permainan tradisional dan cara bermainnya, contoh permainan tradisional yang mendidik, permainan tradisional dan daerah asalnya, gambar permainan tradisional, permainan tradisional asal daerah, permainan tradisional engklek, pengertian permainan tradisional, permainan tradisional dari 34 provinsi, kaulinan barudak atau budak Banten
Provinsi Banten adalah sebuah provinsi, wilayah paling barat di Pulau Jawa, Indonesia. Provinsi ini pernah menjadi bagian dari Provinsi Jawa Barat, daerah ini menjadi wilayah pemekaran sejak tahun 2000, dengan keputusan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000. Pusat pemerintahannya berada di Kota Serang. Berikut ini kami sajikan bermacam-macam permainan tradisional dari propinsi Banten, berikut cara memainkannya.
Daftar isi:
1. Adu Kilung/Biji Asem
Adu kilung/biji asem merupakan permainan yang sempat populer di Indonesia pada tahun 1970 hingga 1980-an. Cara bermainnya, pertama biji asem diasah pada benda berpermukaan kasar hingga separuh atau hingga terlihat bagian dalamnya. Kemudian biji tersebut ditempelkan pada pecahan kaca/keramik menggunakan beberapa cara misalnya dengan tepung kanji yang sudah dimasak, getah pohon, atau putih telur, tetapi tidak boleh menggunakan lem.
Anak-anak jaman dulu menempelkan biji asem memakai air liur kemudian dijemur sambil ditindih atau dihimpitkan dengan benda keras supaya lebih rekat. Setelah kering, untuk memperkuat bisa menggunakan getah pohon yg lengket.
Cara mengadunya cukup dekatkan biji asem kita dengan biji asem lawan. Saat dimainkan diperlukan tenaga yang kuat, karena kuncinya selain kekuatan biji asem yg ditempel kekuatan si pemain juga menentukan. Pememangnya adalah yang biji asemnya tetap menempel di pecahan keramiknya.
2. Aku Orang Kaya Aku Orang Miskin
Permainan Saya Orang Kaya Saya Orang Miskin konon merupakan permainan tradisional yang berasal dari Betawi, namun menyebar ke daerah sekitarnya termasuk Banten.
Permainan ini sangat sederhana hanya dimainkan oleh dua kelompok kaya dan miskin yang saling berhadapan. Satu grup bisa terdiri dari 4 orang atau lebih di lapangan, halaman rumah ataupun taman bermain.
Cara bermain cukup gampang. Skenario dari permainan ini adalah ada 1 orang yang berperan sebagai orang kaya dan 1 orang lainnya menjadi orang miskin. Sisanya berbaris di belakang si Miskin dan berperan sebagai anak si Miskin.
Orang kaya meminta anak pada orang miskin sambil bernyanyi dan bergerak maju mundur. Lalu satu per satu anak si Miskin yang diminta harus segera pindah ke belakang si Kaya
Tibalah saatnya si Miskin kehabisan anaknya karena berpindah ke si Kaya. Bagian serunya dalam permainan ini adalah ketika si Miskin mencoba merebut kembali anak-anaknya dari si Kaya. Dengan segala upaya, si Kaya harus mencegah si Miskin mengambil anaknya. Pemain yang telah menjadi anak si Kaya harus berbaris ke belakang dan berpegangan erat pada pinggang teman di depannya agar tidak ditangkap oleh si Miskin. Anak yang terlepas dari pegangannya saat ditarik si Miskin akan kembali menjadi anaknya.
Permainan pun diulang-ulang hingga si Kaya kehabisan anaknya. Dalam permainan ini terdapat nyanyian antara si Miskin dan si Kaya.
Si Kaya : saya orang kaya (sambil maju ke arah orang miskin)
Si Miskin : saya orang miskin (seraya mundur )
Si Kaya : saya minta anak
Si Miskin : namanya siapa ?
Si Kaya : namanya (sebutkan salah satu teman kalian yang akan diberi oleh orang kaya )
Si Miskin : (nama teman yg akan di beri ), lekas pergi jangan kembali lagi hush (seraya menendangkan kaki bersamaan selayaknya orang mengusir).
