18 Permainan Tradisional Khas Kepulauan Riau (Kepri)

Permainan Tradisional Khas Kepulauan Riau (Kepri)

Kepulauan Riau (disingkat Kepri) adalah sebuah provinsi yang ada di Indonesia dengan Ibu kotanya Kota Tanjungpinang. Provinsi ini termasuk provinsi kepulauan di Indonesia. Tahun 2020, penduduk Kepulauan Riau berjumlah 2.064.564 jiwa, dengan kepadatan 252 jiwa/km2, dan 58% penduduknya berada di kota Batam.

Provinsi Kepulauan Riau usai mengalami pemekaran wilayah membawa dampak terhadap perubahan tertentu secara kolektif yang telah diwarisi turun temurun. Secara umum bentuk permainan rakyat yang terdapat di Provinsi Kepri dapat dibagi dalam 3 kelompok besar, yaitu Permainan Anak-anak, Permainan Ketangkasan, dan Permainan didalam dan diluar ruangan.

Semua permainan ini memiliki nilai budaya yang terkandung didalamnya, seperti nilai kejujuran, solidaritas, kerjasama dan lain sebagainya. Permainan ini juga sesungguhnya memiliki manfaat yang baik bagi perkembangan anak secara mental maupun fisik. Perkembangan kecerdasan anak melalui permainan yang membutuhkan strategi untuk mengalahkan lawan serta perkembangan mental anak dengan melatih kesabaran serta kreatifitas anak. Permainan rakyat yang ada di Provinsi Kepulauan Riau, diantaranya:

Daftar isi :

1. Adu Buah Para
Permainan Tradisional Asli Khas Rakyat Riau
Sumber: Permainan bocah

Adu buah para adalah salah satu permainan anak-anak yang menggunakan buah karet sebagat alat permainannya. Arti buah para sendiri adalah buah karet atau biji karet, jadi permainan ini berarti mengadu buah karet., Permainan ini dapat dijumpai di seluruh Kepri.

Cara memainkannya diawali dengan undian (sud)  dan siapa yang menang dia yang jalan terlebih dahulu dan yang kalah harus merelakan biji karet jagoannya ditaruh dibawah biji karet yang menang sud tadi. lalu biji karet yang disusun dua tingkat ditumbuk dengan ujung tangan bagian bawah,jika belum ada yang pecah  maka bergantian menumbuk biji karet sampai salah satu biji karet ada yang pecah dan biji karet yang tidak pecah menjadi pemenang. 

Pohon karet sangat banyak terdapat didaerah Riau, buah karet tersebut berjatuhan dari pohonnya dan diambil oleh anak-anak untuk dimainkan dan dipertandingkan.


2. Biji Tempurong

Permainan Tradisional Khas Kepulauan Riau

Biji Tempurong adalah permainan yang hanya terdapat di Kabupaten Lingga khususnya di daerah Daik sekitarnya. Disebut dengan nama biji tempurong karena alat yang digunakan untuk permainan ini adalah buah biji tempurong (kata tempurong, dalam hal ini tidaklah sama dengan kata tempurung untu k menyebutkan batok kelapa).

Permainan ini dapat dimainkan oleh beberapa orang, biasanya minimal 3 orang. Masing- masing pemain berperan secara indivudu dalam suatu pertandingan untuk memenangkan permainan. Permainan dapat dilakukan pada siang atau sore hari di lapangan terbuka.

Cara bermaian:
  1. Sebelum dimulai pertandingan harus disiapkan skema lapangan permainan yang berupa sebuah garis start, garis leng (garis mati) dan sebuah lubang (diameter lebih besar sedikit dari biji tempurong atau sekitar 10 – 15 cm)
  2. Jarak antar garis telah disepakati bersama. Umumnya antara lubang dengan garis lempar sekitar 2 hingga 3 meter. Sedangkan jarak lubang dengan garis mati sekitar 30 cm.
  3. Setiap pemain membawa sendiri biji tempurong yang akan dimainkan
  4. Permainan dimulai dengan memasukkan biji tepurong oleh seluruh pemain, caranya dengan melemparkan biji tempurong ke dalam lubang yang telah disiapkan.
  5. Setelah semua pemain melemparkan biji tempurong, lalu  dilihat keberadaan posisi biji. Yang dapat memasukkan biji tempurong ke dalam lubang merupakan pemenang yang berhak memangkah/memukul biji lainnya.
  6. Hal yang unik adalah, jika jarak hasil lemparan buah tempurong ke dalam lubang sekitaran telapak kaki, maka pemukul harus memukul atau melempar buah lawan lewat selangkang kaki atau menunging.
  7. Pelempar lawan adalah hasil lemparan buah yang terdekat dengan lubang. Permainannya dengan cara memangkah (memukul dengan cara dilempar pada sasaran) buah yang terdekat dengan buah pertama. Jika kena maka yang memangkah akan menang, jika tidak kena maka jarak terdekat kedua yang menjadi pemain untuk melakukan pemangkahan pada biji lainnya. Pihak yang kena dikatakan lenget (kalah). Demikian dilakukan hingga semua pemain selesai melakukan pemangkahan atau dipangkah. Setelah permainan pada babak pertama maka diulang kembali dari awal untuk melakukan pelemparan ke dalam lu bang sebagaimana urutan permainan dari awal hingga akhir. (sumber: http://disbud.kepriprov.go.id/biji-tempurong/)

