Sejarah Pembentukan Silat Tunggal Hati Seminari / Tunggal Hati Maria (THS/THM)
Tunggal Hati Seminari adalah sebuah aliran dari bela-diri Indonesia, pencak silat yang bernafaskan agama Katolik, didirikan oleh 7 dewan pendiri, termasuk Rm. Hadi,Pr. dan Rm. Sandharma Akbar,Pr. Aliran ini memiliki motto Pro Patria et Ecclesia yang berarti perjuangan demi bangsa dan gereja dan memiliki semboyan perjuangan, Fortiter in Re Suaviter in Modo yang berarti kokoh dalam pendirian namun lembut cara mencapainya. Dengan kata lain, sikap yang mau ditampakkan yaitu sikap berani, ulet dan rendah hati. Dalam perkembangannya, selain Tunggal Hati seminari (THS) diresmikan pula Tunggal Hati Maria (THM) untuk perempuan.
Latihan pertama pencak silat tunggal hati seminari diadakan pada tahun 1983 di Seminari Petrus Kanisius Mertoyudan, diajarkan oleh Frater Hadiwijoyo. Saat itu, latihan sama dengan latihan pencak silat pada umumnya: langkah, pukulan, dan tendangan. Awalnya ada 90 orang seminaris bergabung. Namun, seiring berjalannya waktu semakin berkurang tinggal 11 orang yang tekun berlatih, padahal 1 tahun lagi Frater Hadiwijoyo akan ditahbiskan dan hal itu berarti ia tidak lagi bertugas di Seminari.
Saat liburan tiba, Frater Hadiwijoyo mengajak ke-11 seminaris untuk mengadakan retret rohani sekaligus mematangkan gerakan pencak silat. Frater Hadiwijoyo mengajak para seminaris berjalan kaki dari Kentungan menuju Kaliurang, di lereng Gunung Merapi. Sampai di Kaliurang, mereka mengolah rohani dan mematangkan gerak pencak silat.
Pada liburan berikutnya, Frater Hadiwijoyo mengajak para seminaris ke Pantai Parangtritis. Di sinilah tercipta jurus-jurus otentik seminari yang dikreasi sendiri oleh para seminaris. Jurus-jurus ini menggunakan gerak abjad A sampai Z.
Tanggal 4 Juli 1984, Frater Hadiwijoyo ditahbiskan menjadi imam dan ditugaskan di Paroki Santo Fransiskus Xaverius Tanjung Priok, Jakarta Utara. Di sini, Romo Hadiwijioyo prihatin melihat kaum muda yang enggan beraktivitas di gereja. Diapun memanggil para seminaris untuk melatih mereka pencak silat. Beladiri ini dijadikan sarana untuk aksi panggilan, sebuah kegiatan untuk mempromosikan seminari kepada kaum muda.
Seiring berjalannya waktu, para seminaris mengusulkan agar dibuat sebuah organisasi resmi. Akhirnya, tanggal 10 November 1985 – tepat peringatan Hari Pahlawan dan tahun 1985 sebagai Tahun Pemuda Internasional – diresmikanlah di Gelanggang Remaja Jakarta Utara berdirinya Organisasi Beladiri Pencak Silat Katolik Tunggal Hati Seminari. Saat itu, anggota yang tercatat berjumlah 223 orang Organisasi Beladiri Pencak silat Katolik Tunggal Hati seminari (THS). Tujuan organisasi ini adalah menyatutunggalkan hati dengan panggilan para seminaris. Satu tahun kemudian, 10 November 1986, diresmikan Tunggal Hati Maria (THM) untuk perempuan. Awalnya, wadah ini menjadi salah satu sarana aksi panggilan, namun akhirnya berkembang menjadi alat kerasulan khas dari bumi Indonesia. (Sumber)
Latihan pertama pencak silat tunggal hati seminari diadakan pada tahun 1983 di Seminari Petrus Kanisius Mertoyudan, diajarkan oleh Frater Hadiwijoyo. Saat itu, latihan sama dengan latihan pencak silat pada umumnya: langkah, pukulan, dan tendangan. Awalnya ada 90 orang seminaris bergabung. Namun, seiring berjalannya waktu semakin berkurang tinggal 11 orang yang tekun berlatih, padahal 1 tahun lagi Frater Hadiwijoyo akan ditahbiskan dan hal itu berarti ia tidak lagi bertugas di Seminari.
Saat liburan tiba, Frater Hadiwijoyo mengajak ke-11 seminaris untuk mengadakan retret rohani sekaligus mematangkan gerakan pencak silat. Frater Hadiwijoyo mengajak para seminaris berjalan kaki dari Kentungan menuju Kaliurang, di lereng Gunung Merapi. Sampai di Kaliurang, mereka mengolah rohani dan mematangkan gerak pencak silat.
Pada liburan berikutnya, Frater Hadiwijoyo mengajak para seminaris ke Pantai Parangtritis. Di sinilah tercipta jurus-jurus otentik seminari yang dikreasi sendiri oleh para seminaris. Jurus-jurus ini menggunakan gerak abjad A sampai Z.
Tanggal 4 Juli 1984, Frater Hadiwijoyo ditahbiskan menjadi imam dan ditugaskan di Paroki Santo Fransiskus Xaverius Tanjung Priok, Jakarta Utara. Di sini, Romo Hadiwijioyo prihatin melihat kaum muda yang enggan beraktivitas di gereja. Diapun memanggil para seminaris untuk melatih mereka pencak silat. Beladiri ini dijadikan sarana untuk aksi panggilan, sebuah kegiatan untuk mempromosikan seminari kepada kaum muda.
Seiring berjalannya waktu, para seminaris mengusulkan agar dibuat sebuah organisasi resmi. Akhirnya, tanggal 10 November 1985 – tepat peringatan Hari Pahlawan dan tahun 1985 sebagai Tahun Pemuda Internasional – diresmikanlah di Gelanggang Remaja Jakarta Utara berdirinya Organisasi Beladiri Pencak Silat Katolik Tunggal Hati Seminari. Saat itu, anggota yang tercatat berjumlah 223 orang Organisasi Beladiri Pencak silat Katolik Tunggal Hati seminari (THS). Tujuan organisasi ini adalah menyatutunggalkan hati dengan panggilan para seminaris. Satu tahun kemudian, 10 November 1986, diresmikan Tunggal Hati Maria (THM) untuk perempuan. Awalnya, wadah ini menjadi salah satu sarana aksi panggilan, namun akhirnya berkembang menjadi alat kerasulan khas dari bumi Indonesia. (Sumber)