Hal di atas dilakukan terus menerus sampai tersisa 1 orang di orang miskin. Setelah terpilih siapa orang miskinnya, lalu si miskin tersebut mencoba merebut kembali anak-anaknya dari si Kaya. (sumber: Website Budaya Indonesia)
3. Ambreg
Ambreg adalah sebutan untuk permainan tapak gunung di daerah Baduy Luar. Dalam bahasa Belanda, permainan ini dikenal dengan nama Zondaag Maandag. Kemudian nama ini diadopsi dalam bahasa setempat menjadi sunda manda. Sementara di daerah Banten dikenal dengan nama Ambreg. Dan di daerah lainnya disebut Engklek atau Jingklak.
Engklek dimainkan dengan cara melompat dengan satu kaki pada kotak-kotak yang telah dibuat. Untuk kotak yang letaknya bersebelahan seperti sayap, pemain diperbolehkan meletakkan kakinya pada kedua kotak secara bersamaan. Masing-masing pemain memiliki gaco, yaitu batu atau pecahan genting yang digunakan sebagai alat lempar.
Permainan Sunda Manda Engklek dapat dimainkan di tanah lapang atau di halaman rumah. Cara memainkannya dengan menggambar pola kotak-kotak atau persegi panjang yang berukuran sekitar 30-60 cm2. Untuk menggambarnya anak dapat menggunakan kapur tulis, arang, atau pecahan genteng. Bunda juga dapat memberikan contoh kepada anak dalam menggambarkannya.
Anak-anak yang ingin memainkan permainan Sunda Manda Engklek dapat memulainya dengan hompimpa atau suit untuk menentukan giliran. Peserta yang menang dapat memulai permainan terlebih dahulu dengan cara melemparkan gaconya ke petak.
Petak yang ada gacoknya tidak boleh diinjak / ditempati oleh setiap pemain, jadi para pemain harus melompat ke petak berikutnya dengan satu kaki mengelilingi petak-petak yang ada.
Pemain yang telah menyelesaikan satu putaran terlebih dahulu, berhak memilih sebuah petak untuk dijadikan "sawah" mereka, yang artinya di petak tersebut pemain yang bersangkutan dapat menginjak petak itu dengan kedua kaki, sementara pemain lain tidak boleh menginjak petak itu selama permainan. Peserta yang memiliki kotak paling banyak adalah yang akan memenangkan permainan ini.
4. Babatokan
Babatokan merupakan permainan tradisional yang menjadikan potongan batok kelapa yang telah dipasang tali sebagai mainan untuk berjalan.
5. Bapangan
Istilah Bapangan atau Sorodot Gaplok berasal dari bahasa Jawa yang berasal dari kata daras bapang. Permainan ini menggunakan media bermain berupa batu, namun kadang kala dipadukan dengan media pecahan tegel atau batu bata, selain media tersebut anak-anak hanya membutuhkan tanah lapang yang agak luas kira-kira 5 x 10 meter.
Cara bermain - Awalnya setiap anak yang akan bermain telah menyiapkan alat batu pipih yang disebut gaco, setelah itu mereka setidaknya membuat dua atau tiga garis ditanah, bisa dengan kayu ataupun kapur. Setiap garis dengan panjang antara 2-4 meter, tergantung jumlah pasangan yang bermain. Sementara jarak garis pertama dengan garis kedua kira-kira 2 meter sementara jarak garis kedua dengan garis ketiga kira-kira 4 meter.
Setelah garis selesai, setiap pasangan melakukan bibingsut untuk menentukan menang-kalah. Bagi anak-anak yang kalah berkumpul menjadi satu regu. Begitu pula yang menang. Anak yang kalah berdiri didekat garis wates, jika batu diwates belum berdiri, maka tugasnya mendirikan batu wates, digaris 1 dengan membawa gaco, menfokuskan pada masing-masing batu wates. Setelah itu masing-masing melempar ke batu wates agar roboh. Kemudian regu yang menang berdiri lagi dibelakang garis garis 1, gaco diletakan diatas jari-jari kaki lalu diayun-ayunkan sambil engklek menuju garis wates hingga melewati garis wates, setelah itu kemudian membalikkan badan dan melemparlkan batu gaco kearah batu wates dengan kaki yang ada batu gaconya.