3. Canang

Permainan Canang adalah permainan yang berasal dari Bunguran Barat, Pulau Tujuh, Kepulauan Riau. Awalnya Permainan ini dilakukan oleh anak nelayan dan anak petani dengan cara menikam atau melempar. Selain bersifat menghibur bagi pemain dan penontonnya, permainan ini juga bermanfaat untuk melatih kecerdasan dan kemahiran. Permainan ini merupakan permainan yang sangat digemari oleh para kaum bangsawan pada zaman kekuasaan Sultan Riau abad XVIII, sehingga sangat berkembang hingga ke seluruh lapisan masyarakat.

Permainan bisa dilakukan secara perorangan atau berkelompok yang terdiri dari 2 sampai dengan 5 orang. Alat permainan canang yaitu induk canang adalah pemukul dan anak canang adalah yang dipukul. Permainan ini dapat dimainkan oleh laki-laki atau perempuan yang berusia antara 7 s/d 20 tahun dengan jumlah pemain 2 sampai 5 orang.

Untuk memainkannya tidak membutuhkan tempat yang luas sehingga dapat dimainkan di berbagai tempat seperti, badan-badan jalan, lembah, lereng gunung, ataupun pantai. Sementara, alat yang digunakan berupa dua buah kayu canang yang ukurannya berbeda. Kayu yang panjang disebut induk canang dengan ukuran sekitar 30 cm dan lebar 2,5 cm. Sedangkan kayu yang lebih pendek disebut anak canang berukuran kurang lebih 18 cm dan lebar 0,75 cm. Kelengkapan lainnya adalah sebuah lubang berukuran panjang kurang lebih 30 cm, lebar kurang lebih 5 cm, dan dalam kurang lebih 3-5 cm. Lubang ini dibuat di pangkal arena sebagai sentral atau pusat arena. Selain itu, ada sebuah garis batas tikam atau biasa disebut garis benteng. Garis ini berfungsi sebagai penentu sah atau tidak jatuhnya kayu canang yang dilentingkan oleh pemain.

Aturan bermain - Permainan canang dapat dibagi menjadi dua, yaitu beraje (perseorangan) dan berundung (beregu). Beraje biasanya dilakukan oleh laki-laki dengan jumlah 2-5 orang. Sedangkan, berundung dilakukan oleh laki-laki dan perempuan secara bersamaan dengan jumlah 3-5 orang. Mengingat bahwa berundung melibatkan dua jenis kelamin yang berbeda maka harus ada pemisahan yang tegas antara kelompok laki-laki dan perempuan karena tidak baik jika dalam satu kelompok ada jenis kelamin yang berbeda. Apalagi, jika yang main itu sudah menginjak remaja. (Sumber: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Riau, 1984, Permainan Rakyat Daerah Riau, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.)


4. Cok Lele

Cok lele permainan jaman dulu yang dimainkan sebagian anak-anak yang tinggal di kampung. Dimainkan oleh 3 sampai 6 orang, laki-laki dan perempuan dengan rentang usia antara 4 hingga 12 tahun. Alat yang digunakan adalah sebuah benda yang dapat disembunyikan di telapak tangan seperti guli atau batu. “Yang jadi” harus dapat menebak letak benda itu di antara para pemain tersebut. Jika tebakan tepat maka “yang jadi” bergantian kepada orang yang dapat ditebak tersebut.

Aturan permainan:
  • Sebelum memulai tebakan maka dinyanyikan lagu sambil meletakkan benda tersebut di di genggaman diantara para. Pemain berdekatan dengan posisi jongkok atau duduk saling berhadapan.
  • Sebelum permainan, ditentukan siapa yang akan “Yang jadi” dengan melakukan hompimpa dan sut.
  • Setelah itu dengan memanfaatkan benda bisa guli atau benda lainnya digunakan sebagai alat untuk pemain yang akan ditebak oleh “yang jadi”. Adapun lagu yang dinyanyikan adalah:
Sepiring dua piring
Serampang dewa-dewa
Tak ada sirih kuning
Tak ada pinang tua
Cok lele dam dum
Cok lele dam dum
Pecah pele lentam lentum
  • Selesai menyanyikan lagu .”Yang jadi” langsung menebak letak benda yang disembunyikan tersebut berada ditangan siapa diantara para pemain itu.
  • Jika tebakannya tepat maka yang jadi akan berganti orang. Jika tidak tepat maka permainan diulang dari awal. Demikian permainan itu dilaku kan secara berulang.

