Kalimantan Utara (atau disingkat sebagai Kaltara) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian utara Pulau Kalimantan. . Tidak terlalu banyak permainan tradisional yang dikenal di daerah ini, hanya empat saja yang dapat kami termukan. Berikut ini kami sampaikan beberapa permainan tradisional yang ada di Provinsi Kalimantan Utara yang dimainkan oleh anak-anak remaja baik yang masih dimainkan hingga sekarang ataupun yang sudah mulai ditinggalkan oleh pemainnya, lengkap dengan arti, sejarah, gambar, dan penjelasannya.
1. Cekang
Cekang merupakan salah satu permainan tradisional khas Kalimantanh Utara, khususnya Tana Tidung. Permainan Cekang adalah permainan dengan ketapel. Selain ketapel sebagai alat permainnya, digunakan pula buah yang bewarna untuk menembak cecak di dinding sehingga permainan ini akan mengotori dinding rumah. Untuk mencari buah ini, anak-anak harus menerjang lumpur sebab tumbuhan bakau tumbuh di atas air bercampur lumpur. Anak-anak mendapatkan cekang atau ketepel dari cabang ranting pohon mangrove dan memasang karet sebagai pemantul buah pisangan; buah pisangan dilipat serupa anak panah. Di Jawa permainan ini disebut gedangan atau pisangan. Kadang, anak-anak juga memanfaatkan buah bongsai untuk menembak cicak. Buah pisangan biasa digunakan sebagai peluru ketekan (ketapel) dapat juga dimanfaatkan sebagai anting-antingan.
2. Gasing/Bagasing
Bagasing/Habayang Permainan Tradisional Yang Terlupakan dari Kalimantan Utara. Gasing dimainkan dengan dua benda seukuran kepalan tangan orang dewasa, yang dibenturnan dengan keras yang sebelumnya diputar menggiunakan tali. Sebelum terjadinya benturan, kedua benda itu awalnya masing-masing dilemparkan oleh dua orang usia remaja dewasa, dimana sebelumnya sekujur fisik benda itu terlihat dililit oleh seutas tali.
Lalu satu dari dua orang tadi mengambil ancang-ancang dan melemparkan benda yang dililitnya tadi ke hamparan halaman yang beraspal (seperti sebuah arena mini). Benda itu berputar cepat. Tidak lama berselang satu orang lagi menyusul melemparkan benda yang dililitnya tadi ke hamparan, sehingga Nampak kedua benda yang dilemparkan saling berdekatan lalu, terjadilah benturan kuat.
3. Sumpit
Sumpit merupakan senjata tradisional yang berbentuk pipa panjang dan di dalamnya disisipkan panah kecil untuk dilontarkan dengan bantuan angin dari tiupan mulut. Bagi masyarakat Dayak Kalimantan, selain mandau, sumpit merupakan senjata yang selalu dibawa saat mereka pergi berburu di hutan. Selain digunakan sebagai senjata dalam berburu, Sumpit juga menjadi simbol perlawanan masyarakat Kalimantan terhadap penjajahan Belanda.
Sumpit atau sumpitan (bahasa Kalimantan Tengah: sipet) adalah senjata yang digunakan untuk berburu maupun dalam pertempuran terbuka atau sebagai senjata rahasia untuk pembunuhan diam diam. Penggunaan sumpit yaitu dengan cara ditiup.
Dari segi penggunaannya sumpit atau sipet ini memiliki keunggulan tersendiri karena dapat digunakan sebagai senjata jarak jauh dan tidak merusak alam karena bahan pembuatannya yang alami. Dan salah satu kelebihan dari sumpit atau sipet ini memiliki akurasi tembak yang dapat mencapai 200 meter.
4. Pindah Bintang
Permainan pindah bintang adalah salah satu permainan tradisional melayu dari Kalimantan Timur. Sesuai namanya, permainan pindah bintang terinspirasi dari gerak bintang yang berkelap kelip di angkasa, seolah-olah bintang itu berpindah-pindah dari tempat satu ketempat yang lain. Tak hanya ada di Indonesia, permainan ini juga tercatat dalam daftar permainan di negara-negara Barat (the book of knowledge volume II). Diperkirakan permainan ini dibawa ke tanah Melayu pada masa kolonial.
Peralatan yang dibutuhkan:
- Gambar lingkaran atau bisa memanfaatkan tiang rumah atau pohon sebagai markas
- Peserta tidak dibatasi. Semakin banyak pemain, semakin seru pula permainan.
- Waktu bermain dibebaskan, berhenti saat sudah lelah dan tidak ada yang mau bermain.
Cara bermain:
- Pemain membuat linkaran di tanah yang akan digunakan sebagai "markas" (tiang atau pohon bisa dijadikan pilihan juga).
- Jumlah lingkaran tidak sama dengan jumlah pemain. Jumlah lingkaran adalah jumlah pemain dikurangi satu (p-1). contoh: jika pemain 8, maka markas 7
- Pemain hompimpah untuk menentukan yang jaga, atau dalam permainan ini disebut "ajak".
- Ajak akan berdiri di tengah, dan pemain lain menempati markas (pilihan dibebaskan)
- Jika semua sudah siap, salah satu dari pemain ada yang berteriak "MARKAS" sebagai aba-aba untuk pindah markas.
- Pemain akan mencari markas baru, begitu pula ajak.
- Antarpemain tidak diperkenankan untuk saling dorong, dan satu markas untuk satu orang.
- Pemain yang tidak memperoleh markas baru, akan menjadi ajak dan berdiri di tengah.
- Pemenang ditentukan dengan sedikitnya dia menjadi ajak.