Tahap selanjutnya regu A kembali ke garis 1 dan meletakkan kembali batu gaco diatas jari-jari kaki, mereka berusaha mengincar batu watesnya, maka dengan sekali langkah batu gaco diarahkan kesasaran batu wates dan harus kena.
Tahap Terakhir semua anak regu A meletakkan batu gaco diatas kepala lalu berjalan pelan-pelan menjuju masing-masing batu wates, setelah tiba di garis ketiga dan berdekatan dengan batu wates, maka segera menundukan kepala untuk menjatuhkan batu gaco, menuju sasaran batu wates. (sumber: Website Kikomunal)
6. Bentengan
Benteng adalah permainan yang dimainkan oleh dua grup, masing-masing terdiri dari 4 sampai dengan 8 orang. Masing-masing grup memilih suatu tempat sebagai markas, biasanya sebuah tiang, batu atau pilar sebagai 'benteng'.
Bersama dengan layang-layangan, kelereng, galasin, dan Polisi Maling, permainan ini adalah satu-satunya permainan yang masih populer hingga saat ini.
Tujuan utama permainan ini adalah untuk menyerang dan mengambil alih 'benteng' lawan dengan menyentuh tiang atau pilar yang telah dipilih oleh lawan dan meneriakkan kata benteng. Kemenangan juga bisa diraih dengan 'menawan' seluruh anggota lawan dengan menyentuh tubuh mereka. Untuk menentukan siapa yang berhak menjadi 'penawan' dan yang 'tertawan' ditentukan dari waktu terakhir saat si 'penawan' atau 'tertawan' menyentuh bal'benteng' mereka masing-masing.
Orang yang paling dekat waktunya ketika menyentuh benteng berhak menjadi 'penawan' dan bisa mengejar dan menyentuh anggota lawan untuk menjadikannya tawanan. Tawanan biasanya ditempatkan di sekitar benteng musuh. Tawanan juga bisa dibebaskan bila rekannya dapat menyentuh dirinya.
Dalam permainan ini, biasanya masing - masing anggota mempunyai tugas seperti 'penyerang', 'mata - mata, 'pengganggu', dan penjaga 'benteng'. Permainan ini sangat membutuhkan kecepatan berlari dan juga kemampuan strategi yang handal.
7. Cang Kacang Panjang
Cang Kacang Panjang adalah sebuah judul lagu yang biasa dinyanyikan sebelum kita memulai permainan/ucing-ucingan. Lagu ini bisa kita pakai untuk mengiringi ritual menentukan orang yang nantinya akan jadi “kucing”.
Liriknya seperti ini: Cang kacang panjang,anu panjang ucing
Pada saat mengatakan "ucing" tangan harus diam, nah yang panjang lah yang menjadi ucingnya
8. Congklak
Congklak / congkak / daku / dakon adalah permainan anak-anak perempuan yang dimainkan dengan alat seperti perahu kecil yang memilliki 16 lekukan bundar sebagai tempat 98 biji ataupun kewuk (kulit kerang).
Badan congklak terbuat dari kayu yang diberi 16 lekukan bundar. Lekukan kecil terdiri dari 14 buah yang dijadikan 2 deretan, masing-masing disebut anak. Kemudian 2 buah lekukan besar disebut indung (induk) yang terletak di bagian tengah badan kayu disebelah kiri dari masing-masing deretan.
Masing-masing lekukan diisi 7 biji kewuk (kecuali 2 lekukan indung dikosongkan). Permainan dilakukan oleh dua orang berhadapan. Masing-masing mempunyai 7 buah lekukan anak dengan 1 lekukan indung yang terletak di sebelah kirinya.