5. Congkak

Permainan Tradisional Khas Kepulauan Riau

Congkak adalah suatu permainan tradisional yang dikenal dengan berbagai macam nama di seluruh Indonesia. Biasanya dalam permainan, sejenis cangkang kerang digunakan sebagai biji Congkak dan jika tidak ada, kadang kala digunakan juga biji-bijian dari tumbuh-tumbuhan dan batu-batu kecil.

Di Jawa, permainan ini lebih dikenal dengan nama congklak, dakon, dhakon atau dhakonan. Di beberapa daerah di Sumatra yang berkebudayaan Melayu, permainan ini dikenal dengan nama congkak. Di Lampung, permainan ini lebih dikenal dengan nama dentuman lamban, sedangkan di Sulawesi permainan ini lebih dikenal dengan beberapa nama: Mokaotan, Maggaleceng, Aggalacang dan Nogarata. Dalam bahasa Inggris permainan ini disebut Mancala.

Bahannya terbuat dari kayu dengan bentuk papan yang panjang yang dilubangi sebanyak 14 lubang sebagai anak dan 2 lubang sebagai lubang induk,yang terletak di ujung kiri dan ujung kanan, cara memainkannya cukup gampang, dimainkan oleh 2 orang dan pemain secara bergantian memainkan buah dengan mengisi lubang, tiap lubang diisi dan pemenangnya adalah yang berhasil mengisi buah terbanyak dilubang induk. Permainan di dulunya dimainkan oleh anak raja, permainan ini dapat dijumpai di hampir seluruh wilayah Kepri.


6. Galah Panjang
Permainan Tradisional Asli Khas Rakyat Riau
Sumber: id.wikipedia.org

Galah Panjang adalah permainan tradisional yang menggunakan lapangan berbentuk segi empat berpetak-petak. Setiap garis dijaga oleh pihak penjaga, pihak yang masuk harus melewati garis dan jika kena sentuh oleh penjaga maka harus diganti.

Di Indonesia permainan ini umumnya dinamakan Gopak Sodor yang diambil dari dua kata, yakni gobak dan sodor. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gobak artinya permainan tradisional yang menggunakan lapangan berbentuk segi empat berpetak-petak. Sedangkan kata Sodor artinya menyodorkan ke depan atau mengulurkan tangan. Petugas yang berjaga menyodorkan badan dan tangannya bertugas untuk menyentuh pihak yang mencoba melewati garis.

Di Kepulauan Natuna permainan ini dikenal dengan nama Galah, sementara di Riau dikenal namanya Galah Panjang. Di Jawa Barat namanya itu Galah Asin, di Makasar ada Asing, dan di daerah Batak Toba disebut permainan Margala.


7. Gasing

Permainan Tradisional Asli Khas Rakyat Riau

Gasing adalah permainan yang menggunakan tali dan kayu yang dibentuk sebagai alat permainannya. Cara memainkannya yakni dengan dipukul menggunakan teknik tertentu sehingga bisa berputar di atas suatu landasan. Riau memiliki beberapa bentuk gasing seperti bentuk Paras Gantang, Limau Manis, Janda Berhias, Batu Dacing, dan Tawak.

Gasing dibuat dari kayu, kayu tersebut dikikis hingga membentuk pipih, tali gasing dibuat dari kulit kayu. Tali Gasing umumnya memiliki panjang 1 meter. Gasing dimainkan dengan 2 cara, cara pertama disebut Gasing Pangkah, yaitu dimainkan dengan melemparkannya supaya mengetuk gasing lawan, sedangkan Gasing Uri dipertandingkan dengan menguji ketahanan gasing berputar.


8. Goli
Permainan Tradisional Asli Khas Rakyat Riau

Goli memiliki berbagai macam sinonim seperti lelereng, gundu, keneker, kaleci, guli adalah bola kecil dibuat dari tanah liat, marmer atau kaca untuk permainan anak-anak. Ukuran kelereng sangat bermacam-macam. Umumnya ½ inci (1.25 cm) dari ujung ke ujung. Kelereng kadang-kadang dikoleksi, untuk tujuan nostalgia dan warnanya yang estetik.

Cara Bermain: Bentuk permainan yang biasa dimainkan adalah main porces. Cara permainannya dengan menggambar segitiga sama kaki ditanah kemudian masing-masing pemain meletakkan sebuah kelerengnya diatas gambaran segitiga tersebut. Buah pasangan namanya, buah kelereng yang dipertaruhkan. Peserta, tergantung jumlah pemain. Biasanya paling sedikit tiga pemain dan paling banyak idealnya enam pemain. Kalau lebih dari itu dibuat dua kelompok. Permainan dimulai dengan cara masing-masing pemain menggunakan sebuah kelereng sebagai gacoannya lalu melempar buah pasangan tersebut dari jarak dua atau tiga meter .Pemain secara bergantian melempar sesuai urutan berdasarkan hasil undian dengan adu sut jari tangan Pelemparan gaco dilakukan dengan membidik dan melempar keras dengan maksud mengenai buah pasangan atau agar hasil lemparan mendarat dilapangan permainan terjauh.

