permainan ini diadakan, apabila ada sesuatu acara yang menghendaki bantuan muda-mudi untuk menolong mengukur (memarut) kelapa dalam jumlah banyak. Seusai membantu mengukur kelapa, terdapat banyak tempurung (batok kelapa). Oleh muda-mudi ini, tempurung itu di gunakan untuk memainkan gole-gole.
Cara bermain: Gole-gole di mainkan oleh dua kelompok, masing-masing lima orang. Untuk mencari kelompok yang akan memulai permainan itu, di adakan suten (pengundian dengan unjuk jari) oleh kapten dari dua kelompok. Kelompok yang menang suten itulah yang memulai permainan.
Di depan ke lima pemain itu, berjarak 7 m, tertumpuk 5 tempurung dengan jarak samping tempurung 2 m. Masing-masing pemain menghadapi tumpukan tempurungnya dan dia harus menembak tempurungnya ke tumpukan di depannya dengan tendangan silat belakang kakinya. Diharuskan kelimanya menembakkan tempurungnya. Bila kena pada sasaran, maka di hitung 5 punt (angka) dan mereka harus melanjutkan permainannya pada babak ke dua. Apabila hanya 1 orang saja yang pada waktu menembakkan tempurungnya kena, maka hanya di hitung 1 punt dan kesempatan waktu di berikan pada kelompok ke 2.
Jika babak pertama tadi telah dapat di selesaikan oleh salah satu kelompok, mereka akan melanjutkan permainan ke babak ke 2, yaitu kelima pemain tadi menghadapi salah satu tumpukan tempurung yang di tengah berarak 2 meter. Di atas tumpukan tempurung tersebut di letakkan sesuatu yang harus di jatuhkan oleh salah satu pemain. Jika babak ini dapat di selesaikan dengan baik, permainan berlanjut pada babak ke 3. Kelima pemain yang telah menyelesaikan kedua babak tadi berhadapan dengan kelima pemain lawannya, yaitu dengan mengetuk tumpukan tempurung tersebut sambil lari menembus garis hadangan lawannya, dengan tidak sedikit pun salah satu dari anggota badannya tersentuh lawan. Apabila tubuh mereka dapat di sentuh (tek) oleh lawannya, maka di nyatakan bou. Bou ini dapat di tembus jika kawannya yang tidak tersentuh oleh lawannya kembali pada babak pertama tadi dengan menendangkan tembakan tempurungnya pada tumpukan tempurung dan kena, maka tertembuslah bou kawannya dan puntnya tidak di hitung.
- Babak pertama mencari 5 punt
- Babak kedua mencari 1 punt
- Babak ketiga mencari 5 punt
Kelompok yang di anggap menang ialah mereka yang mengumpulkan puntnya pada babak pertama tidak mengulang atau terhitung pada sedikit atau banyak pengulangan. Begitu juga pada babak kedua, berapa orang yang tembakannya tepat. Pada babak ketiga, semua lolos dari bou atau berapa bou. Dari ketiga babak itu, di tambahkan angka puntnya menurut waktu dan kesempatan. Syarat ini di tetapkan sebelum pertandingan oleh juri.
5. Meriam Bulu (bambu)
Meriam bambu atau meriam bulu adalah permainan rakyat Maluku Utara pada umumnya, dan di Morotai juga terdapat permainan ini. Permainan meriam bulu adalah sebuah representasi dari peperangan jaman dahulu, bahwa daerah Maluku Utara adalah bagian dari sejarah perjuangan bangsa dalam mengusir penjajah saat dahulu kala. Oleh karenanya meriam dijadikan sebagai salah satu permainan rakyat yang sampai sekarang masih dimainkan oleh remaja bahkan sampai kalangan orang tua. Meriam bulu di Morotai bahkan pada umumnya di Maluku Utara dimainkan saat malam Lailatulkadar (3 hari menjelang idhul fitri) sampai pada lebaran idhul fitri.
Alat yang digunakan pada permainan ini adalah terbuat dari ruas bambu besar dengan panjang sekitar ± 150 Cm (tergantung panjang ruas bambu, biasanya 4 ruas) dan pangkal ruas bambu bagian dalam dibuka kemudian bagian bawah/belakang pangkal ruas bambu dibiarkan agar minyak tanah dan ledakan api bisa mengarah ke depan, bagian bawah/belakang pangkal ruas bambu diberi lubang sekitar ± 1 cm berjarak ± 8 cm dari ruas bawah/belakang bambu yang dibiarkan/tidak dibuka.
6. Rampuat kakaran
Rampuat kakaran artinya adalah bermain bilah-bilah bambu. Permainan ini telah lama dikenal oleh orang di Kepulauan Tanimbar, Maluku Utara, khususnya di Pulau Yamdena, Pulau Selaru, Pulau Seira, Pulau Fordata, Pulau Molo, Pulau Larat dan Pulau Labobar. Awal mula permainan Rampuat kakaran sudah tidak diketahui lagi, namun yang pasti, telah berkembang sejak akhir abad XIX. Dalam permainan Rampuat kakaran, pemain dituntut untuk memperlihatkan kecekatan dan seni (aesthetis/keindahan) dalam setiap gerakannya. Untuk itu, rumpuat kakaran biasanya dimainkan pada waktu pagi dan sore hari dan kadang malam hari sewaktu bulan purnama agar penonton dapat melihat gerakan pemain saat sedang mempertontonkan keahliannya.
Jenis permainan ini pada umumnya dilaksanakan oleh anak-anak perempuan usia Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama yang berumur 5 – 15 tahun dan anak-anak yang sebaya dengan umur-umur tersebut. Rampuat kakaran dimainkan paling sedikit oleh dua orang, dan apabila dimainkan secara berkelompok, setiap kelompoknya minimal 5 orang dan maksimal 10 orang, yang terdiri dari regu pelempar dan regu penadah.
Permainan rampuat kakaran memerlukan tempat yang agak luas, yaitu sebuah lapangan atau pekarangan rumah. Sementara untuk peralatan hanya menggunakan satu bilah bambu untuk seorang pemain. Untuk anak-anak yang berumur 4--6 tahun, bilah bambunya berukuran panjang 30--50 cm dan lebarnya 6 cm. Sedangkan, yang berumur 7 --15 tahun, panjangnya 60--1 meter, tetapi lebarnya sama saja yaitu 6 cm. Bilah-bilah tersebut dala bahasa Yamdena disebut Kakaran, sedangkan dalam bahasa Selaru dan Fordata disebut Temar.
7. Sem / Sesem
Permainan ini di mainkan oleh 2 kelompok yang terdiri lebih dari 4 orang tergantung dari panjangnya garis yang di sepakati. Peraturan permainannya adalah orang yang menjaga pertahanan tepat di empat garis yang berlainan arah dan merentangkan tangan mencoba menyentuh lawannya untuk mengurung lawan tersebut di dalam garis untuk memenangkan pertandingan sampai setiap anngota lawan terkumpul di dalam garis yang berbentuk empat garis. Dan hal itu terjadi berulang-ulang untuk berusaha memenangkan permainan. Permainan ini biasa di mainkan pada bulan suci Rhamadhan setelah selesai makan sahur.