Saat permainan dimulai, kedua pemain bersama-sama mengambil kewuk dari salah satu lekukan anak yang dimilikinya lalu dibagikan ke setiap lekukan dan indung (kecuali indung lawan) secara merata. Jika kewuk terakhir jatuh pada lekukan yang kosong, maka si pemain harus berhenti sebab dianggap mati. Jika mati ditempat lekukan miliknya dan kebetulan lekukan dihadapannya (milik musuhnya) berisi kewuk-kewuk, maka kewuk milik musuhnya itu menjadi haknya dan disimpan di indungnya. Kejadian itu disebut nembak.
Permainan selesai jika semua kewuk yang semula terdapat dilekukan anak, pindah kelekukan indung masing-masing. Yang mendapat kewuk lebih banyak menjadi pemenang. Jika permainan akan diteruskan, maka kewuk itu dibagi-bagikan lagi pada lekukan-lekukan anaknya masing-masing. Yang jumlah kewuknya kurang, harus menutup lekukan yang tidak kebagian kewuk yang dianggap pecak (buta). Yang menang mendapat giliran pertama untuk membagikan kewuk. Lekukan yang pecak harus dilewati (tidak diisi). Permainan selesai jika salah seorang tidak sanggup lagi meneruskan permainan karena kewuknya kurang dari 7 (untung mengisi satu lekukan anak). (sumber : Kemdikbud)
9. Cing Ciripit
Cingciripit merupakan lagu permainan sunda yang ditujukan untuk berhitung sebelum anak-anak melakukan permainan kucing-kucingan atau permainan sentuh berlarian.
Permainan ini dilakukan oleh tiga atau empat anak. Seorang anak membuka telapak tangannya, sedangkan anak yang lain meletakkan jari telunjuknya di atas telapak tangan anak yang pertama. Selanjutnya anak membuka telapak tangannya menyanyikan lagu :
Cingciripit
Tulang bajing kacepit
Kacapit ku bulu pare
Bulu pare seuseukeutna
Jol pa dalang
Mawa wayang jek jek nong
Pada kalimat Mawa wayang jek jek nong anak tersebut menggenggamkan telapak tangannya. Tangan temannya yang tertangkap dialah yang jaga selanjutnya.
10. Gamsut/Gamsit
Gamsit atau Gamsut (suit), merupakan salah satu permainan tradisional atau kaulinan budak Banten yang kerap dilakukan untuk bertarung dalam menemukan pemenang. Permainan atau dalam bahasa sunda dikenal dengan Kaulinan Gamsit ini, medianya adalah menggunakan jari-jari tangan. Caranya, dengan mengadu jari sebagai salah satu cara pengundian dalam menentukan pemenang.
Dalam permainan Gamsit, jari yang dapat digunakan hanya 3 jari yakni jempol (ibu jari) yang dianalogikan sebagai gajah, curuk (jari telunjuk) yang dianalogikan sebagai manusia, dan cinggir (jari kelingking) yang dianalogikan sebagai sireum atau semut.
Gajah lawan Manusia, menang Gajah. Semut lawan Manusia, menang Manusia. Semut lawan Gajah, menang Semut. Logika kalah menang Sut Gajah ini sebagai berikut: Gajah dapat membanting manusia, manusia dapat menginjak semut sedangkan semut dapat membunuh gajah. mungkin ada pertanyaan kenapa semut bisa menang lawan gajah? dengan tubuh yang kecil mungil itu, semut masuk ke telinga gajah, lalu menggigit bagian dalam telinga gajah perlahan-lahan. Gajah pin kesakitan lalu akhirnya mati. Kadangkala kedua belah pihak menunjukkan jari yang sama misalnya jari telunjuk dengan jari telunjuk, itu petanda seri sehingga gamsit diulang sampai keduanya tidak melakukan hal yang sama.
11. Gatrik
Gatrik atau di daerah lain sisebut tak kadal, patil lele, atau benthi merupakan salah satu permainan tradisional yang dimainkan oleh anak-anak secara kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 2 orang sampai 4 orang dengan menggunakan alat dari dua potongan bambu yang berbeda ukuran.
Dua kelompok terdiri dari kelompok pemukul dan kelompok penangkap. untuk menentukan pemenangnya dilihat dari skor yang di dapat oleh salah satu regu baik penangkap maupun pemukul. Permainan dimulai dengan kelompok pemukul memukul batang bambu yang kecil dan terlempar, kemudian penangkap harus mampu/berhasil menangkap batang bambu yang di pukul oleh sipemukul.