Selanjutnya yang mengawali permainan adalah siapa yang berhasil mengenai buah pasangan, dialah mendapat giliran pertama.. Kalau tidak ada yang mengenai buah pasangan ,maka yang mulai bermain adalah gacoannya yang terjauh. Pemain harus berusaha menghabiskan buah pasangan diporces pada saat giliran bermain. Ada yang sekali giliran main sudah mampu menghabiskan semua buah pasangan. Tanda dia pemain yang terampil. Berbagai taktik untuk menang dilakukan ,antara lain kalau tidak mau memburu gacoan lawan , maka pilihannya adalah menembakkan gacoan ketempat yang kosong untuk disembunyikan agar tidak dapat dimatikan oleh lawan-lawan main. Pemain yang mampu menghabiskan buah pasangan terakhir dilanjutkan berburu menembak gacoan lawan . Pemain yang gacoannya kena tembak maka gacoannya mati ,selesailah permainannya pada game tersebut.


9. Jengket
Permainan Tradisional Asli Khas Rakyat Riau

Jengket adalah permainan anak tradisional yang populer di Indonesia, khususnya di masyarakat pedesaan. terdapat beberapa nama untuk [permainan ini di antaranya: Statak dan engklek.

Permainan Jengket digolongkan dengan permainan hiburan yang dilakukan saat senggang oleh anak laki-laki dan perempuan berjumlah 2 sampai 4 orang dengan usia 6 sampai 12 tahun.

Alat yang digunakan untuk permainan ini adalah batu yang pipih atau bisa juga pecahan genting/piring atau kaca yang kemudian disebut dengan ucak, kemudian diatas tanah dibuat garis yang dibentuk sesuai permainan, umumnya permainan ini dimainkan oleh anak perempuan. Permainan Statak ini hampir dijumpai di seluruh daerah di Riau.

Sebelum permainan dimulai, anak-anak biasanya bergotong-royong menggaris tanah untuk membuat lapangan permainannya. Kemudian setiap anak akan menyiapkan ucak atau gacuk yang dibuat dari pecahan piring kemudian diasah dan dibulatkan yang digunakan sebagai penikam. Pada permainan setatak ada beberapa urutan permainan yang akan dilaksanakan, yaitu :

  1. Ucak tikam pada petak 1 sampai petak 9, kemudian kembali ke petak 5 sampai petak 1, loncat sebelah kaki sambil menjepit gacuk pada jari kaki.
  2. Ucak diletakkan di telapak tangan dan loncat sebelah kaki untuk naik dan turun lapangan. Tingkop ucak 5 kali dengan lambungan ucak di belakang telapak tangan, tangkap dengan telapak tangan.
  3. Ucak dikenakan pada lengan yang ditelentangkan dekat siku. Ajukan tangan ke muka ke samping, loncat sebelah kaki. Turunkan ucak dari tangan, sambut dengan telapak tangan itu juga.
  4. Ucak diletakkan di kepala, berjalan biasa melewati lapangan. Jatuhkan ucak dari kepala dan sambut dengan tangan.
  5. Ucak diletakkan pada belakang kaki kanan dan melompat dengan kaki kiri. Ucak yang di belakang kaki, lambungkan ke atas, tangkap dengan tangan kanan.
  6. Ucak dipegang di telapak tangan, loncat dengan kaki sebelah kiri.
  7. Meraba-raba ucak di petak bintang. Dengan mata terpejam, membelakangi petak bintang sampai duduk mencangkung tangan meraba-raba untuk mengambil ucak di petak bintang. Ucak dilambung sambut dengan belakang telapak tangan. Sambil membelakangi arena permainan mengambil ancang-ancang untuk menikam bintang.
  8. Ambil bintang. Bintang merupakan biji kemenangan bagi permainan setatak, petak-petak yang akan direbuti bintang-bintang.
  9. Penentuan kalah menang dalam pertandingan ini adalah yang terbanyak memiliki bintang dari 10 petak.

10. Kelereng Batu

Permainan Tradisional Khas Kepulauan Riau

Permainan kelereng batu adalah permainan rakyat masih digemari anak-anak laki-laki dan perempuan di halaman sekolah maupun lapangan yang luas pada sore dan malam terang bulan.

Jumlah pemain antara 2 sampai 5 orang yang berusia 7 sampai 12 tahun, oleh semua lapisan masyarakat. Kelereng terbuat dari adonan semen dengan kapur, bentuknya yang bulat sebesar ibu jari kaki, atau terbuat dari batu kali, yang di bentuk sedemikian sehingga menyerupai kelereng yang sebenarnya, dan akhir-akhir ini telah menggunakan kelereng yang terbuat dari kaca sebesar telunjuk tangan saja.

Setiap pemain diwajibkan mempunyai kelereng 1 buah untuk satu orang. Mereka menyiapkan lapangan dengan menggaris lingkaran yang berjari-jari sekitar 5 meter (tergantung jumlah pemain), dan membuat lubang dengan diameter 12 sampai 14 cm pada tengah-tengah lapangan. Mereka memulai permainan dengan melakukan undian.
 