Jika bambu yang terlempar tidak bisa ditangkap maka sang pemukul mendapat nilai. Jika si penangkap berhasil menangkap bambu kecil itu maka, mereka harus bertukar tempat. Permainan ini terdiri dari tiga babak permainan, yaitu : Untuk menentukan tim yang lebih dulu bermain sebagai pemukul, kita bisa melakukan suit, atau melemparkan kayu Gatrik pendek ke landasan di atas batu. Siapa yang melemparnya lalu masuk atau paling dekat dengan batu landasan, akan menjadi tim pemukul.
Babak Pertama - menyilangkan Gatrik pendek di atas batu dan didorong ke arah depan agak ke atas menggunakan Gatrik panjang. Tim penangkap akan menjaga lemparan Gatrik pendek, jika berhasil tertangkap maka giliran akan berganti. Jika tidak bisa menangkap, masih ada satu kesempatan lagi dengan melemparkan Gatrik pendek ke Gatrik panjang. Bila kena, tim penangkap akan berganti menjadi tim pemukul. Bila tidak mengenai Gatrik panjang, maka kita masuk babak kedua.
Babak Kedua - Gatrik panjang dipegang dengan posisi mendatar, kemudian gatrik penbdek diletakkan di ujungnya. Lalu Gatrik panjang diayunkan ke atas agar gatrik pendek terlempar ke udara (atas), saat itulah gatrik panjang secepatnya dipukulkan ke gatrik pendek yang masih dalam posisi melayang di udara ke arah tim penjaga. Bila tertangkap, tim penjaga mempunyai peluang untuk bermain Gatrik. Bila tidak, tim penjaga melemparkan Gatrik pendek mendekati batu landasan, agar tim pemukul tidak mempunyai jarak per Gatrik pendek untuk mendapatkan nilai.
Babak kediga - adalah apa yang disebut patil lele, letakkan gatrik pendek di atas bata/ batu sewperti pada babak pertama. Kemudian dengan menggunakan gatrik panjang mencongkel gatrik pendek ke arah dengan atas atas dengan kekuatan kecil, saat gatrik pendek berada di udara (yang jaraknya tidak jauh dari kayu pemukul yang panjang) maka dengan secepatnya dipukul dengan gatrik panjang ke arah penangkap.
Tim penangkap tetap bertugas menangkap Gatrik pendek. Bila tidak tertangkap, tim pemukul akan meneruskan permainan dengan memukul ujung Gatrik yang pendek Gatrik pendek di atas tanah (seperti memukul bola golf tapi sambil kaki mengangkang). Dalam memukul Gatrik pendek, dilakukan secara estafet (jika pemain ke-1 gagal memukul, diganti pemain ke-2, dst.). Jarak yang diukur dengan Gatrik pendek itu menentukan kemenangan tim. Tim yang menang biasanya akan dihadiahi oleh tim yang kalah dengan diakod (digendong) dengan jarak sesuai jauhnya Gatrik pendek yang dipukul.
12. Hadang
Main hadang atau main galah adalah semacam permainan adu ketangkasan dalam menempuh jarak tertentu, masing-masing jarak yang ditempuh dijaga dengan ketat oleh lawan. Di beberapa tempat nama permainan ini bernama semba lakon, main cak bur, gobak sodor.
Permainan ini digemari oleh anak laki-laki dan perempuan secara bersama-sama yang dilakukan pada lapangan terbuka. Pemain terdiri dari dari dua regu. Masing-masing regu terdiri dari empat atau lima orang, satu di antaranya adalah pemimpin regu.
Sebelum permainan dimulai terlebih dahulu dibuat garis persegi panjang dan ditengah dibuat garis horizontal dan dua atau tiga garis vertikal. Banyaknya garis vertikal tergantung pada jumlah pemain. Kemudian, masing-masing ketua regu bersuit, yang menang akan menjadi pemain dan yang kalah akan menjaga masing-masing garis dan ketua kelompok menjaga di depan garis atau garis mulai dan berakhir pada garis mulai kembali.