Para pemain secara bersama-sama berusaha memasukkan (menikam) kelereng dari garis batas lingkaran ke dalam lubang tengah, yang terdekat dengan lubang dinyalakan sebagai pemain urutan pertama dalam melakukan permainan dan terdekat kedua adalah sebagai pemain kedua dan seterusnya sesuai jumlah pemain.

Permainan ini adalah permainan memasukkan kelereng ke dalam lubang dan mengenakan kelereng lawan secara terus-menerus, kalau tidak berhasil maka dia disebut mati langkah, permainan digantikan oleh pemain selanjutnya.

Pemain yang mencapai nilai gim tertentu (sesuai dengan yang disepakati = nilai 7) maka dinyatakan menang. Setiap mengenakan kelereng lawan atau memasukkan kelereng ke lubang akan mendapat nilai masing-masing l, dan biJa dapat memasukkan kelereng ke lubang saat melakukan undian maka nilainya langsung 7.
 
Hukuman pada pemain yang kalah dilakukan dengan menyentik kelerengnya ke tangan pemain yang kalah atau mengambil kelereng pemain yang kalah. Permainan ini sangat digemari anak-anak sampai saat ini dan permainan sejenis banyak dijumpai pada daerah lain di Indonesia, hanya aturan mainnya yang sedikit berubah. (Sumber : http://www.wacana.co/2011/08/permainan-kelereng-batu-permainan-tradisional-riau/)


11. Leletop

Permainan Tradisional Khas Kepulauan Riau

Leletop adalah salah satu permainan anak. Dinamakan leletop karena permainan ini mengeluarkan suara meletup. Sebutan lain permainan ini disebut juga dengan nama buloh, mungkin karena bahan dasar dari permainan ini adalah dari batang bambu/buloh sehingga nama pohon itu menjadi sebutan permainan ini.

Permainan ini biasanya hanya dimainkan oleh anak laki- laki karena permainan ini lebih mengarah pada  permainan  perang-perangan  atau berburu. Permainan ini dapat dimainkan oleh individu atau berkelompok.

Alat yang digunakan :
  • Bambu kecil berdiameter lobangnya sekitar 1 cm atau lebih kecil
  • Bambu yang ukuran lebih kecil yang gunanya sebagai pendorong yang dimasukkan ke dalamnya dengan panjang menyesuaikan bambu induk.
  • Putik bunga jambu sebagai peluru, namun jika tidak ada dapat juga menggunakan kertas yang dibasahi dengan air.

Cara membuat Leletop : Bambu yang berukuran diameter lobangnya paling besar 1 cm di potong menjadi 2 buah, yang satu kira-kira panjang 3 0 c m, sedangk an yang satu lagi sebagai pegangan yang gunanya sebagai gagang untuk memasukkan pendorong, panjangnya hanya sepanjang telapak tangan atau sekitar 7 – 10 cm. kedua bagian itu merupakan satu kesatuan yang nantinya digunakan secara bersamaan.

Cara bermain :
  1. Setiap pemain harus memiliki leletop masing-masing yang dapat dibuat sendiri atau dibuatkan oleh orang tua mereka.
  2. Ukuran leletop atau buloh adalah sekitar 30 cm. diameter lubang yang digunakan paling besar sekitar 1 cm atau lebih kecil agar bunga jambu dapat melekat pada lubang leletop tersebut. Selain batang bambu kecil dengan ukuran tersebut, juga dibuat pendorong dari batang bambu yang lebih kecil yang dapat masuk p ad a  lu ban g  bambu  i n d u k  y an g  telah  d i bu at sebelumnya. Akan lebih baik jika ukurannya sangat pas sehingga memberikan suara yang nyaring.
  3. Untuk peluru digunakan bahan buah bunga jambu air atau buah kecil yang masih berbentuk bunga. Selain menggunakan buah bunga jambu dapat juga meng- gunakan kertas yang dibasahi.
  4. Cara memainkannya yaitu, buah bunga jambu yang telah disediakan sebelumnya diletakkan di bagian depan lubang. Selanjutnya diketok pakai gagang pendorong hingga bisa muat masuk untuk didorong.
  5. Setelah bunga jambu itu pas didepan lubang dan tinggal disorong, maka ditembakkan dengan dimasukkan pendorong bambu kecil dan didorong dengan cepat, maka akan keluar suara meletup. Dar… (suaranya unik dan khas)
  6. Biasanya sasaran tembakan bermacam-macam, atau dilakukan sebagai senjata dalam permainan perang- perangan antara mereka dalam bermain. (Sumber : http://disbud.kepriprov.go.id/leletop/)

12. Lomba Kolek
Permainan Tradisional Khas Kepulauan Riau (Kepri)
Sumber: Cerita2Samudra
Lomba Kolek adalah lomba dayung perahu tradisonal di aliran sungai yang deras ataupun di pantai, pesertanya laki-laki usia 15-40 tahun. lomba Kolek biasa diadakan oleh masyarakat yang bermukim di pulau-pulau kecil di kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau. Lompa Kolek dapat disaksikan di pantai Lubuk Puding, Pulau Buru, kecamatan Buru. Permainan ini tersebar meluas dari karimun  hingga ke daerah Kundur, Batam dan Tanjungpinang.

Pada umumnya permainan ini hanya dimainkan oleh para nelayan yang mendiami perkampungan di tepi pantai. Pada zaman dahulu lomba kolek diadakan semata-mata untuk mencoba perahu pribadi selepas turun galang saja, dan hanya dilakukan oleh para nelayan dengan kolek nelayannya. Tapi lama kelamaan, permainan ini semakin diminati memasyarakat, sehingga menjadi perlombaan yang digemari oleh kaum istana di zaman kekuasaan Sultan Riau pada abad XVII.

Beberapa benderapun dipasangkan sebagai penanda lintasan lomba. Sementara, para peserta diwajibkan memakai pelampung sebagai alat keselamatan.

Peraturan Lomba :
  1. Sebelum kolek dilepaskan untuk berlomba, semua disiapkan di pantai dengan kelompok masing-masing yang terdiri dari 4-5 buah kolek untuk diperlombakan menurut jenisnya, dalam keadaan semua masih belum terpasang.
  2. Setelah pluit dibunyikan, maka para pelaku menurunkan koleknya masing-masing dan langsung memasang layar serta tali temalinya. siapa yg selesai duluan ia langsung melaut.
  3. Dari gerbang keluar pantai itu mereka bersama-sama berpacu kearah pancang belok, dan memutar disana serta merobah arah ke pancang lewat yang terletak ditengah arena. Dari sini langsung ke pancang putar.
  4. Dari pancang putar, yang merupakan jarak tempuh akhir itu, kolek-kolek berpacu ke gerbang masuk dan akhirnya finish di pantai tempat semula kolek itu bertolak.
  5. Perlombaan ini dianggap batal jika pesertanya : Pada tiap putaran tidak mengitari arah keluar tonggak dan jika kolek karam sebelum finish.
  6. Perlombaan dikatakan menang, bila peserta mencapai finish dan melewati gerbang masuk menurut urutannya.

13. Lu lu Cina Buta

Lu Lu Cina Buta merupakan permainan tradisional yang dimainkan oleh anak-anak. Kata "Cina Buta" ini berawal dari cerita seorang Tionghoa yang mau menikahi sementara perempuan Islam yang bercerai dengan talak tiga. Dalam Islam, perempuan yang telah dicerai dengan talak tiga tidak dapat rujuk kembali dengan suami terdahulu sebelum menikah dengan laki-laki lain. Karena itu pada umumnya masyarakat tidak akan mau menikahi sementara perempuan tersebut meskipun dibayar. Karena itu orang yang mau menikah sementara tersebut dijadikan olok-olok masyarakan dan dianggap "buta".

Lulu Cina Buta Permainan ini diambil dari kata dasar ” buta ” yang berarti tidak dapat melihat . Permainan ini dilakukan oleh anak laki-laki dan perempuan Sekolah Dasar. Permainan ini menggunakan alat yang sederhana yaitu cukup dengan selembar sapu tangan. Kemudian membuat batas lingkaran di tanah sebesar garis tengah sekitar 2 1/2 meter sebagai lapangan bermain. 

Permainan lulu cina buta paling sedikit diikuti oleh 3 orang anak dan bisa pula sampai 6 orang anak jumlahnya. Untuk menentukan siapa yang jadi ” buta ” maka diadakan terlebih dahulu hompipa yang kalah dalam hompipa dialah yang menjadi ” buta ”. Oleh salah satu temannya si buta yang kalah dalam hompimpa tadi ditutup matanya menggunakan sapu tangan dengan beberapa lipatan dan ujung sapu tangan diikat dibelakang kepala si buta. Si buta  harus benar benar tidak dapat melihat keadaan sekitar karena telah ditutup menggunakan sarung tangan. 

Dengan aba-aba dari salah seorang temannya yang mengatakan ”sudah” maka permainan dimulai. Si buta akan merentangkan tangannya berusaha untuk menangkap salah seorang temannya yang ada didalam lingkaran tersebut. Temannya akan berlari-lari menghindari tangkapan si buta. Apabila si buta berhasil menangkap salah seorang temannya maka dia boleh meraba-raba temannya yang tertangkap dan menebak siapa teman yang ditangkapnya. Apabila betul nama yang si buta sebutkan maka temannya itu akan menjadi sibuta namun apabila salah maka sibuta akan tetap menjadi sibuta. Begitulah cara permainan lulu cina buta itu secara bergantian memegang peran si buta sampai mereka telah puas bermain. Kandungan nilai yang ada pada permainan ini adalah nilai-nilai pendidikan, kerja keras, memupuk sikap kebersamaan, melatih daya ingatan, kejujuran, sportifitas, dan mempererat persahabatan.