Pemain harus dapat melewati setiap garis yang dijaga ketat oleh lawan. Setiap penjaga garis dapat mengejar lawan dari ujung ke ujung garis. Seandainya dapat menyentuh pemain maka pemain kalah dan digantikan dengan regu berikutnya. Jika pemain dapat melewati semua garis maka dialah pemenangnya dan permainan akan dilanjutkan lagi dengan regu yang sama.
13. Hompimpa Alaium Gambreng
Hompimpa atau hompimpah adalah sebuah cara untuk menentukan siapa yang menang dan kalah dengan menggunakan telapak tangan yang dilakukan oleh minimal tiga peserta. Biasanya hompimpa digunakan oleh anak-anak untuk menentukan giliran dalam sebuah permainan. Sewaktu bermain petak umpet misalnya, anak yang kalah hompimpa mendapat giliran sebagai penjaga pos. Tetapi aturan ini dapat berubah sesuai kesepakatan dari para pemain.
Secara bersama-sama, peserta mengucapkan kata hom-pim-pa. Ketika mengucapkan suku kata terakhir (pa), masing-masing peserta memperlihatkan salah satu telapak tangan dengan bagian dalam telapak tangan menghadap ke bawah atau ke atas. Dalam budaya Jawa, hompimpa dilakukan dengan kalimat "Hompimpa alaium gambreng", sedangkan dalam budaya Betawi, hompimpa dilakukan dengan kalimat lebih panjang, yakni "Hompimpa alaium gambreng. Mpok Ipah pakai baju rombeng."
Para pemain melakukan hompimpa. Para pemain yang menghadap ke arah yang sama dengan jumlah sedikit akan keluar meninggalkan permainan, biasanya dianggap menang. Proses itu dilakukan berulang-ulang hingga hanya terdapat dua pemain. Biasanya, mereka melakukan suten (suit) untuk menentukan siapa yang keluar permainan.
14. Jejamuran
Jejamuran atau Jamuran adalah permainan yang berasal dari Pulau Jawa. Jamuran bisa dimainkan anak-anak yang berjumlah 4-12. Jamuran biasanya diadakan di waktu sore dan malam saat Bulan Purnama. Anak-anak yang ikut bermain umurnya diantaranya 6 sampai 13 tahun. Bermain jamuran bisa dimainkan oleh anak lelaki, anak perempuan atau campuran. Bermain jamuran tidak membutuhkan perkakas warna-warni, hanya membutuhkan tanah lapang yang luas.
Cara bermain - Contohnya yang bermain berjumlah 10 orang (A, B, C, D, E, F, G, H, I, J), lalu diundi dengan (bahasa Jawa: Pingsut), siapa yang kalah akan jadi. Contohnya yang jadi J, lalu A, B, C, D, E, F, G, H, I membentuk barisan yang berbentuk lingkaran, memutari J yang ada di tengah. Lalu A sampai I tadi berjalan berputar memutari J, sambil menyanyikan lagu jamuran.
Lirik lagu
Jamuran
Jamuran ya gégé thok
Jamur apa ya gégé thok
Jamur gajih mbejijih sa ara-ara
Sira mbadhé jamur apa
15. Jingklong
Sumber: blog Pemuda Kekinian |
Jingklok memiliki banyak nama di daerah lain seperti engklek, teklek ciplak gunung, demprak, dan lain-lain. Jingklong adalah permainan yang sederhana dengan mengangkat satu kaki sambil melompat untuk melewati kotak-kotak. Permainan ini dimainkan oleh dua orang atau lebih bahkan permainan ini bisa dimainkan secara beregu. Jika permainan ini dimainkan secara beregu akan lebih seru dan menarik karena apabila salah satu dari anggota keluar dari permainan/Mati, maka harus digandakan oleh si pemain yang masih dalam permainan/Hidup.