14. Perahu Jong
Permainan Tradisional Khas kepulauan Riau
Sumber : http://disbud.kepriprov.go.id/permainan-perahu-jong/
Perahu Jong adalah permainan lomba perahu layar yang biasanya dilakukan warga pesisir khususnya kalangan muda-mudi di Kepuluan Riau. Perahu Jong yang merupakan miniatur perahu layar, tidak dikemudikan manusia, namun sangat bergantung arah angin. Permainan Jong dulu hanya untuk menghilangkan penat di kala sore hari sesudah melaut, para nelayan bermain jong dengan empat atau lima orang di pesisir pantai. biasanya dengan bahan pohon pulai (kayu pulai ) atau kayu  mentangoh.

Setiap Jong dimainkan oleh seorang pemain. Dalam permainan perlombaan jong peserta lomba bisa dilakukan hingga beberapa orang bahkan hingga puluhan orang. Permainan ini hanya dimainkan oleh kaum pria, baik anak-anak atau dewasa. Dalam perlombaan biasanya dilakukan oleh orang dewasa, bagi anak-anak permainan ini hanya sebatas hiburan belaka.

Tidak hanya di Kabupaten Lingga, permainan ini juga terdapat dibeberapa daerah lainnya dalam komunitas masyarakat Melayu yang hidup di tepi pantai/laut. Namun bentuk jong yang terdapat di Kabupaten Lingga memiliki ciri tersendiri yang dibuat sedemikian rupa sehingga terlihat lebih cantik dan indah.


15. Porok

Permainan Tradisional Khas Kepulauan Riau

Porok adalah suatu permainan rakyat yang terdapat di Selat Panjang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Bengkalis serta pada lain di Kepulauan Riau. Permainan porok merupakan olahraga rakyat secara tradisional yang bersifat hiburan bagi pemain dan penonton. Permainan porok masih populer di daerah-daerah terpencil namun jarang dijumpai di kota-kota Kepulauan Riau.

Permainan porok biasanya dimainkan oleh orang-orang yang tinggal di daerah pinggiran laut yang hanyak ditanami oleh kelapa, sehingga mudah mendapatkan tempurung. Permainan ini menggunakan tempurung kelapa, di mana setiap pemain mempunyai 3 sampai 4 buah tempurung sebagai alat permainan.

Peserta permainan terdiri dari 3 sampai 8 orang secara perorangan atau beregu oleh anak laki-laki, anak perempuan maupun campuran laki-laki dan perempuan yang berusia 8 sampai 40 tahun.
 
Terlebih dahulu semua pemain melakukan undian. Pemenang undian berhak membawa tempurung terlebih dahulu disebut penentu. Untuk permainan perorangan, undian dilakukan dengan melerengkan tempurung permainannya secara bersama-sama ke gawang pusat yang telah disepakati bersama, yang paling dekat dengan pusat adalah orang yang pertama membawa tempurungnya kemudian diikuti orang kedua, ketiga dan seterusnya.

Untuk permainan beregu (berpehak), yaitu dengan mengadu tempurung kedua regu, tempurung yang terlentang adalah pihak pemenang (pehak lapang) dan tempurung yang tertelungkup adalah pihak yang kalah (penjaga).

Pihak yang kalah meletakkan tempurungnya pada daerah jaga, kemudian pemenangnya akan mengenakannya dengan tempurungnya sendiri dengan 3 tahapan yaitu melereng, mengareng dan merasuk. Bila dalam tahapan tersebut di atas pihak pemenang dapat mengenakan tempurung pihak yang kalah maka dia menyatakan “porok” dan sekaligus mendapat nilai.
 
Saat pemenang melakukan penendangan, maka pihak yang kalah akan berusaha untuk menghalang- halangi supaya gagal dan bila pihak lawan gagal maka permainannya dinyalakan mati dan terjadi pergantian peran. Demikian permainan ini berlangsung saling bergantian dan berusaha mengumpulkan nilai sebanyak-banyaknya untuk dinyatakan sebagai pemenang dalam permainan porok. (Sumber : http://www.wacana.co/2011/12/permainan-porok-permainan-tradisional-riau/)


16. Sekacak

Permainan Tradisional Khas Kepulauan Riau

Sekacak adalah permainan pertunjukan atau hiburan yang dapat dimainkan oleh anak laki-laki ataupun perempuan. Alat yang digunakan untuk bermain adalah benda bulat pipih yang terbuat dari buah sekacak yang diberi dua buah lubang di bagian tengahnya. Kedua lubang tersebut nantinya akan dimasuki benang. Sebagian orang menyebutnya dengan permainan pites. Disebut pites karena alat yang digunakan adalah tutup botol (tutup lemon) yang dipipihkan sebagai pengganti buah sekacak.