Cara bermainan jingklong sangatlah mudah. Kita tinggal mengangkat satu kaki kemudian melompat-lompat dari kotak satu ke kotak yang lainnya tanpa menginjak garis. Dalam permainan ini ada istilah “GACO”. Gaco ini dibentuk dari pecahan genteng, kramik atau batu kali yang sudah berbentuk unik dengan ukuran diameter 2-3 cm. (sumber: blog Pemuda Kekinian)
16. Kotak Pos
Kotak pos merupakan salah satu permainan tradisional yang dimainkan oleh minimal 2 orang atau lebih. Untuk memainkannya diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
- Kumpulkan pemain dan duduk melingkar
- Letakkan tangan kiri di bawah tangan pemain di kiri dan letakkan tangan kanan di atas tangan pemain di kanan. Lakukan hingga membuat alur tangan tertutup.
- Tentukan tema bermain (cth: Binatang)
- Tunjuk 1 orang sebagai titik awal
- Ucapkan kata "Kotak pos belum diisi. Mari kita isi dengan isi-isian pak (nama) minta huruf apa?" sambil menepuk tangan kanan pemain kiri dengan tangan kanan. Orang yg ditepuk menepuk orang di sebelah kirinya lagi hingga kalimat "Kotak pos belum diisi. Mari kita isi dengan isi-isian pak (nama) minta huruf apa ?" berakhir. Setiap 1 suku kata mewakili 1 tepukan.
- Orang terakhir akan memberikan 1 huruf
- Kalimat "Kotak pos..." diulang namun mengubah apa menjadi huruf yg dipilih tadi
- Orang yang terakhir menyebut nama benda yang berawal huruf tadi sesuai tema
- Lanjutkan permainan hingga ada yang tidak mampu menyebutkan (Kata yang sudah disebut tidak boleh diulang)
Setelah selesai, anak-anak biasa melanjutkan dengan permainan lain (Jadi permainan kotak pos untuk menentukan giliran/peran saja) namun ada juga yang menjadikan kotak pos sebagai permainan intinya. Biasanya anak-anak membuat peraturan baru yang bersifat lokal, tergantung kebutuhan masing-masing. (sumber: Website Budaya Indonesia)
17. Surantang-Surinting
Surantang-Surinting merupakan permainan tradisional anak-anak Banten yang sering dilakukan oleh anak-anak pada zaman dahulu. Permainan ini bisa dilakukan oleh 5-8 orang. Saat bermain surantang-surinting dinyanyikanlah lirik lagu sebai berikut:
"Surantang-surinting
bibi semar nyolong gunting
guntinge bibi laos sedakep tangan cios"
Cara bermainnya adalah semua pemain duduk melingkar sambil meletakkan telapak tangannya di depan. Kemudian ketua pemain akan memimpin permainan. Ketua tim akan menguncupkan tangannya kemudian tangannya diletakan diatas telapak pemain. Semua pemain akan menyanyikan lagunya dan tangan ketua tim akan mengitari semua telapak tangan pemain. Apabila nyanyian telah berakhir, anak-anak dengan sendirinya dalam keadaan sedekap. Kemudian ketua pemain akan memberikan pertanyaan, pertanyaan nya sederhana. Apabila pemain yang tidak dapat menjawab, maka pemimpin memberi hukuman berupa pukulan lembut ke dahi. Namun sebelum melakukan itu pemimpin menanyakan dulu pemain jenis hukuman apa yang diminta dengan pertanyaan Gong Cilik atau Gong Besar. Gong Cilik atau Gong Besar merupakan sublimasi keras lembutnya hukuman. (Sumber: Website Budaya Indonesia)
18. Ular Bang / Ular Naga
Permainan Ular Naga dimainkan oleh banyak orang, sambil bernyanyi “Ular naga panjangnya bukan kepalang, menjalar-jalar selalu riang-kemari. Umpan yang lezat itulah yang dicari, ini dianya yang terperangkap”.