Cara bermain:
  1. Tangan kanan dan kiri masing-masing memegang ujung benang.
  2. Kedua tangan menarik dan mengulur secara terus menerus hingga buah atau tutup botol berputar.
  3. Kecepatan putaran sekacak ditentukan oleh kecepatan tangan menarik dan mengulur tali. semakin cepat menarik maka putaran akan semakin cepat, begitupun sebaliknya bila tarikan diperlambat maka putaran sekacak akan semain menurun.
  4. Permainan dapat di tandingkan dengan cara mengadukan buah sekacak atau tutup lemon pada biji durian, bagi yang berhasil memecahkan biji durian maka dialah pemenangnya. (Sumber : http://disbud.kepriprov.go.id/sekacak/)

17. Silat Pengantin

Permainan Tradisional Khas Kepulauan Riau (Kepri)

Silat pengantin merupakan tradisi yang digelar oleh masyarakat Lingga dalam perhelatan Nikah kawin, silat yang dilakukan ini untuk menyambut pengantin laki-laki menuju ke pelaminan. Tidak hanya itu Silat pengantin digelar untuk menyambut tamu-tamu besar yang datang ke negeri Bunda tanah Melayu. Jenis Silat Pengantin beragam tergantung dari Aliran masing-masing daerah setempat, namun Silat Pengantin ini masih dapat ditemui disetiap perhelatan maupun acara besar dan kegiatan pemerintahan dalam penyambutan Tamu.

Silat Pengantin dilakukan pada saat perhelatan acara nikah kawin pada rangkaian tata cara adat perkawinan Melayu di Daik lingga, namun juga dilakukan pada saat menyambut tamu-tamu besar. Pada rangkaian Tata cara Adat Perkawinan Melayu Lingga Silat pengantin ini biasanya dilakukan  pada kegiatan mengantar pengantin laki-laki ke rumah pengantin perempuan. Ketika sampai  di rumah mempelai perempuan, rombongan pengantin laki-laki disambut dengan kegiatan bersilat dari kedua belah pihak untuk beberapa menit oleh 1 atau lebih orang. Bersilat akan diiringi musik pengiring yaitu Gendang panjang sebanyak 2 (dua) buah, Gong, dan Serune/Nafiri. Ini melambangkan suatu simbol bahwa pengantin datang ke tempat yang aman dari segala musuh.

Sebelum Silat dimulai diawali dengan berbalas pantun antara pihak perempuan dan pihak laki-laki. Pada awalnya pesilat berhadapan di depan pengantin laki-laki atau tamu dengan melakukan sembah, sebagai bentuk penghormatan bagi pengantin atau tamu. Kemudian pesilat melakukan rangkaian gerak silat yang merupakan rangkaian beragam gerakan silat dari masing-masing daerah setempat. Pakaian para pesilat adalah baju Kurung Melayu, lengkap berkain dengan berikatkan buku bemban atau selempet. (sumber : http://disbud.kepriprov.go.id/silat-pengantin/)


18. Tuju Lubang

Tuju lubang adalah permainan rakyat yang terdapat di Sedanau Kecamatan Bunguran Baiat Kepulauan Riau. Permainan tuju lubang biasanya dimainkan oleh anak- anak tanggung yang bertempat tinggal di pantai ataupun yang berdekatan dengan laut. Dimainkan oleh sesama anak laki-laki atau sesama anak perempuan yang berusia 6 sampai 20 tahun dengan jumlah 2 sampai 5 orang secara perorangan. Permainan tuju lubang dimainkan untuk mengisi kekosongan waktu bermain-main di pantai Di sana mereka hersuka ria sambil memungut kulit kerang dan siput untuk dijadikan benda permainan.

Lapangan tempat bermain disebut jembang yaitu tanah datar 3 x 1 meter dan dibuat lubang lebih kurang sebesar telur ayam sedalam 2 ruas jari telunjuk. Dari arah tempat menikam dibuat sebuah garis yang disehut garis batas tikam. Dari situlah pemain menikam buah permainannya. Sebagai alat penikam dibuat dari benda yang lebih bagus dari benda permainan seperti kulit kerang yang mengkilap dan bagus, pecahan kaca atau uang ringgit perak.

Para pemain sama-sama meletakkan benda permainan (tagan) sejumlah yang disepakati. Kemudian dilakukan undian, masing-masing menikamkan alat penikamnya ke arah lubang. Yang paling dekat dengan lubang merupakan urutan yang terlebih dahulu melakukan permainan. Bila tikaman pemain berikutnya mengenai penikam pemain lainnya disebut pantis, pengundian seluruhnya diulang dan bila ada beberapa orang memasukkan penikamannya ke lubang maka urutan yang digunakan adalah urutan yang terlebih dahulu memasukkan alat penikamnya.

Seluruh tagan (benda permainan) digenggam sebelah tangan, lalu dicampakkan ke lubang, tagan yang masuk ke lubang menjadi milik penikam. Tagan yang di luar lubang harus ditikam yang sebelumnya ditunjuk oleh lawan main. Bila kena maka seluruh tagan adalah milik penikam. Bila tidak kena, maka gilirannya penikam pada giliran berikutnya. Demikianlah permainan ini dilaksanakan, setiap permainan awal dimulai dengan undian untuk menentukan urutan penikam. Menang-kalah dalam permainan tuju lubang adalah berdasarkan jumlah tagan yang dimilikinya. (sumber : http://disbud.kepriprov.go.id/tuju-lubang/)