Cara Bermain - Peserta harus membagi tugas, dua orang menjadi gerbang, satu orang menjadi induk naga. Dan lebih dari satu orang menjadi anak-anak naga. Permainan dimulai ketika induk naga dan anak-anaknya berputar melalui gerbang sambil bernyanyi. setiap saat kedua gerbang akan menurunkan tangannya sambil menangkap anak naga, biasanya anak-anak naga akan ketakutan untuk ditangkap, baru setelahnya gerbang akan menawarkan diri pada anak naga yang baru ditangkapnya. Bila sudah menjadi anak gerbang, anak itu akan berpegangan pada induknya, begitu terus hingga induk naga tertangkap & permainan dilanjutkan dengan induk naga yang baru. Induk naga yang baru dipilih dari gerbang yang anaknya paling banyak. (sumber: Keluarga Caplang)
19. Tam-Tam buku
Tam tam buku adalah permainan tradisional yang serupa dengan permainan ular naga atau wak wak gung. Dua orang membuat terowongan dan yang lain membuat barisan panjang. Permaianan ini melibatkan beberapa orang.
Langkah-langkah dalam permainan tam tam buku ini adalah sebagai berikut:
- Dua orang A dan B membuat terowongan (kedua tangan saling bertemu) Si A sebagai matahari dan Si B sebagai bulan.
- Salah seorang memimpin barisan. Bentuk barisan adalah memanjang ke belakang. Masing-masing berpegangan pada baju bagian belakang dari teman yang ada di depannya.
- Barisan ini berjalan-jalan dengan cepat sambil berkeliling mengitari A dan B sambil menyanyikan lagu " “Tam tam buku, seleret tiang bahu, patah lembing, patah paku, anak belakang tangkap satu , bunyi lonceng pukul satu”
- Setelah lama berkeliling masuklah pemimpin barisan ke terowongan.
- A dan B harus menahan/menculik satu dari anggota barisan ketika diakhir lagu, lalu menanyakan ," kamu jadi matahari atau bulan?". Apabila ia memilih menjadi matahari ia harus berdiri di belakang A, dan sebaliknya jika ia memilih menjadi bulan ia harus berdiri di belakang B.
- Kemudian ,barisan terus berkeliling dengan cepat sambil menyanyikan lagu. Pada putaran kedua , barisan harus masuk ke terowongan. Anggota barisan di akhir lagu harus ditahan oleh si A dan si B. Kemudian ditanya lagi , apakah menjadi matahari atau bulan.
- Demikian seterusnya sampai barisan habis. Kemungkinan pengikut/peminat matahari lebih banyak dan sebaliknya.
- Peminat yang paling banyak adalah pemenang dalam permainan ini. Selanjutnya , permainan dapat disepakati untuk diulang atau diakhiri. (Sumber: Blog Tiara Rige)
20. Ucing-Ucingan
Ucing-Ucingan adalah salah satu permainan tradisional yang berkembang di daerah Tatar Pasundan, Jawa Barat. Permainan inipun meluas ke daerah Banten (sebelumnya masuk provinsi Jabar). Ucing merupakan kata dalam bahasa Sunda untuk menyebut kucing. Banyak jenis permainan yang menggunakan kata ucing seperti ucing batu, ucing beling, ucing jidar, ucing sumput, ucing dongko, ucing guliweng, ucing hui, ucing kuriling, dan ucing-ucingan.
Tampak beberapa kesamaan dalam permainan yang terdapat kata “ucing” dalam penamaannya. Persamaan tersebut salah satunya ialah sebelum memulai permainan, biasanya dimulai dengan menentukan siapa yang menjadi ucing. Penentuan siapa yang berperan sebagai ucing ini biasanya ditentukan berdasarkan lagu ataupun undian (misalnya hompimpah alaihum gambreng). Anak yang kalah kemudian harus menjadi ucing.
Dalam permainan ini sang ucing harus memiliki kemampuan berlari dengan kencang agar mampu mengenai atau menangkap teman-temannya yang berlarian. Permainan tersebut menuntut ucing memiliki kemampuan fisik yang kuat. Ucing harus bisa berlari kencang, teliti, dan memiliki kekuatan. Selain itu, ucing harus memiliki kemampuan mengatur strategi agar tidak kehabisan energi agar ucing dapat melepaskan dirinya dari peran ucing untuk kemudian berubah menjadi pihak yang dikejar oleh ucing. Sang ucing berusaha mendayagunakan seluruh kemampuan dirinya agar dapat melepaskan diri dari peran ucing tersebut.